Share

Bab 26 Pernah ditolak karena petani

"Maaf, ya Bu. Atas keributan yang barusan. Sebenarnya tadi saya udah menolak dia untuk ikut. Tapi dia memaksa," ujar Ibu Bang Juna, tak enak hati.

"Tidak apa, Bu. Sudah biasa lihat orang seperti dia. Nggak kaget lagi." ucap Ibu sambil tersenyum hangat.

Entah sampai kapan Ibu Bang Jali itu tidak merendahkan orang lain. Usia udah tua, wajah udah keriput, kulit udah kendur, tapi masih aja memandang orang dengan sebelah mata. Seperti bajak laut.

Mungkin yang namanya watak susah untuk dirubah.

Setelah kepergian Ibu Bang Jali yang entah kemana. Kami semua melanjutkan acara yang sempat tertunda. Tak ada yang peduli juga dia kemana. Biarin aja, dari pada bikin rusuh. Nanti kalau tak ada orang yang mau mengantarkannya pulang, pasti dia kembali ke rumah ini lagi.

"Ini semua apa nggak berlebihan, Bang?" tanyaku, saat semua sudah kembali fokus pada acara.

Tak enak aja, diberi sebanyak ini. Bayangkan aja, dari uang, perhisan, sampai kebun kelapa sawit.

Kalau di total, semua yang telah diberik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status