"Sama terkejutnya dengan orang itu, dan dia meminta maaf atas kejadian ini, dan berharap akan diselesaikan secara kekeluargaan."Namun Khaidir tidak mau karena dialah orang tersayangnya telah tiada, dia telah mengambil dua nyawa sekaligus.Bu Salma hanya diam dan menatap tajam kepada laki-laki itu.Tak ada kata satu pun yang keluar bibir Bu Salma, beliau hanya mendengarkan keluh kesah penabrak itu."Kamu sangat terlalu Angga, bagaimana mungkin orang yang selama kuliah dulu aku kenal, tidak seperti ini.""Kamu adalah panutan kampus, kamu orang alim, taat beragama, akhlakmu pun sudah di akui, sepertinya setelah pulang dari luar negri sikapmu menjadi berubah," ucap Khaidir dengan emosi."Maafkan aku Dir, aku nggak sengaja, aku tidak lihat ada bapakmu di depan, saat itu teman-temanku yang mencampuri minumanku itu," jawabnya mengiba."Lantas, kenapa kamu yang bawa mobil, setidaknya dalam keadaan tidak sadarkan diri kamu tidak boleh mengendarai mobil, itu juga termasuk tindak pidana karen
Kaysha dan Khaidir saling berpandangan antara percaya atau tidak, mereka sama-sama malu."Bu, nggak ada cara lain selain harus menikahinya, bukannya agama kita melarang perkawinan yang dipaksakan?" tanya Khaidir bingung."Menurut Cah ayu gimana, ada cara lain nggak?" tanya Mbok Darsi sedikit menggoda.Terlihat wajah Kaysha memerah, dia merasa bingung apa yang harus dilakukan, di satu sisi dia tidak ingin menikah dengan Dewa tetapi di sisi lain dia tidak ingin bertemu kembali dengan masa lalunya.Kaysha merasa dilema, dia memikirkan keselamatan Fatih, memang harus ada yang bisa diandalkan, tapi apakah harus menerima kehadiran Khaidir orang luar yang belum tahu sifat aslinya?Kaysha tidak mau tertipu dua kali untuk menikah, baginya kegagalan dalam pernikahan sudah membuatnya tak ingin mencari cinta lagi.Baginya cinta itu hanya membuat dia sedih, sengsara, tak ingin mengulanginya kembali, tak ingin menjadi budak cinta lagi sehingga dia menghilangkan momen yang penting dalam hidupnya han
Mungkin kamu tidak mengenalku karena sudah lama tidak bertemu denganmu lagi.Aku masih mengingatnya ketika melihat ada tanda hitam bulat kecil di mata kaki kananmu.Kau adalah teman masa kecilku yang sudah lama aku cari, kau menghilang begitu saja karena ayahmu ingin keluar kota mengadu nasib di perantauan saat kamu berusia sepuluh tahun dan aku dua belas tahun.Semenjak itulah aku tidak pernah melupakanmu, walau pertemuan kita hanya setahun tetapi kenangan masa kecil kita tidak akan terlupakan.Mungkin takdir mempertemukan kita kembali setelah bertahun-tahun lamanya.Saat aku bertemu Fatih dia tersenyum padaku, senyumnya mengingatkanku kepadamu dan benar adanya ternyata Fatih adalah anakmu.Ini adalah kedua kalinya aku bertemu dengan Fatih. Waktu setahun yang lalu aku melihatnya di rumah sakit terbujur kaku merasakan sakit pada kakinya, saat aku mengantarkan sepupuku mau melahirkan di sana.Entah mengapa hatiku menjadi sakit melihat anak sekecil itu terbaring tidak berdaya, mengingat
"Setuju banget bahkan Ibu akan bernazar jika kamu berhasil menaklukkan hati dan menikahinya maka Ibu akan memotong kambing sebagai tanda rasa syukur Ibu, dan selama seminggu Ibu akan berpuasa," jawabnya lantang."Nggak boleh loh Bu sembarang bernazar, jangan main-main!""Ibu serius nih, Ibu tidak pernah mengingkari janji selama Ibu hidup, percaya sama Ibu," sahutnya dengan semangat."Baiklah Bu!""Maksudnya?" tanya Ibu bingung."Iya, Bu, kata orang dulu luasnya lautan akan kuseberangi, gunung tinggi akan aku daki, tuntutlah cinta setinggi langit!" ucapku bahagia."Ngawur kamu mana ada perumpaan kaya gitu yang ada juga tuntutlah ilmu bukan cinta," jawab Ibu tersenyum."Sekarang apa yang akan kamu lakukan?""Makanya itu Khaidir nggak jualan hari ini, mudah-mudahan saja Fatih hari ini datang ke sini, dan Khaidir pingin tahu apakah yang diomongin kemarin dengan ibunya benar-benar sesungguhnya atau ...""Nah kan, gantung lagi deh ...""Kalau perasaan Ibu sih Fatih hanya ingin melihat respo
"Iya nih Om Khaidir nggak romantis banget jadi orang," gerutu Fatih tang terlihat kesal."Berisik tahu, itu nama panggilan kesayanganku untuk Kaysha, waktu kita kecil" jawabku semangat.Seketika semua orang terkejut dan kaget dengan yang aku utarakan."Maksudnya gimana Den?""Begini Mbok ... sebenarnya ... anu Mbok.."Walah kok malah gagap begitu, biar Ibu saja yang menjelaskan sama Mbok Darsi," pinta Ibu."Sebenarnya dari awal saya juga bertemu dengan Mbok Darsi rasa-rasanya saya pernah lihat di mana gitu.""Nah setelah Khaidir ngomong ke saya kalau Kaysha ini dulu waktu masih kecil pernah tinggal di desa kami selama setahun."Ada tanda lahir di kaki kanannya Kaysha, sejak saat itu dia ini tahu kalau Kaysha adalah teman masa kecilnya dulu.""Tunggu sebentar, kami memang pernah tinggal di desa selama setahun lantaran Juragan saya tepatnya eyangnya Kaysha juga tinggal di sana, dan ..."Dan kami pulang ke kota karena papahnya Kaysha ingin menetap di kota dan membuka cabang baru di sana.
