Share

7. Penyambutan Yang Mengejutkan

Cahaya gemerlap memancar dari dinding-dinding gua menciptakan suasana yang begitu magis di sekitarku. Saat aku melangkah lebih dalam, aku kembali dibuat terpesona dengan formasi stalaktit dan stalagmit yang menjulang tinggi di dinding gua. Sibuk terpesona dengan apa yang ada dihadapanku, aku dibuat terkejut dengan tarikan kuat di lenganku. Kulihat Evan dengan wajah pucatnya mulai merengek.

“Gio, ayo kita pulang saja! Lihatlah ini seperti rumah hantu,” pinta Evan sambil memohon.

“Lihat baik-baik, Evan, juga dengarkan baik-baik! Begitu indah bukan? Gua ini sangat menakjubkan. Tetesan air dari stalaktit menciptakan melodi yang unik, sungguh menenangkan. Bagaimana bisa kau berpikir tempat ini menyeramkan?” tanyaku heran kepada Evan.

“Dasar aneh! Jelas-jelas gua ini menyeramkan. Tidak seharusnya kita mengikuti Burung Hantu itu, bisa saja kita dilenyapkan di sini,” tutur Evan penuh antisipasi. Belum sempat aku menjawab Evan, anak itu kembali merengek, kali ini dengan suara bergetar dan wajah panik, ia mengadu kepadaku.

“Gi... Gio, benar apa kataku, ini merupakan sarang hantu. Bahkan iblis pun bersemayam di sini.” Air mata tampak menumpuk di ujung matanya.

“Apa sih Evan? Dunia ini memang ajaib, kau tahu itu kan? Lagipula makhluk di sini memang jauh berbeda dari dunia kita, jadi wajar apabila kita me... melihat MALAIKAT MAUT!!!” teriakku terkejut dengan kedatangan tiba tiba sesosok makhluk dengan jubah dan tudung berwarna hitam, persis seperti malaikat pencabut nyawa, sepertinya gua ini memang sarang hantu, atau lebih parahnya tempat bersemayam para iblis.

“AAAAA....... “ Aku dan Evan sontak menjauhkan diri dari malaikat maut itu.

“Booo.” Satu kata darinya bisa membuat kami berlari tak karuan. Kami berdua masuk cukup jauh ke dalam gua. Kemana menghilangnya burung hantu dan Kiyo? Mengapa menghilangnya satu sosok akan memunculkan sosok lain yang tidak kalah menyeramkan?

Malaikat maut tadi sepertinya tidak mengejar kami, tapi itu bukan alasan untuk tidak kabur. Yang terp enting sekarang adalah memikirkan cara keluar dari sini. Tak berselang lama, kulihat sosok Burung Hantu dan Kiyo dari kejauhan. Segera kuajak Evan untuk menghampiri mereka.

“Hei, darimana saja kalian?” tanya Burung Hantu kawatir.

“Kami ingin pulang!” pintaku tanpa basa-basi kepada Burung Hantu.

“Sebentar, kenapa tiba-tiba kau ingin pulang? Tunggulah, aku ingin memperkenalkanmu kepada seseorang,” tegas Burung Hantu.

Evan yang terlihat ketakutan, akhirnya angkat suara, “Kami ingin pulang! Jujur saja, kau ingin membunuh kami kan? Aku sudah bertemu malaikat maut yang kau tugaskan untuk membunuh kami, jadi terima kasih, kami tidak akan menunggu dan akan pulang sekarang!”

“Malaikat maut?” tanya Burung Hantu kebingungan. Ia terlihat menerka, hingga kemudian terbahak dengan kencangnya.

“Hahahahha, apakah kalian sudah bertemu James? Pantas saja aku tidak menemukannya di ruangannya. Hahahaha, lucu sekali James menjadi malaikat maut,” lontar Burung Hantu dengan tawa yang tak bisa berhenti. Aku dan Evan hanya memandang bingung, apa kami sedang dipermainkan?

“Baiklah, ayo ikut aku, akan kujelaskan semuanya,” ajak Burung Hantu setelah meredakan tawanya. “Oh iya, sebelum itu, izinkan aku memperkenalkan diri secara resmi,” imbuh burung hantu yang kemudian disusul kepakan sayapnya. Kepakan kali ini terasa berbeda, sebab muncul silau cahaya yang memenuhi gua ini. Cahaya itu menghilang dan meninggalkan sosok wanita di tempat burung hantu tadi berada.

Aku terpukau sejenak melihatnya, tubuhnya yang mungil lebih pendek dariku dibalut dengan baju dan jubah berwarna oranye, yang sepertinya terbuat dari serat-serat daun, wajahnya kecil dengan telinga runcing yang lucu, rambutnya panjang berwarna merah seperti cahaya mentari sebelum tenggelam bertambah apik dengan hiasan rambut dari rangkaian buah bery merah, sangat pas untuknya. Ia seperti gambaran nyata dari musim gugur.

“Perkenalkan namaku Willow, dan ini adalah wujud asliku,” jelas burung hantu yang sudah menampakkan apa yang ada dibalik topengnya.

“Pantas saja kau cerewet, kau seorang perempuan rupanya,” ujar Evan yang tak kalah terkejut setelah melihat perubahan itu, “jika dari awal kau menampakkan bentuk aslimu, Gio sudah sampai di sini daritadi,” lanjut Evan menggodaku. Sepertinya aku harus menjaga jarak dengan Evan, mudah sekali dia membaca diriku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status