Sosok pria yang bermulut manis dengan parasnya yang tampan bak seorang pangeran di suatu kerajaan, tersenyum senang. Sudut bibir sedikit terangkat, tidak menunjukan satu buah gigi pun. Tetapi apa yang dipantulkan oleh kaca jendela di sampingnya sungguh berbanding terbalik. "Aku tidak berniat mencurigai apa pun mengenai suamiku sendiri. Tapi kenapa setiap kali aku menatap matanya mulai dari hari itu, aku merasa seolah hidupku juga tidak akan lama lagi?" Arum bertanya-tanya dalam batin yang terus bergejolak. Sangatlah gelisah wanita muda itu, tapi ia terus menatap Julvri seolah ingin mengabaikan semuanya. “Julvri,” panggil Arum dengan suaranya yang lirih.Julvri segera beranjak dari sana sesaat setelah mendengar panggilannya. “Kenapa kamu selalu mengatakan hal-hal yang ambigu?”Arum bertanya.“Apa yang menurutmu ambigu, Arum? Aku rasa semua yang aku katakan itu masuk akal,” pikirnya.“Aku tahu betul, setiap manusia pasti akan mati tapi kau mengatakan, "Selamanya hingga ajal menanti",
Tak terasa dua bulan berlalu, kaki yang patah sudah kembali normal begitu juga dengan Julvri yang pernah terluka di bagian dadanya. Hari demi hari dilewati begitu tenang, di samping Julvri disibukkan dengan banyak pekerjaan.Semenjak perilisan game pertama dari perusahaannya, game itu menjadi tenar di kalangan anak muda maupun orang dewasa. Pengembangan yang sempurna dan secara signifikan, dikemas sempurna bak sepotong roti dalam bungkusan.Arum yang tidak dihantui dengan segala tindak-tanduk Julvri yang ambigu, serta ucapan dukun maupun mimpi aneh, ia kadangkala pergi ke kantornya. Meski tidak sempat berbicara dan hanya memandang dari kejauhan saja.“Dia jadi super sibuk. Aku lega,” gumam Arum yang merasakan ketenangan dalam hatinya.Seringkali para karyawan mendapati istri dari pendiri perusahaan itu mengintip pekerjaan terutama para programer yang hanya duduk di
Berselang satu hari, para petugas menemukan keberadaan Eka dalam kondisi tak bernyawa. Kondisinya pun cukup mengenaskan, terlalu brutal dengan menduga bahwa Eka bunuh diri. Mereka menyatakan Eka terlibat kecelakaan sebelum akhirnya dinyatakan menghilang dan ditemukan sudah tewas, jauh dari lokasi kecelakaan tersebut. Belum lagi surat pernyataan di mana tulisan Eka menyebutkan Arum secara tak langsung. Cinta yang kandas membuat para petugas berpikir bahwa Eka sedang di putus cinta. Itulah yang mereka pikirkan. Tetapi seorang pria datang dengan menyangkal semua itu. “Bohong! Aku yakin ada sebuah kesalahan di sini!”pekik pria itu menyangkal semua pernyataan si petugas. Sontak saja pria yang berada di hadapan Arum beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri pria di sana. “Atas dasar apa kamu menyangkal semuanya, Detektif Jean?”Petugas itu terlihat marah namun berusaha mengontrol ekspresinya. “Tentu saja, aku tidak pernah mendengar korban mengalami kecelakaan sebelum akhirnya mengh
Jean Caspiro, lelaki berusia 35 tahun. Dulu sewaktu masih awal-awal kuliah dan belum mengenal Julvri, Arum mengenalnya lebih awal. Mereka kerap kali bersama walaupun tidak memiliki hobi yang sama namun tetap akrab seperti pasangan kekasih. Banyak orang berpikir hubungan mereka memang seperti itu tapi salah, Arum hanyalah menganggap Jean sebagai sahabat saja. Tanpa menyadari bahwa Jean memendam perasaan khusus, Arum selalu tersenyum seakan memberinya harapan. “Jean, apa kamu punya orang yang disukai?” tanya Arum.“Ya, punya.”“Kalau begitu maaf ya. Karena kita sering bersama, kamu pasti nggak bakal nyaman.”“Tidak.”“Tidak? Kenapa? Aku berpikir gebetanmu itu pasti juga merasakannya.”“Karena orangnya ada di sampingku. Dia nggak peka sih,” tukas Jean berpaling.Arum Kusuma Pramesti ialah seorang perempuan bebas, ia tidak pernah berpacaran selama sekolah dan banyak pula orang yang menyukai dirinya. Salah satunya selain Eka adalah Jean. “Apa ... maksudmu?”Jean semasa itu sungguh berni
