Andra keluar dari ruangan Rafasya dengan wajah yang masam. "Pak Andra," panggil wanita yang duduk tepat di depan ruangan Rafasya tepat ketika orang kepercayaan Rafasya itu melintas di depannya. "Apa?" Andra menjawab ketus."Masih disuruh perbaiki?" Wanita cantik itu menahan tertawanya. Kapan lagi dia bisa melihat Andra yang terkenal sombong, dan cerdas itu, menderita seperti saat ini."Kurang kerjaan." Andra berkata dengan kesal dan kemudian pergi. Ya dia mana berani berkata seperti ini jika di depan Rafasya. Namun di belakang si bos, setidaknya Dia sedikit bisa meluapkan kekesalannya terhadap bos yang semena-mena seperti Rafasya.Lidia yang mendengar perkataan Andra, hanya bisa tertawa. Atau lebih tepatnya mentertawakan penderitaan Andra.Entah apa yang terjadi terhadap bosnya. Sejak 1 bulan terakhir, sikap bosnya begitu sangat berbeda. Suka marah-marah tidak jelas. Salah sedikit saja, Rafasya sudah marah-marah. Bahkan bisa dikatakan sengaja mencari kesalahan. Namun hari ini pu
Mau sampai lepas pun tangannya mengetuk pintu kamar, namun tetap saja tidak ada sahutan dari dalam. Setelah lelah mengetuk pintu kamar Cahaya, akhirnya Cinta menyerah. Istri Rafasya itu pergi meninggalkan kamar sahabatnya dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Tangannya bergetar ketika mengetik pesan. Pesan yang berisi tentang kecemasan yang melandanya. Cinta meminta agar Cahaya segera menghubunginya ketika ponselnya sudah aktif.Saat ini mereka sedang berada di negara orang dan bagaimana jika hal buruk terjadi terhadap Cahaya. Jantung Cinta berdegup dengan sangat cepat ketika membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Selama berada di Prancis, sahabatnya itu memang suka jalan-jalan. Tidak sama seperti Cinta yang lebih betah berada di dalam Kamar hotel. Wanita Cantik itu menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika pesan yang dikirimnya masih centang satu"Dia pasti sedang jalan-jalan." Cinta mencoba menepis pikiran buruk yang melintas di benak kepalanya.Cinta me
Ini untuk pertama kalinya Cinta masuk ke restoran termewah yang ada di kota Paris. Anggap saja dia dapat percikan rezeki karena mengikuti Cahaya yang merupakan sahabatnya.Cinta berada di ruangan VVIP bersama dengan Arlan dan juga Cahaya. Pelayan berjas hitam dengan dasi kupu-kupu itu sedikit tersenyum dan menata hidangan dengan gaya elegan. Semuanya begitu sangat sempurna. Pria itu juga menuangkan minuman berwarna merah kedalam gelas.Berulang kali Cinta menelan air ludahnya yang seakan menetes, ketika memandang hidangan lezat yang tertata di atas meja. Bahkan meja yang berukuran besar itu sudah penuh dengan hidangan yang menggugah selera. Saat belum menikah dengan Rafasya, Cinta sering diajak oleh Mama mertua dan juga papa mertuanya makan di restoran mewah. Namun setelah mereka menikah, Cinta sudah tidak pernah lagi masuk ke sebuah restoran mewah. "Ini bukan anggur merah, tapi sirup merah. Aku harap kalian tidak takut untuk meminumnya." Arlan tersenyum dan mengangkat minuman di ta
Rafasya diam sambil terus memperhatikan layar televisi. "Apa Dia terlihat kurus karena make up? " Dia masih teringat terakhir kali berjumpa dengan Cinta, tubuh istrinya itu masih terlihat berisi. Setelah bertanya sendiri pria itu kemudian menganggukkan kepala setelah mendapatkan jawaban. "Iya dia tampak kurus karena make up," jawabnya sendiri.Matanya menatap layar televisi tanpa henti. Melihat wajah cantik sang istri, membuat pria itu tersenyum sendiri. Saat ini dia sama seperti pria-pria lain, menjadi salah satu pengagum Cinta Hanifah. Wanita muda yang berparas cantik, yang mampu membuat orang terpesona karena prestasinya."Aku harus menemui mama." Rafasya tersenyum ketika sebuah ide muncul di kepalanya. Setelah acara istrinya selesai, pria itu mengetik pesan untuk sang mama. Tidak lama pesan yang dikirimnya mendapatkan balasan. Dimatikannya televisi terlebih dahulu. Dia kemudian beranjak dari duduknya dan langsung pergi menuju ke rumah orang tuanya, dengan alasan ingin makan m
