Share

Bab. 28. Masih Masa Iddah

Berlian spontan terbatuk dengan kencang. "Jangan bercanda kamu, Syim. Ini masih pagi buta."

"Siapa yang bercanda?"

"Tentu saja kamu."

"Aku tidak bercanda. Ini serius."

"Syim, aku tahu kapan kamu serius dan kapan bercanda. Kita udah bersahabat sejak lama."

"Ini serius, Lian." Aku menekan kalimat agar Berlian tidak menganggap aku sedang bercanda.

"Dokter Hasyim, tanah kuburan suamiku bahkan belum kering, orang yang melayat pun terkadang masih ada, masa iddahku juga masih lama, puteraku pun sudah remaja, mengapa senekat ini ingin menjadikanku istri?"

"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin menyampaikannya sekarang, soal akad nikah, ya tentu saja setelah masa iddahmu selesai."

"Ya, aku paham. Namun, bukan itu. Apa yang kamu harapkan dari perempuan yang sudah tidak muda lagi sepertiku?"

"Aku butuh istri, partner hidup, dan anak-anak yang kelak bisa mendoakan."

"Berarti aku bukan orang yang tepat."

"Tidak tepat bagaimana?"

"Usia kita sama, Syim. Untuk standar perempuan sepertiku sebentar lagi me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status