Pada saat itu mungkin tidak terlihat jelas, namun Arum sadar bahwa Jean dan Julvri sempat saling menatap bermusuhan satu sama lain. Entah ada apa di pikiran mereka, Arum sama sekali tidak mengerti. Tetapi, sekarang Julvri mengatakannya. Alasan mengapa ia tidak senang berada di sana adalah karena Arum secara tidak langsung dijadikan tawanan oleh mereka. “Mereka tidak memperlakukanmu kasar 'kan?” Lihat, betapa cemasnya ia pada Arum. Ekspresi khawatir yang seolah-olah akan kehilangan istrinya itu. Arum hanya bisa tertawa lirih sejenak saat sadar kecemasan suaminya sendiri. “Kenapa tertawa?”“Tidak. Tidak ada apa-apa.” Arum menjawab singkat dengan menggelengkan kepala pelan. Hingga detik ini ia berusaha untuk tetap bersikap seperti biasanya. Jika tidak maka suaminya ini akan menaruh kecurigaan terhadapnya. "Perkara dugaan Jean, aku tidak bisa menganggap itu benar sebelum aku mencari buktinya sendiri," batin Arum. Dengan lihai ia menyembunyikan sebuah rahasia di balik senyumannya ya
Memasuki sebuah tempat dengan lampu berwarna sedikit gelap, karpet berbulu yang ia pijak membuat Arum sedikit merasa senang. Tidak lama teman wanitanya mempersilahkan Arum untuk duduk di mana saja. “Kamu ingin membicarakan Eka Saputra bukan?” “Ya.” Tatapan sendu, meratapi kematian temannya yang dirasa itu menyakitkan. Eka tewas mengenaskan, bagaimana bisa ia mempercayai hal itu dengan mudah? Dan lagi Detektif Jean menuding Arum sekaligus Julvri atas tewasnya Eka.“Lalu, apa yang ingin dibahas? Pertama, aku tahu dia suka dengan siapa dan makanan atau minuman favoritnya apa. Bahkan aku juga tahu kebiasaannya setiap detail.”Teman Arum yang merupakan pemilik tempat ini, orangnya tidak terbilang ramah namun bisa diajak kerja sama. Dengan gaun hitam favoritnya, potongan rambut pendek dengan jepit kecil yang menghiasi adalah ciri khas Yuna. Tampang terlihat sombong tapi beginilah ia sebenarnya. “Hei, setidaknya berbicaralah walau hanya sedikit.” Yuna berucap lagi, lantaran Arum tak meng
Seseorang yang menyukai tindakan kasar atau sejenisnya, seringkali disebut sebagai masokis. Arum terkejut ketika mendengar kata itu keluar dari mulut temannya Yuna. Belum lagi dua pria kembar ini selalu menempel pada Arum, bahkan sampai memeluk kakinya seolah enggan lepas dari sana.“Tolong! Lepaskan aku!” teriak Arum, takut juga jijik. Yuna tertawa bahak-bahak mendapati sosok Arum yang tidak berdaya.“Mungkin ada baiknya jika kamu temani mereka sebentar saja,” ucap Yuna memberikan pilihan supaya tidak diganggu lagi.“Mana mungkin!” tolak Arum mentah-mentah, teriakannya membuat pita suara bergetar, mungkin sebentar lagi suaranya akan jadi serak.“Aku ini bukan wanita lac*r!” ungkap Arum mendelikkan matanya dengan tajam.Yuna kembali tertawa, entah yang ke berapa kalinya pemilik klub ini kerap mengejek Arum. Padahal Arum sebagai tamu di tempat ini, tapi malah diperlakukan tidak sopan seperti sekarang ini. Tentu saja Arum sangat marah. “Pesona-mu memang tidak ada duanya. Aku yang seba
Berdiri diam dan bersembunyi dalam kerumunan orang-orang yang sedang sibuk berbelanja buku murah. Bazar setempat yang tak lama lagi akan tutup setelah angka tujuh pada jarum pendek melewatinya. Arum seolah sedang menahan napas, bola matanya terpaku pada tiga orang pria yang tampak kesal karena kehilangan jejak. "Sedikit lagi," batin Arum, menelan ludah. Suara riuh di sekitar meredam suara teriakan para lelaki yang geram di seberang jalan. Arum merasa bersyukur saat mereka akhirnya pergi meninggalkan jalanan ini. Seketika wanita muda itu pun menghela napas panjang. “Ya ampun. Seperti sedang dikejar malaikat maut saja,” gumam Arum. Secepatnya ia berlari meninggalkan kerumunan, mumpung jalanan raya begitu sepi entah ada apa, Arum kembali ke jalan sebelumnya guna menunggu Detektif Jean datang. Sembari menunggu lagi ia ingin mengabari sesuatu pada Julvri, namun Arum nampaknya baru saja sadar bahwa dirinya sedang kehilangan tas. “Astaga!” Dengan panik, ia bergegas mencarinya. Belum cu