Melani masih terus memperhatikan gadis pelayan yang berwajah manis tersebut. Jika di lihat bentuk tubuh, tinggi badan, serta suara wanita itu memang sangat mirip dengan Berliana. Sahabatnya yang menghilang setelah Susi, yang merupakan ibu kandung dari Berliana, terlibat pembunuhan berencana, dan dieksekusi mati. Dulu mereka berlima begitu sangat dekat. Bahkan sering makan dan duduk nongkrong bersama. Restoran ini, merupakan salah satu tempat favorit mereka. Namun ketika Berliana terjerat kejahatan bersama dengan ibunya, mereka semua menjauh. "Apa masih perih mbak, matanya?" Tanya Ratu Ayu yang sedang membantu si pelayan. Dia juga memberikan tisu untuk mengusap wajah Maysa yang basah. Melihat kondisi pelayan wanita itu, sungguh membuat dia tidak tega. "Sudah lumayan mbak." Si gadis pelayan mengusap matanya yang pedih dan panas. Air mata masih terus menetes di pelupuk matanya. Dia tidak menduga akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik seperti ini. "Kamu kerja nggak becus , Saya ak
"Cinta, sudah ada ide belum?" Cahaya yang duduk di samping Cinta, bertanya dengan raut wajah frustasi. Dia berharap segera mendapatkan solusi untuk permasalahannya."Belum," jawab Cinta yang duduk bersandar sambil memejamkan mata. Mana mungkin dia bisa memikirkan solusi untuk permasalahan Cahaya, sedangkan dia sendiri sudah sangat pusing dengan masalah rumah tangganya. Peristiwa pagi itu, tidak akan pernah terlupakan. Bahkan setiap adegan demi adegan, masih terus tertata rapi didalam ingatannya. Bagaimana dia bertengkar dengan Rasya hingga pria itu tidak pernah pulang. Bahkan ketika akan pergi ke Perancis, dia tidak berjumpa dengan suaminya."Cin," panggil Cahaya. "Iya." Cinta menjawab tanpa membuka matanya. "Mama, aku pasti akan shock jika melihat travel bag yang aku bawa. Kamu yang istri pengusaha muda aja, gak bawa oleh-oleh sebanyak aku. Duh gimana ya cara menjelaskannya." Cinta meringis."Gimana ceritanya hingga kalian berpacaran?" Cinta yang masih penasaran akhirnya bertanya.
Cinta beranjak dari dudukannya. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika melihat orang yang memanggil namanya. "Sayang, kenapa ekspresi wajah kamu seperti ini?" Sari begitu sangat gemas memandang wajah menantunya.Cinta tersenyum tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Aku terlalu rindu mama, sampai halu seperti ini," ucapnya lirih. Meskipun Cinta menyadari bahwa ini hanya sekedar halusinasi, namun dia sangat senang. Bahkan matanya tidak berkedip sedikitpun. Cinta takut jika matanya berkedip maka kedua orang yang berdiri di depannya akan menghilang.Mana mungkin mama mertuanya sudah berada di bandara, sedangkan dia sendiri tidak memberitahu kedatangannya di Indonesia.Wanita cantik itu kemudian mencubit pipi Cinta dengan gemas. Ya seperti ini Sari memperlakukan menantunya. Meskipun Cinta bukan anak kecil, namun dia memperlakukannya seperti gadis kecil yang menggemaskan."Ma ma, papa." Cinta berkata dengan terputus-putus. Rasa sakit di pipinya membuat dia sadar bahwa ini bu
Apa yang dilakukannya, sungguh sangat memalukan. Dia seperti seorang pengutil yang sedang mengintai barang curiannya. Rafasya bersembunyi hanya untuk melihat istrinya dan kemudian senyum-senyum sendiri ketika melihat senyum manis yang terukir di bibir sang istri."Jantung ku kenapa seperti ini." Rafasya memegang dadanya dan merasakan degup jantung yang semakin menggila. Ingin sekali menemui wanita yang sudah sangat dia rindukan, namun dia sangat malu. Kelakuannya yang seperti ini, mirip dengan remaja yang jatuh cinta.Ini aneh, mereka sudah menikah dan bahkan tinggal juga serumah. Tidur sekamar dan di ranjang yang sama. Tapi mengapa dia merasakan perasaan yang aneh seperti sekarang."Aku harus berbicara seperti apa nanti ketika bertatapan dengan Cinta. "Sejak tadi hanya ini yang ada di pikirannya, bagaimana cara menyapa istrinya.Rafasya tidak memahami dengan apa yang saat ini dia rasakan. Ada rasa rindu yang menggebu-gebu, ada rasa malu, dan ada rasa gengsi yang membuat dirinya semak