Share

05. Anita Melahirkan

Kabar tentang pernikahan Marwan sudah diketahui banyak orang, bahkan banyak juga emak-emak yang berbondong-bondong menyerbu akun media milik Yunita Indrisantika, yaitu istri keduanya Marwan.

Berbagai upatan, Kata-kata kasar terlontar pada halaman media Yuni, membuat Yuni marah dan frustasi karena ulah Anita.

"Pokoknya, Mama mau Papa ceraikan wanita itu, sekarang juga!" ucap Yuni pada Marwan diujung telpon.

"Bagaimana bisa, Papa menceraikan dia dalam keadaan hamil, Ma?" tanya Marwan yang ikut kesal dengan tindakan Anita yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang suami.

Kini banyak teman-teman Marwan yang menanyakan kebenaran berita itu,

"Awas saja kalau kamu tetap memilih wanita itu dibanding aku, setelah kamu membuatku malu." ancam Yuni lagi,

"Iya, Sayang. Kamu tenang saja aku tidak mungkin mempertahankan istri yang sudah menjatuhkan nama baik suaminya." jawab Marwan, berkata selembut mungkin agar hati Yuni melunak,

"Sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya agar orang-orang berhenti menyerbu akunku."

"Kenapa kamu gak sewa hackers saja?" Marwan memberikan usulan,

"Boleh juga saranmu, Pa. Aku coba ya, nanti aku hubungi Papa lagi." ujar Yuni yang langsung mematikan sambungan teleponnya,

Setelah panggilan terputus, Marwan terus memikirkan tentang perjanjian pra nikah yang sudah mereka sepakati,

'Aku tidak ingin hidup miskin setelah berpisah dengan Anita.' gumam Marwan langsung bangkit dari tempat duduknya bergegas mencari apa yang dia inginkan,

Namun sialnya, dia tidak menemukan apa pun didalam lemari itu.

Marwan kembali duduk di soffa, hingga Anita datang dari rumah ibunya.

Marwan marah besar pada Anita, karena menurutnya, tindakan Anita itu lancang dan sudah melewati batas.

"Kamu, sengaja membuat suamimu malu, Anita!" teriak Marwan begitu Anita melewati dirinya.

"Aku?" tunjuk Anita pada dirinya sendiri, "aku yang membuatmu malu, apa kamu malu karena semua orang sudah mengetahui kelakuan busuk, kalian berdua." ucap Anita dengan tegas,

"Seharusnya kamu tanya baik-baik padaku, Nita. Bukan dengan cera seperti itu! Kini semua orang telah tahu masalah rumah tangga kita. Karena ulahmu!" tunjuk Marwan,

"Seharusnya yang marah itu, aku, Mas. Bukan kamu. Disini aku yang disakiti, aku yang kau hianati. Tapi kenapa kamu menuduhku seolah-olah aku yang melukaimu?" tanya Anita dengan perasaan sedih dan kecewa.

Ia yang tersakiti, tapi dituduh menjadi biang masalah.

"Karena kamu, sudah membuat suamimu malu." teriak Marwan lagi,

Tanpa menjawab pertanyaan Marwan, Anita berlalu ke dalam kamarnya.

Marwan terus memikirkan cara, bagaimana ia mendapatkan semua aset dan surat perjanjian itu. Agar dirinya tidak kehilangan semua yang ia miliki.

'Apa Anita menyimpannya di rumah, Ibu?' gumam Marwan.

Seperti mendapatkan petunjuk, Marwan segera melangkahkan kaki menuju rumah ibunya.

Tanpa kata salam, Marwan memasuki rumah ibunya,

Merasa sang ibu masih fokus di tempat sholat, Marwan segera masuk ke dalam kamar sang ibu,

"Akhirnya, aku menemukanmu. Dasar, Anita bodoh. Dia pikir bisa mengelabui aku." ucap Marwan, terseyum jumawa karena mendapatkan apa yang ia cari.

"Aku harus segera mengamankan semua ini, enak saja, aku yang bekerja keras, malah si Anita yang akan menikmati hasilnya." gumam Marwan sebelum berlalu dari kamar sang ibu.

Seperti maling yang takut tertangkap basah, Marwan berjalan mengendap-endap, memastikan jika sang ibu masih fokus diatas sajadah di ruangan khusus untuk melakukan ibadah.

[Sayang. Aku sudah mendapatkan semua aset itu, besok pagi aku akan segera kembali padamu.] pesan singkat Marwan kirimkan pada Yuni,

[Wah kamu hebat, Sayang. Akhirnya kamu tidak jadi gembel. Segera lah kembali, aku sangat merindukanmu.] balas Yuni disertai emoticon hati,

[Aku juga tak ingin menjadi gembel, karena wanita bodoh itu, Sayang.]

