SEET!Salah satu murid mengangkat tangan kanannya mengenterupsi ucapan Agha. Sang penjaga gerbang barat itu memperlihatkan ekspresi tidak sukanya dengan sangat jelas. Tawanya dan senyuman puas tadi langsung berubah menjadi masam karena kelakuan salah seorang murid itu."Saya ingin bertanya!" ucap murid yang mengangkat tangannya.Murid itu berada di barisan terdepan—yang ternyata merupakan calon pemimpin dari Ajaran Ramuan. Prama berdiri dengan sangat percaya diri menunggu jawaban dari Agha. Membuat semua tatapan murid-murid yang lain tertuju kepadanya."Siapa yang memperbolehkanmu bertanya?" Agha masih tampak marah walaupun dia tahu yang bertanya adalah salah satu calon pewaris padepokan."Apa bertanya saja tidak boleh?!" Prama kembali bertanya sambil mengeluarkan tenaga dalam miliknya dengan sikap sombongnya.Seperti terprovokasi Agha merasa di remehkan oleh salah seorang murid yang kemampuannya masih jauh dibawahnya. Dia ikut mengeluarkan tenaga dalam miliknya yang jauh lebih kuat s
Semua murid menunggu Tuan Agha untuk melanjutkan penjelasannya. Mereka tidak sabar untuk mendengar keunggulan apa lagi yang akan mereka dapatkan nantinya. Karena, jika hadiah pertama sudah sehebat itu—bagaimana dengan hadiah lainnya?"Keuntungan selanjutnya adalah—siapapun yang lolos ujian akan mendapatkan kesempatan untuk membaca kitab rahasia bela diri padepokan," jelas Agha sambil memperlihatkan sebuah buku yang dia ambil dari balik pakaiannya.WAAA! WAAA! WAAA!Semua murid kembali membuat suasana riuh. Dari wajah mereka terlihat dengan jelas bahwa ada rasa tidak percaya dan senang disaat bersamaan. Mereka tidak menyangka jika hadiah yang bisa mereka dapatkan sebesar itu.Bahkan, sampai sebelum ini mereka hanya pernah mendengarnya dan menganggap itu semua hanya bisa di dapatkan di dalam mimpi. Namun, kini mereka memiliki harapan untuk bisa mendapatkannya. Itu akan sangat membantu mereka untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan."Kalian tahu bukan, pentingnya kitab ini bagi orang ya
"Kalian akan mendapatkan tingkatan dan kedudukan di akademi ini," jelas Agha yang mendapatkan tatapan bingung dari para murid."Kalian tahu kalau ajaran kali ini, ada calon pewaris padepokan bukan? Seperti ucapanku sebelumnya—jabatan apapun diluar akademi tidak akan berguna selama kalian menjadi murid." Agha mencoba memberi penjelasan walaupun nampaknya tanggapan para murid tidak terlalu jauh berbeda dari sebelumnya."Keuntungan ketiga ini, kalian akan mendapat tingkatan dan jabatan sesuai tahapan yang kalian jalani," tambah Agha.WAAA WAAA WAAASuara-suara kembali muncul—setelah semua murid paham dengan penjelasan yang diberikan oleh Agha. Wajah masam dari deret barisan terdepan terpampang dengan jelas, yang membuat murid-murid lain malah kegirangan.Walaupun tanpa diucapkan, pasti sangat banyak murid yang merasa tidak adil dengan jabatan yang sudah di miliki calon pewaris sebelum masuk akademi. Dengan aturan itu—sudah pasti semua murid merasa sangat senang."Ada enam tahapan, sehingg
Tidak ada jawaban dari pertanyaan yang Agha lontarkan. Semua murid malah saling mengeluh dan berbicara dengan teman-teman di sebelahnya. Suasana lebih riuh dari sebelumnya—yang membuat Agha menggertakkan giginya menahan marah. Namun, Agha nampak menahan diri karena rasa marahnya sedikit berkurang setelah melihat para murid yang kebingungan.Disalah satu barisan tampak seorang murid dengan tompel di pipi sebelah kanan sedang berbicara kepada teman disebelahnya. Murid yang berasal dari penduduk Ajaran Sihir itu tidak jauh bingung dibandingkan murid-murid yang lainnya."Apa aku salah dengar? Bagaimana bisa tahap awal menjadi penentu kelompok? Bukankah tidak ada pemberitahuan seperti itu sebelumnya?" tanya salah satu murid dengan tompel di pipi kepada teman disebelahnya."Sepertinya Ksatria Penjaga Gerbang Barat memang sengaja mengatakannya di menit-menit terakhir. Dia terlihat sangat senang saat melihat kita kebingungan," jawab murid sebelah sambil menunjuk ke arah Agha dengan dagunya."K
