Share

Bab 15 Dia Datang Bertamu

"Abang lapar?" tanya Sinta, melihat tangan lelaki itu terus bergetar.

"Eng-enggak, kok!" jawabnya terbatah.

Tak. Tak. Tak. Tak.

Getaran di tangan Bang Juna semakin parah. Teh yang berada di tangannya sampai tumpah-tumpah.

"Ah, kayaknya Nak Juna lapar. Mungkin dia belum makan. Kasihan sampai gemetaran begitu. Ayo, Nak. Kita makan dulu. Jangan sampai pingsan. Di sini nggak ada yang sanggup gendong kamu!"

-

Bukan cuma gemetaran aja. Bang Juna juga mengeluarkan keringat sebesar biji jagung. Ah jangan-jangan dia bukan lapar. Tapi lagi nahan kentut.

"Sa-saya, sudah makan tadi, Bu," ucapnya masih terbata.

"Oh, mungkin Bang Juna ini herpes! Karena pertama kali jumpa sama kamu Ran, dan juga Ibu," celetuk Sinta.

"Kok herpes?" tanyaku, memandangnya dengan penasaran.

"Iya. Itu loh. Kalau orang yang mau nampil ke panggung. Kadang tangannya dingin, kakinya dingin, kebelet pipis lah, eek lah," jawabnya, menjelaskan.

"Itu nervous, Sinta!" ucapku geram. Bisa-bisanya dia bilang herpes.

Herpes itu k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status