[Baguslah, Sayang. Lagian kamu juga kenapa bikin surat gak jelas seperti itu, itu pasti usulan wanita bodoh itu, kan?]

[Iya, Sayang. Memang ini usulan dia. Sudah sekarang kamu tenang saja, semuanya sudah kembali padaku. Setelah anak itu lahir aku akan segera menceraikannya.]

[Wah. Kamu serius sayang?]

[Aku sangat serius, Yuniku. Sudah ya, sekarang aku mau istirahat, besok pagi aku harus kembali kesana.]

[Iya, Sayangku. Good night.] balas Yuni dengan emoticon cium,

Tepat jam lima pagi, Marwan sudah bersiap untuk pergi. Ia mengemas sendiri barang yang akan ia bawa, tanpa berpamitan pada Anita dan sang ibu Marwan pergi begitu saja.

--------------------------------

Hari demi hari Anita lewati seorang diri, kehamilan itu membuatnya lemah, tak jarang Anita masuk rumah sakit, bahkan sampe harus di opname. Namun hingga detik kelahiran tiba Marwan tak juga datang untuk menemaninya.

Dokter memberikan arahan, pada Anita,

"Ayo, Bu. Sebentar lagi, Dedeknya keluar. Ibu yang semangat, tarik nafas dari dalam. Hitungan ke tiga dorong yang kuat, ya." ucap seorang dokter wanita yang tengah membantu proses melahirkan Anita.

"Satu ... Dua .. Tiga .. Ayo, Bu. Dorong!" ucap dokter itu, dan tak lama terdengarlah tangisan baby, memenuhi ruang itu.

"Allhamdulilah. Selamat ya, Bu. Anaknya perempuan, saya akan membersihkan terlebih dahulu." ucap salah satu perawat, yang memperlihatkan baby mungil itu pada Anita.

Anita hanya menjawab dengan anggukan kepala, dia lega akhirnya anak yang selama ini, menjadi penyemangatnya telah lahir ke dunia.

"Apa suami, Ibu sudah dihubungi, Bu?" tanya seorang perawat yang tengah membersihkan Anita.

Mendengar pertanyaan itu, hati Anita kembali sakit. Pasalnya dari jam sembilan pagi, Anita sudah mencoba menghubungi Marwan bahwa dirinya tengah berada di rumah sakit.

Karena menurut dokter kandungan, anak yang Anita kandung harus dilahirkan hari itu juga, dengan melewati proses induksi.

Marwan hanya pulang dua atau tiga bulan sekali, dan hanya mengirim Anita uang dua ratus ribu untuk jatah sebulan.

Dia tak pernah memikirkan bagaimana nasib Anita dan juga ibunya yang bergantung pada penghasilan Marwan.

"Saya belum tahu, Sus. Tapi tadi saya sudah memberikan kabar lewat pesan singkat." jelas Anita pada sang perawat itu.

Mendengar jawaban Anita, perawat itu hanya tersenyum dan mencoba mengalihkan perhatian Anita pada sesuatu yang lebih menyenangkan. Karena ibu pasca melahirkan tidak boleh stress , itu akan memperngaruhi mental dan imunnya.

Sedangkan di kota D, Marwan tengah gelisah karena mendapatkan pesan, jika Anita sudah berada di rumah sakit karena harus melahirkan hari itu juga.

Dirinya ingin sekali pergi menemui Anita, karena bagaimana pun hati kecil Marwan selalu memikirkan nasib Anita dan ibunya di kampung. Tapi Marwan tidak berdaya dengan semua peraturan yang Yuni buat.

'Harus dengan alasan apa, agar aku bisa menemui Anita?' gumam Marwan sedih, memikirkan nasibnya sekarang.

Marwan mencoba menghubungi bosnya tempat ia bekerja, Marwan menceritakan semua yang terjadi pada Anita di kampung pada bosnya.

Marwan meminta bantuan, agar dia bisa kembali ke kampung tanpa harus membuat Yuni curiga tentang kepergianannya.

Comments (38)
goodnovel comment avatar
Noviani Sahida
semoga yg di temukan Marwan cuman suratĀ² duplikat nya aja... bukan yg asli...
goodnovel comment avatar
Dessy Chandra
laki laki plin plan
goodnovel comment avatar
Tri Hesti
sedih banget pasti perasaan Anita yang melahirkan tanpa suami disisinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status