"Kalian pasti bisa bertahan dengan tenaga dalam sekecil apapun." Reena mencoba memberi semangat walaupun dari ekspresinya itu hanyalah candaan untuk menghibur dirinya sendiri."Baiklah, kalau begitu ujian tahap 1 kali ini...DIMULAI!" teriak Agha yang disambut dengan suara terompet dan gong bersamaan.PHUUUUUDHUUUM DHUUUM DHUUUMSemua murid merasakan perubahan suasana yang begitu mencekam. Semua murid merasa tercekat setelah merasakan aura dingin dan menekan itu. Sedangkan Reena sudah duduk dengan posisinya yang siap memainkan kecapi yang ada di pangkuannya.PAAAATSTRIIIING TRIIIINGSuara kecapi yang dipetik membuat semua murid mulai merasakan gejolak rasa sakit yang mulai menyerang seluruh tubuh. Bahkan, baru beberapa petikan sudah menumbangkan lebih dari seperempat murid yang ada di halaman utama akademi."AAAARRRRGH!""UUGH!""AAARGH, dadaku sesak!"Suara jeritan para murid yang kesakitan tidak menghentikan Reena untuk terus memainkan kecapinya. Karena, dia masih melihat sangat ba
"Tidak. Tidak perlu. Aku hanya tidak nyaman dengan tatapan itu." Pandya berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak bertemu mata dengan pemimpin Ajaran Suara.Permainan musik Reena masih terus berlanjut, tinggal satu menit lagi hingga para murid yang bertahan akan lolos. Tapi, level permainan semakin lama semakin kuat seiring rasa frustasi Reena yang tidak bisa membuat Pandya tumbang. Padahal semua sudah direncanakan untuk menjadikannya sasaran utama untuk ditumbangkan di ujian tahap ini.Dari balik punggung Reena ada dua pengamat yang merasa khawatir dengan keadaan di sekitar. Bahkan, sudah tidak ada setengah dari para murid yang dapat bertahan. Terlebih kekuatan saat memainkan alat musik itu, tidak seharusnya dilakukan di ujian tahap 1.'Aku merasakan kalau dia terburu-buru memainkan kecapi miliknya. Kekuatan dalam gelombang suara itu juga semakin kuat,' pikir Akandra mengamati permainan Reena yang semakin tidak terkontrol.'Kalau dibiarkan seperti ini para murid akan kesulitan untu
'Baiklah kalau itu maumu! Sebentar lagi ujian akan selesai, apa kau sudah siap mendengar gelombang suara itu?' tanya Sakra memastikan.'Aku sudah bersiap sejak memintanya tadi!' jawab Pandya yakin kembali memperlihatkan senyuman tipis di bibirnya.***Di sisi lain, Reena tampak frustasi melihat Pandya yang tidak segera tumbang. Padahal, waktu ujian tinggal beberapa detik lagi. Tapi dia juga tidak mungkin menaikkan lagi level kekuatan untuk saat ini.Dia tahu jika menambahkan kekuatan lebih besar lagi—maka tidak akan ada murid yang dapat bertahan. Dan jika itu terjadi, akan menjadi catatan dan informasi yang akan menggemparkan di seluruh padepokan. Dan sama saja itu kegagalan bagi Reena, apalagi statusnya di perguruan Cempaka Putih akan dipertanyakan.KREEEET!Suara Reena yang menggertakkan giginya, membuat Agha dan Akandra yang di belakangnya curiga. Mereka harus memastikan jika batas kekuatan yang dikeluarkan di ujian ini harus tetap sesuai. Jika tidak merekapun akan mendapat masalah
Setelah Pandya dibawa ke ruang pengobatan, wajah Reena tampak sangat pucat. Dia masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dilihatnya. Bahkan, darah yang Pandya keluarkan kini menjadi genangan di tempat Pandya berdiri tadi.'Bocah yang bertahan mendengar permainan kecapi ku ternyata mengalami luka dalam yang parah...' pikir Reena termenung.Akandra yang masih berada di belakang Reena, masih menatap kepergian Pandya yang dibawa dengan tandu dengan tatapan khawatir. Setelah Pandya tidak terlihat Agha juga kembali ke aula utama dan berdiri di samping Akandra."Pemimpin, anda sudah berlebihan!" ucap Akandra menginterupsi.Reena yang mendengar ucapan itu sedikit terkejut karena tertohok. Ucapan Akandra yang barusan membuat Reena berkeringat dingin. Dia tahu apa akibat dari perbuatan gegabah yang dilakukannya tadi."A–apa maksudmu?" tanya Reena berpura-pura tidak paham."Anda hampir membunuhnya!" jawab Akandra sedikit emosi."Apa tenaga dalam anak itu sangat rendah?" Reena bertanya sam