Share

04. Memviralkan Pelakor

"Kamu sudah menikah lagi, Mas?" tanya Anita lemas, ia mencari sandaran soffa dan langsung terduduk.

"Maaf, Anita. Aku khilaf," jawab Marwan dengan suara pelan,

"Khilaf kamu bilang, Mas?" tanya Anita tersenyum getir.

"Aku terpaksa menikah lagi, Anita." jawab Marwan tanpa menatap Anita,

"Terpaksa kamu bilang, Mas? Atas dasar apa, Mas?" teriak Anita,

"Aku terpaksa menikahi, Yuni, Anita. Karena aku disana juga membutuhkan seseorang yang bisa melayani semua kebutuhan aku," ujar Marwan pelan,

Mendengar penjelasan Marwan yang tidak masuk akal itu, membuat Anita terkekeh,

"Melayani semua kebutuhan kamu, Mas?" tanya Anita mengulang kembali ucapan Marwan,

Marwan hanya menganggukan Kepala pelan, sebagai jawabannya.

"Kebutuhan yang mana yang kamu maksud, Mas? Kebutuhan lahirmu apa kebutuhan batinmu?" teriak Anita dengan suara bergetar menahan air mata,

Namun Marwan hanya diam tidak menyahuti ucapan Anita,

"Jawab, Mas. Kenapa kamu diam saja?"

"Semua kebutuhanku, Anita. Termasuk lahir dan batin." ucap Marwan yang masih menundukkan kepala,

Mendengar jawaban itu Anita hanya bisa tertawa keras dengan linangan air mata.

"Kamu menikah lagi dengan alasan agar ada yang melayani semua kebutuhanmu, Mas? Begitu maksudmu, Mas? Lalu aku kau anggap apa, Mas?" teriak Anita murka, cairan bening semakin terjun bebas dipipi cantiknya.

"Maafkan aku, Anita." ucap Marwan lemah,

"Jelaskan semuanya sekarang, Mas." pinta Anita dengan suara pelan.

"Aku sudah menikah dengan, Yuni. Yuni itu adalah cinta pertamaku, Nita. Saat aku pertama kerja di kota D, empat tahun yang lalu sebelum aku kenal denganmu. Tapi karena hubungan kita di tentang oleh kedua orang tua, Yuni. kita berpisah dan Yuni dijodohkan dengan orang lain. Dan sejak dua tahun yang lalu, sebelum Yuni bercerai dengan suaminya, kita kembali menjalin hubungan, sampai Yuni mengandung anakku, yang bernama Al. Setelah anak itu lahir, Yuni bercerai dengan suaminya, dan satu tahun belakangan ini, aku dan Yuni sudah resmi menikah siri." Marwan menarik nafas dalam sebelum kembali melanjutkan ucapannya,

Anita hanya diam, mendengarkan semua yang akan Marwan ucapkan, meski pun hatinya teramat sakit mendengar kejujuran ini.

"Aku tidak bisa menceraikanmu karena dua alasan. Yang pertama kalau aku menceraikanmu, siapa yang akan mengurus ibuku. Dan yang kedua karena anak yang ada dalam perutmu itu. Kalau kamu bertanya apakah aku masih mencintaimu, tentu saja tidak Anita, karena cintaku hanya untuk Yuni seorang." jelas Marwan lagi.

Cinta ingin dia miliki, dan orang yang bersedia merawat ibunya ingin dia genggam. Mungkin itulah jalan pikiran Marwan, seorang lelaki egois yang bisanya mempermainkan perasaan.

"Jahat kamu, Mas! Kamu egois. Ceraikan aku sekarang, Mas!" teriak Anita,

"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu, Anita." ucap Marwan dengan suara sedikit meninggi.

Tanpa berpamitan pada Marwan, Anita segera berlalu ke dalam kamarnya, disana ia menangis sejadi-jadinya sampai Anita ketiduran.

Pada saat bangun tidur, Anita meraba benda pipihnya untuk melihat jam. Namun ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari nomor tidak diketahui.

'Siapa yang menelpon aku ya?' gumam Anita yang langsung membuka aplikasi hijau untuk mengetahui siapa yang mengirim pesan.

[Hai! Maduku yang bodoh. Sekarang kamu sudah tahu kan pernikahan aku dan suamimu, kasian sekali istri sah yang teraniaya hanya dijadikan alat sebagai pengasuh lansia.] isi pesan disertai emoticon tertawa, dari nomor yang tidak dikenali.

Membaca pesan itu hati Anita semakin sakit karena ia yakin dia adalah orang yang bernama Yuni.

