Share

49 Berani Sekali

Ini bukan mimpi 'kan? Akhirnya, asiikkk!

"Pak Dipta kenapa?"

Suara Mbok Asih mengagetkanku yang sedang senyum-senyum sendiri.

"Oh, nggak papa, Mbok."

Gegas aku meninggalkannya sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

Tidak, Mbok Asih tidak akan pernah mengerti perasaanku. Aku hanya ingin cepat-cepat malam, Mbok. Ngerti nggak sih.

Hufft.

Mas, nyebelin deh. Kalau kata Luna. Eh, Mbok, nyebelin deh, maksudku.

.

Pagi ini, tak sama dengan pagi-pagi sebelumnya.

Di meja makan, sepotong roti dan susu, sangat tak masuk akal menjadi alasanku tersipu-sipu, bukan.

Lalu, apa yang membuatku terlihat gila. Di mana senyum tak mampu kuhentikan hanya karena memandang roti dengan selai kacang ini?

Ah, ini karena wanita yang juga tengah menunduk malu-malu di sampingku. Ia seperti diorama yang membuatku kembali melihat pemandangan serta adegan indah dan hangat itu.

Semalam, kami seperti terjebak dalam hangatnya malam pertama. Saling tak mampu melepas dekap, menarik rasa hangat, serta tak ku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status