Share

Ch. 3 Strategi dan Siasat

Di ruangan yang sangat luas, dinding-dindingnya dipenuhi oleh lampu biru yang memancarkan cahaya misterius. Xander bersandar di dekat pintu, mencermati situasi dengan serius, sementara Reinhard beristirahat di ruangan sebelah, dan Jeremy duduk di bangku di sampingnya.

"Sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena menghina keluargamu. Aku tidak pernah membayangkan bahwa kau adalah seorang Silverblade," ujar Xander sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Dan lagi, tubuh ini penuh dengan energi, seperti masa muda yang kembali hadir," tambah Xander sambil memperhatikan pantulan wajahnya di lengan tangannya. Ia terlihat gembira dengan apa yang dilihatnya. "Woah!!! Aku sungguh tampan!"

"Berisiklah kamu. Ini situasi yang sangat membingungkan... Tampaknya aku juga kembali ke masa muda," ujar Jeremy, merasa heran dengan keanehan yang terjadi.

"Yah, jika aku mempersingkat cerita, ini adalah awal dari kebangkitan Kekaisaran Dragonheart..." ujar Xander sambil meninggalkan Jeremy dengan perasaan penasaran.

"Bukankah Kekaisaran Dragonheart telah lama punah?" tanya Jeremy, bingung dengan apa yang baru saja didengarnya.

Xander melihatnya dengan ekspresi mengejek, lalu pergi begitu saja. "Cih, dia sudah tua tapi kelakuannya masih seperti anak-anak. Tak ada bijaknya sedikit pun," gumam Jeremy dengan wajah kesal.

Jeremy mulai merenung dan mencoba memahami semua yang telah terjadi. "Ini semua dimulai dari buku aneh itu, yang mengatakan bahwa di reruntuhan ini aku akan mendapat perlindungan. Tapi sekarang semakin banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiranku... Dan mengapa ayahku meminta aku menjaga Reinhard? Mungkin itulah tujuannya... Dan Xander mengatakan bahwa ini sesuai dengan ramalan yang ada di buku... Apakah dia juga memiliki buku yang serupa dengan milikku? Di bukuku, ada ramalan bahwa tempat ini akan menjadi tempat perlindungan jika aku masih memiliki kalung Chronos ini," ujar Jeremy sambil bergumam sendiri, lalu menatap kalung Chronos-nya dan menundukkan kepala, mencermati kebingungannya yang semakin memuncak.

Setelah Jeremy bergumam sendiri, tiba-tiba seorang penjaga muncul tanpa disadarinya.

"Tuan, izinkan saya mengantarkan Anda ke ruangan Anda. Tuan Xander mengatakan bahwa dia akan mengurus Tuan Muda Reinhard dengan baik," ujar penjaga itu.

Jeremy meminta tolong kepada penjaga tersebut, "Bisakah Anda menaruh sebuah bantal dan selimut di sini?"

"Jelas, Tuan!" jawab sang penjaga dengan sopan.

Kerajaan Chronoaris sibuk melakukan persiapan untuk melancarkan serangan rahasia terhadap kerajaan Chronovia.

"Tuan Raja, semua persiapan sudah siap untuk dieksekusi. Kami akan menunggu perintah Anda," ujar seorang pria yang tenang dan penuh wibawa.

"Tunggu sampai semua kapal perang mereka bergerak," perintah Raja Chronoaris.

"Pertimbangkan, Tuan, saya merasa musuh tidak akan begitu bodoh untuk mengungkapkan seluruh senjatanya," balas pria tersebut dengan tenang.

"Sudah cukup berdebat. Ikuti saja instruksi saya," perintah sang raja Chronoaris dengan tegas.

"Baik, Tuan," jawab pria itu sambil menyerah, membusungkan dadanya, dan meletakkan tangan kanannya di dadanya.

Sementara itu, di dekat reruntuhan Pintu Chronos, Xander terlihat sedang mengoordinasi para pejuangnya untuk mempersiapkan senjata dan makanan demi kepentingan perang.

Jeremy mendekati Xander dengan kebingungan yang jelas terlihat di wajahnya. "Apakah kita sedang berperang melawan salah satu kerajaan?" tanyanya heran.

"Dua kerajaan," jawab Xander singkat.

"Apa maksudnya kita harus berperang melawan dua kerajaan?!" tanya Jeremy dengan keheranan.

"Kamu tenanglah, kamu bahkan tidak tahu rencana yang sudah aku susun selama 200 tahun ini," ujar Xander dengan nada mengejek.

"Rencana apa yang kamu maksud?!" tanya Jeremy dengan sedikit kesal.

"Kamu sudah merasakan sendiri kekuatan Kaisar Rostredich. Leluhurmu adalah salah satu penjaga yang setia kepada sang kaisar. Jadi, kamu harus mengikutinya," jelas Xander.

"Mengikutimu? Apa maksudmu?" tanya Jeremy dengan nada skeptis.

"Jika kamu khawatir, percayalah bahwa kita mampu mengalahkan kedua kerajaan tersebut," ujar Xander penuh optimisme.

"Bodoh sekali optimis-mu," cela Jeremy.

