Share

Bab 18 Kelicikan Toro

Bab 18

"Mbak Hasna, Mbak Hasna, gawat, Mbak, gawat!" Tergesa-gesa Dian mendatangiku, mukanya nampak panik sekali.

Aku masih bersantai setelah sarapan tadi, karena Bapak juga sudah tidak ada, Rio udah berangkat sekolah, tinggalah aku seorang diri tanpa ada yang perlu diurusi. Niat hati ingin menggunakan kesempatan ini untuk menelepon pondok, ingin mendengar kabar dari sulungku, Dita. Namun, sepertinya keinginanku itu harus ditunda dulu.

"Gawat apanya, Di?" tanyaku penasaran.

"Pesanan membludak ...." Dian berhenti sejenak untuk mengatur napas.

"Malah bagus, dong." Heran deh, banyak pesanan kenapa malah gawat?

"Masalahnya stock celana kita habis, Mbak," ujar Dian lagi dengan intonasi cepat.

"Tinggal ambil di gudang kan masih banyak." Aku masih belum mengerti kepanikan sepupuku ini.

"Di gudang juga nggak ada, Mbak. Semua produk jualan kita kosong!"

"Masak, sih?" Aku jadi ikutan panik. Bergegas kuseret langkah menuju gudang penyimpanan dari hasil produksi konveksi, Dian mengekor di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status