"Man, coba cubit aku!""Augh sakit Man!""Nggak jelas amat jadi orang, tadi katanya suruh nyubit, sekarang aku disalahkan," gerutunya."Iya, memang tapi jangan kuat-kuat dong!""Jadi di suruh pergi nih tamunya?" ledek Arman."Ya enggaklah, ngawur!"Aku menatapnya tanpa berkedip, hampir saja mata ini perih namun tak ku hiraukan."Ba-bagaimana mungkin kamu ada di sini, bukannya kata kalian kamu lagi di Jogja sama si Dewa itu?" ucapku bingung."Dir-- Dir, sebenarnya yang Telmi itu kamu atau Kaysha sih, begini saja harus di ajarin," kata Arman membuatku kesal."Jangan bilang kalian sudah merencanakan semua ini!" tanyaku balik."Iya!" jawab mereka serentak kecuali Kaysha."Kamu ini Dir, Ibu tahu kamu itu orangnya pemalu tetapi mbo' ya jangan malu-maluin dong, masa kamu nggak peka sih?" ucap Ibu yang terlihat kesal."Bukan begitu Bu, hanya saja Khaidir takut kalau Kaysha tidak tahu siapa saya, dan malah menolak cinta saya, malu Bu!""Jadi maksudmu harus aku duluan yang bilang, dengar ya Mas
"Ehem ... duh kok ada yang malu-malu kucing sih," ledek Arman kepadaku."Sudah-sudah calon pengantinnya jangan di ganggu terus," ucap Ibu."Man, tolong kamu bawa itu Khaidir ke kamar ganti, cepat buruan," ucapnya lagi."Oke, siap Komandan!""Ayuk Bro, kita ke kamar.""Ke kamar sama kamu, nanti kamu lihat semua onderdilku, iih ... takut!" jawab Khaidir bergidik ngeri dengan Arman."Woy sadar, memang aku pria apaan lihat begituan, wajah kita ini sebelas dua belas nggak jauh beda dengan ketampananmu!”"Lagian aku nggak belok ya, lurus kaya jalan tol tanpa hambatan," sahut Arman sedikit geram."Loh, kok kalian malah bertengkar, tepat sana jangan lama-lama ke buru waktu baiknya hilang," teriak Bu Salma yang sibuk memperhatikan dekorasi akad nikah mereka."Maaf ya Neng Kay, mungkin ini kesannya mendadak karena tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan, kamu kan tahu sendiri kalau nggak disegerakan dan Dewa duluan tahu maka dia akan membuat rencana untuk menggagalkan pernikahan ini," ucap M
"Bagaimana kita latihan dulu, nanti kamu grogi lagi di depan penghulu?""Iya benar juga sih, ayuk kita coba dulu, kamu sebagai penghulunya.""Ciyee semangat bener mau latihannya?" ledek Arman."Tadi katanya suruh latihan sekarang di ledekin, gimana sih?""Aduh jangan ngambek dong, masa mau nikah mukanya cemberut, oke-oke, let's go!""Bismillahirrohmannirohim.""Saya nikahkan engkau (ananda) Khaidir Ali bin Abdul Kadir dengan Kaysha Almira Adibrata binti Firmansyah Adibrata dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas 10 gram dibayar tunai."Ayuk Dir sekarang giliran kamu, jangan grogi ya malu sama orang ....""Iya ini mau ngomong, aku harus konsentrasi jangan banyak ngomong!""Iya maaf, habis dari tadi wajahmu itu kelihatan tegang banget, tuh lihat keringatmu sudah mulai bercucuran, lap dulu bisa-bisa di depan bukan air mata terharu melainkan bermandikan keringat, hahaha ..." tawa Arman menggema."Kapan mulainya nih ngomong melulu!""Oke Bro, ayuk!""Saya terima nikahnya Khaysha