Share

Meninggal

"Mah, ini semua mimpi' kan?" tanyaku pada Mamah.

"Mir, tenang, Sayang." Mamah berusaha menenangkanku. Padahal, air matanya banjir membasahi pipi. Aku berusaha menguatkan telapak kaki untuk bangun. Menyeret kaki yang sangat berat ini, untuk mendekat.

"Mah ...."

"Mir, tenanglah, Sayang."

"Pasti ini semua hanya mimpi." Aku coba mencubit tanganku. Terasa sakit. Menandakan bahwa semua ini memang nyata. Menatap Mbak Rina dari jarak dekat. Wajahnya bercahaya. Bibir tampak melengkungkan senyum tipis.

"Mbak, bangun... Mbak bohong. Katanya Mbak bakal seneng kalau Mira pulang ke rumah. Kenapa Mbak malah pergi?" tanyaku sambil mengelus lembut pipinya yang sudah mendingin.

"Mbak ... bangun Mbak. Kita mau jalan-jalan sama Nayla dan Mas Hafidz. Mbak kenapa masih tidur?"

"Mir, istigfar, Nak. Kita harus kuat. Kasihan Nayla, dan Hafidz kalau kamu seperti ini."

"Mah ... Mbak Rina Mah. Dia bohong sama Mira, Mah!" teriakku menangis histeris. Aku peluk Mamah.

Merangkul Nayla yang ada dalam gendongannya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status