Share

Dilamar Hafidz

"Soal itu, bapak serahkan sama kamu, Fidz. Bicarakan dulu sama orang tua kamu. Kalau sudah yakin dan setuju, datanglah ke sini untuk melamar."

"Baik, Pak."

Percakapan mereka selesai. Mas Hafidz mau masuk ke ruang keluarga tempatku mengintip. Aku segera pergi ke kamar.

Baru mau memejamkan mata, ponsel berdering. Tiara menelponku. Aku geser tombol hijau.

"Akhirnya diangkat."

"Kenapa, Ra?"

"Aduh, lu malah nanya kenapa. Lu tuh, yang kenapa? cerita, Mir. Kenapa putus. Kesian Bumi."

"Orang tua Bumi tidak merestui, Ra."

"Ya elah, masih bisa negosiasi kalau gitu. Lu ko, jadi lembek sih."

"Aku sudah punya pria pilihanku, Ra."

"Hah? ma-maksudnya."

"Kamu bisa bantuin aku gak?"

"Bantuin apa?"

"Tolong bantu Bumi biar pergi jauh dari aku. Jangan sampai dia ke sini."

"Emang kenapa sih, sumpah kepala gua pusing. Lu aneh banget. Demi Alex."

Aku ceritakan semuanya. Tentang wasiat, perasaanku, keputusan dan pilihan yang sudah dipilih. Tiara mendengarkan dengan serius. Berkali-kali dia menyayangkan pil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status