Share

Bab 11

Terlalu dramatis?

Alya terdiam sejenak, lalu tertawa dengan dingin di dalam hatinya.

"Tentu saja, dibandingkan dengan Hana-mu itu, aku nggak pengertian."

Kalimat tersebut keluar begitu saja dari mulutnya.

Rizki terkejut.

Alya juga terkejut.

Apa ... yang tadi dia katakan?

Ketika Alya sedang menyesali perkataannya, dagunya tiba-tiba diangkat oleh Rizki. Alya mendongak dan bertemu dengan mata Rizki yang sehitam tinta.

Rizki agak menyipitkan matanya, tatapannya setajam mata elang.

"Kamu cemburu dengannya?"

Alis Alya berkedut, merasa gelisah untuk mendorong tangan pria itu.

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan?"

Namun, tangannya sama sekali tak bertenaga. Ketika dia menyentuh pria itu, sentuhannya begitu lemah.

Gerakan ini membuat Rizki mengangkat alisnya. Dia menangkap pergelangan tangan Alya sambil tersenyum geli. "Lemah sekali?"

"Kepalamu yang lemah."

Alya mengutuk pria itu dan menarik tangannya kembali. Karena telah mengerahkan terlalu banyak tenaga, tubuh Alya pun segera terjatuh ke sofa.

Setelah itu, dia tidak bisa bangun.

Dia tidak ada tenaga.

Rizki berdiri di tempatnya, menatap Alya dengan tatapan yang rumit. Kemudian, dia berkata, "Tunggu."

Dia pun pergi ke kamar mandi dan kembali membawa sebaskom air dan juga handuk, lalu meletakkannya di kursi di samping Alya.

Rizki merendam handuk itu di air, memerasnya dan menggunakannya untuk mengelap Alya.

"Kamu sedang apa?"

Melihat Rizki mendekatinya dengan handuk itu, Alya tanpa sadar menghindarinya.

Rizki segera mencengkeram pundak Alya, alis wajahnya yang tampan mengerut. "Jangan bergerak, aku akan mendinginkanmu."

Awalnya Alya ingin mengatakan kalau dia tidak butuh, tetapi ketika handuk itu menyentuh kulitnya, sensasi dingin menyelimutinya dan dia tidak bisa lagi menolak.

Sekarang suhu tubuhnya sangat tinggi, tidak baik bila suhunya tidak turun.

Lagi pula, ini hanya pendinginan fisik ....

Setelah berpikir seperti itu, Alya membiarkan pria itu mengelapnya

Rizki mengelap keringat di keningnya, lalu dengan lembut mengelap pipinya. Pria itu terus mengelap dan tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Dia samar-samar tersenyum, lalu berbisik, "Alya, kamu benar-benar nenek moyangku."

Pernyataan ini membuat alis Alya berkedut.

"Apa?"

Mata Rizki tampak sehitam safir. Pria itu mengejek, "Kenapa kamu bingung? Ini pertama kalinya aku mengelap tubuh seseorang seperti ini, jadi kamu nenek moyangku atau bukan?"

Sambil berbicara, tangan Rizki yang tadinya mencengkeram pundak Alya bergeser dan membuka kerah bajunya, menampilkan kulit putih wanita itu. Rizki pun meraihnya dengan handuk basah.

Raut wajah Alya perlahan berubah, dia menahan tangan pria itu dan berkata, "Apa yang kamu lakukan?"

"Mengelap bagian dalam untukmu."

Pria itu menjawab dengan ekspresi tulus.

Alya yang merasa gelisah dan malu, segera menarik kembali kerah bajunya. "Nggak, nggak perlu. Aku bisa sendiri."

Akan tetapi, melihat gerakan Alya, Rizki pun mengerutkan keningnya.

"Kenapa kamu marah padaku?"

Tangan Rizki tidak bergerak, masih memegang handuk basah dan beristirahat di atas dadanya. Dari sudut tertentu, seolah-olah tangannya sedang ....

Jika orang lain melihat ini.

"Aku nggak marah, hanya saja aku bisa sendiri."

Rizki masih mengerutkan keningnya dan menatap Alya dengan tidak senang.

"Apakah kamu ...."

Brak!

Sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, sebuah suara keras terdengar dari luar pintu. Rizki dan Alya pun menatap ke luar pintu secara bersamaan.

Mereka melihat Hana yang sedang panik memungut barang-barangnya.

Tangan Rizki sejenak membeku. Setelah beberapa saat, dia pun menarik tangannya. Raut wajahnya tidak dapat dijelaskan.

Alya berbaring di sana, sebuah senyum mengejek samar-samar terlihat di bibirnya.

Hana cepat-cepat memungut barang yang jatuh ke lantai, lalu berjalan masuk ke ruangan.

Dia tersenyum lembut pada Rizki dan Alya, seolah-olah dia tidak melihat apa yang terjadi barusan.

"Tadi aku nggak memegang barangnya dengan benar, sehingga nggak sengaja jatuh. Apa aku mengagetkan kalian?"

Rizki melengkungkan bibir tipisnya dan hendak mengatakan sesuatu. Namun, Hana segera menghampirinya dan mengulurkan tangan. "Biar aku saja."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status