"Aku hanya melihat bahwa pasukan mereka hanya mencakup kurang dari 1% dari pasukan kerajaan Chronoaris. Bagaimana aku bisa tidak khawatir?!" Jeremy melihat sekitar, menghitung jumlah prajurit dengan cepat dalam pikirannya.

"Kamu tidak tahu bahwa aku telah menyusupkan prajuritku ke dalam kedua kerajaan tersebut dengan jumlah yang sangat besar," kata Xander dengan nada sedikit sombong.

Tak lama kemudian, seorang prajurit tiba dengan laporan penting untuk Xander.

"Lapor, te... Tuan! Kami menemukan sebuah ruangan yang gelap, sisa-sisa reruntuhan batu besar di lorong," ucap prajurit Xander, agak kikuk karena tidak terbiasa memanggilnya 'Tuan' dan lebih akrab dengan sebutan 'Tetua'.

"Baiklah, segera bentuk tim eksplorasi dan beri tahu mereka bahwa aku akan memimpin. Jangan lupa kenakan perlindunganmu juga. Sudah 220 tahun sejak terakhir kali aku berada di sini, dan aku merasa telah melupakan semuanya. Hahahaha," kata Xander sambil memberikan perintah, tertawa dengan nuansa nostalgia.

Setelah tim explorasi terbentuk, Xander bergegas untuk memimpin prajuritnya menuju lorong yang baru ditemukan.

"Silverblade..." ucap Xander, hendak menyampaikan sesuatu.

"Jeremy," potong Jeremy dengan nada mencemooh.

"Jeremy, aku telah menunjuk salah satu pemimpin pasukan untuk menjadi bawahanmu selama aku pergi. Tolong pergi ke ruang rapat yang terletak di sebelah kanan Pintu Chronus. Kamu akan melihat tanda 'Ruangan Rapat' di sana. Diskusikan situasi dan kondisinya dengan cepat. Aku mempercayakan padamu tugas untuk merancang strategi dan taktik serangan terhadap Kerajaan Chronoaris, sementara aku sendiri akan menggulingkan Raja Chronovia. Saya juga telah memberikan garis besar strategi kepada Mizuha, salah satu komandan pasukan yang telah saya sebutkan tadi," jelas Xander, panjang lebar, meninggalkan Jeremy dalam kebingungan.

"Tampaknya dia mungkin kembali muda, tetapi pola pikirnya masih sama. Dia pikir aku bisa mencerna semua ini dengan mudah... bisa-bisa aku menjadi tua lagi hanya dengan satu perintahnya," gumam Jeremy dengan rasa kesal yang mendalam.

Ketika Jeremy tiba di ruangan rapat, dia melihat seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang dan mengenakan baju besi putih berkilau yang dipadukan dengan kain ungu. Wanita itu sedang memeriksa miniatur denah pertempuran dan menyapanya dengan senyum. "Hey, namamu Mizuha, kan?" sapa Jeremy dengan ramah. "Maaf, saya tidak menyadari kehadiranmu! Senang bertemu denganmu, Tuan," kata Mizuha.

"Perkenalkan, nama saya Jeremy," ujar Jeremy sambil berjabat tangan dengan Mizuha. "Xander sudah memberikan garis besar strategi kepada saya, tetapi saya tidak yakin dengan apa yang dia katakan," lanjut Jeremy.

"Jangan khawatir, Tuan. Strategi kita dalam melawan Kerajaan Chronoaris sangat sederhana. Kami hanya perlu memberikan sinyal kepada pasukan yang membaur di kerajaan Chronoaris, dan kemudian kami akan membantu pasukan penyergap untuk melawan pasukan elit Raja mereka," jelas Mizuha secara rinci.

Mizuha menunjuk salah satu titik pada denah medan pertempuran hologram. "Di titik ini, kami akan memberikan sinyal bahwa kita siap untuk serangan," tambahnya. "Kemudian pasukan kita yang telah berada di Kerajaan Chronoaris akan memberontak dan membunuh raja mereka." Mizuha mengakhiri penjelasannya.

Jeremy masih memegang dagunya, berusaha mencerna semua informasi itu, dan menghela napas panjang. "Jadi, saya hanya perlu menunggu dan menghadapi musuh ketika saatnya tiba," jawab Jeremy.

"Tepat sekali, Tuan," jawab Mizuha.

Sementara itu, tim penjelajah yang dipimpin oleh Xander terus menyusuri lorong yang tak diketahui. Namun, tiba-tiba Xander mulai mengingat sesuatu tentang lorong ini. Ada sesuatu yang terasa akrab.

"Hentikan di sini, Gerrard. Kamu dan pasukanmu berjaga di depan pintu ini. Jika kalian menghadapi situasi yang tidak bisa dihadapi, tahan dan segera hubungi aku di dalam ruangan ini," perintah Xander dengan tegas.

"Baik, Tuan Xander!" jawab Gerrard dengan sigap.

Xander dengan hati-hati membuka pintu perlahan. Tangan kanannya memutar gagang pintu, sementara tangan kirinya tetap memegang erat senjatanya. Ketika pintu terbuka, Xander terkejut melihat apa yang ada di dalam ruangan itu...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status