[Oh jadi kamu orang yang sudah merebut suami, Saya? Asal kamu tahu saja ya, pelakor tidak tahu diri. Saya bukan orang bodoh dan saya tidak teraniaya. Saya juga bukan pengasuh lansia seperti yang kamu tuduhkan, saya ikhlas merawat ibu mertua saya. Karena bagi saya ibunya Mas Marwan itu juga ibu saya sendiri.] balas Anita,

[Ha,ha,ha. Terserah apa katamu, istri bodoh. Yang pasti aku hanya ingin mengingatkan agar kamu sadar diri, dimana posisi kamu sekarang. Kamu itu hanya istri yang dimanfaatkan saja, sedangkan cinta suamimu, aku pastikan itu hanya untukku.] balas orang itu memberi ancaman.

[Percaya diri sekali kamu. Kita lihat saja nanti siapa yang akan menjadi pemenangnya.] balas Anita menangtang,

[Heh istri bodoh! Asal kamu tahu saja ya. Aku berhubungan dengan suamimu itu sudah lama, bahkan saat aku memiliki suami pun, suami kamu tidak mau berpaling dariku. Bahkan anak ke duaku, aku pastikan jika itu adalah darah dagingnya, Marwan.] balasan pesan itu lagi.

Dengan reflek Anita langsung menscreenshot pesan itu, dan benar saja beberapa menit pesan itu dibaca Anita, si pelakor sudah menghapus pesan itu.

[Kenapa dihapus lagi, cantik? Takut ya? Atau keceplosan?] balas Anita disertai emoticon ketawa jahat.

[Aku tidak sebodoh yang kamu kira. Kira-kira yang bodoh sekarang siapa ya?] Anita kembali mengirimkan pesan kembali disertai screenshot chatan itu.

[Kamu jangan macam-macam sama aku, Anita!]

[Kenapa kamu takut?] balas Anita tersenyum kemenangan,

[Aku sama sekali tidak takut dengan kamu, Anita. Karena Papa aku itu abdi negara, kamu jangan berani membuat masalah denganku jika tidak ingin berurusan dengan hukum.]

[Wis, anak abdi negara takut!] balas Anita dengan disertai emoticon seolah-olah dirinya ketakutan.

[Makanya jangan coba-coba berurusan denganku, jika tidak ingin nasibmu selanjutnya di hotel paradoks.]

[Siap anak abdi si paling berkuasa ampun!]

[Bagus! Dan satu lagi lebih baik mulai sekarang kamu pergi saja dari kehidupan Marwan, dan jangan lupa bawa juga ibunya yang penyakitan itu, aku tak mau dia menjadi bebanku dan suamiku nanti.] balasan dari Yuni lagi dan Anita segera menscreenshot pesan itu sebelum pesan itu hilang.

[Jika kamu memang suka sama suaminya, kenapa tak kamu urus juga ibunya? Kenapa mesti aku yang membawa ibu jika aku harus berpisah dengan Mas Marwan?] balas Anita memancing emosi Yuni.

[Karena aku tak ingin hidupku terbebani oleh ibunya yang sakit-sakitan itu, dia akan menyusahkanku. Kata suamiku ibunya juga sudah terbiasa denganmu, bahkan kamu dengan suka rela mengurusnya.]

Klik Anita menscreenshot kembali pesan itu, tanpa ada niatan membalasnya lagi.

Anita sibuk dengan aplikasi dunia mayanya,

'Kita lihat saja apa yang akan terjadi.' gumam Anita sebelum menekankan tombol posting.

Setelah yakin posting itu terkirim, Anita keluar dari kamarnya menuju rumah mertuanya. Tidak lupa Anita juga membeli nasi dan lauk kesukaan dirinya dengan sang mertua, karena hari ini Anita tidak masak.

Anita berpamitan pulang, setelah memastikan sang ibu bersiap untuk shalat maghrib dan nanti Anita akan kembali kesana sekitar jam sembilan malam.

Cklek.

Anita membuka pintu utama rumahnya, namun rumah masih dalam keadaan gelap,

'Kemana Mas Marwan?' gumam Anita yang langsung menyalakan lampu.

"Anita! Apa yang kamu lakukan?" teriak Marwan dengan nafas naik turun duduk disoffa.

"Aku?" tunjuk Anita pada dirinya sendiri,

"Ya kamu! Apa yang sudah kamu lakukan, di tiktok dan facebokmu, Hah?" teriak Marwan lagi.

"Emang kenapa, Mas dengan akun medsosku." tanya Anita berlagak bodoh, padahal dalam hatinya dia tertawa jahat.

Comments (34)
goodnovel comment avatar
Dessy Chandra
biar sama sama malu
goodnovel comment avatar
Noviani Sahida
lololo..... kenapa marah ma Anita.... justru kamu kudunya bersyukur.... di bukakan matamu .... siapa Yuni sebenarnya......
goodnovel comment avatar
Tri Hesti
bagus Anita aq suka caramu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status