Share

Penasaran

Avril menatap Rey lekat-lekat dari atas sampai bawah, penampilannya tidak terlihat sama sekali seperti orang kaya pada umumnya, malah terkesan seperti gelandangan.

"Hati-hati bisa gak sih?" gerutu Rey sambil memegangi kepalanya yang terbentur.

"Rey, kamu tinggal di sana?" tanya Avril memastikan, mengabaikan perkataan Rey.

Rey hanya mengangguk pelan, pasalnya akan menjawab iya, tapi belum pernah sama sekali tinggal di sana. Boro-boro tinggal melihatnya saja ia tidak pernah.

Avril menutup mulutnya tidak percaya, wanita itu menggelengkan kepalanya terheran-heran, seorang pria berpenampilan lusuh memiliki apartemen Golden Home.

"Kamu kenapa Vril?" tegur Rey kepada wanita yang sudah sangat baik terhadapnya itu.

"Tidak apa-apa," jawabnya singkat sambil menghirup napas dalam-dalam kemudian membuangnya.

Ada banyak hal yang ingin di tanyakan Avril kepada Rey. Namun, wanita itu takut pria yang sedang bersamanya itu ilfil kepadanya, sehingga ia kembali melajukan mobilnya menuju Apartemen Golden Home.

Sepanjang perjalanan Avril mencuri-curi pandang kearah Rey, wanita itu semakin penasaran dengan identitas pria itu.

***

Sementara itu diparkiran Mall, terlihat wanita yang diselamatkan Rey datang ke sana membawa Polisi.

Wanita dan Polisi bingung saat melihat para penculik semuanya terkapar tidak sadarkan diri diparkiran.

"Nona Monica, benar mereka penculiknya?" tanya salah satu polisi.

Wanita yang bernama Monica itu mengangguk. "Benar pak, saya yakin merekalah yang tadi akan menculik saya," jawabnya yakin.

Para Polisi saling menatap, mereka tidak tahu apa yang terjadi. Namun, mereka bergegas meringkus para penculik yang sudah tidak sadarkan diri.

Tidak berselang lama sebuah mobil Rolls-Royce tiba ditempat kejadian dengan di kawal beberapa mobil dibelakangnya.

Seorang pria paruh baya dengan tergopoh-gopoh menghampiri Monica.

"Nak, kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya langsung terlihat khawatir.

Monica menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa Ayah."

"Tuan Santander," sapa Polisi dengan sopan.

Caesar Santander hanya menganggukkan kepala menanggapi sapaan polisi, pria paruh baya itu hanya fokus kepada putrinya.

"Sudah Ayah bilang, bawa pengawal bersama kamu, jangan jalan sendirian, untung kamu tidak apa-apa," tegurnya kesal karena putrinya tidak pernah mendengarkan jika diberitahu.

"Apaan sih Ayah, malah marah-marah tidak jelas!" gerutu Monica yang langsung pergi ke mobilnya.

Caesar hanya bisa menghela napas kasar melihat putrinya yang keras kepala itu tidak bisa di ajak bicara baik-baik. Pria itu menyuruh beberapa pengawal untuk mengikuti mobil Monica, sementara ia akan mencaritahu siapa dalang dibalik rencana penculikan anaknya.

Mobil Monica meninggalkan tempat tersebut, wanita itu memikirkan pria yang telah menyelamatkan dirinya.

"Siapa sebenarnya dia? Aku harus mencarinya!" ucapnya penuh penekanan.

Monica Santander, anak satu-satunya Caesar Santander yang merupakan orang terkaya di kota Andalas.

Wanita yang dibesarkan dengan segala kemewahan yang dimiliki orang tuanya merasa bosan dengan kehidupannya yang selalu di atur. Sebab itulah ia sering pergi diam-diam agar bisa menikmati hidup menurutnya.

Namun, Monica tidak sadar, kalau banyak lawan bisnis Ayahnya yang menghalalkan segala cara untuk menghancurkan kekuasan sang Ayah. Sehingga membuatnya tidak memikirkan resiko yang sedang menanti saat ia memberontak.

Mobil Monica sampai dikediaman Santander. Mansion Mewah layaknya istana dengan segala fasilitas yang serba ada tentunya.

Wanita itu masuk kedalam Mansion, para pelayan yang melihatnya langsung membungkukkan badan sambil menyapa. Namun, Monica mengabaikan mereka langsung pergi ke kamar mengunci pintu. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang sambil menatap langit-langit, mengingat wajah pria yang telah menyelamatkannya.

"Bu ... sepertinya aku sudah menemukan pria yang bisa menjagaku, Ibu di sana juga pasti melihatnya bukan? Betapa beraninya pria itu menyelamatkan Monic?" ucapnya bermonolog.

Monica menghela napas, menutupi matanya dengan lengan. "Bodohnya aku, kenapa tadi tidak menunggu di sana, melihatnya menghajar para penculik itu?" gerutunya kesal pada diri sendiri.

***

Bersamaan dengan itu, Rey dan Avril sampai di Apartemen Golden Home. Mereka berdua bergegas turun dari mobil.

Hacih!

Tiba-tiba Rey bersin, membuat Avril reflek menoleh dan bertanya. "Kamu sakit Rey?"

Rey mengusap hidungnya. "Tidak, hidungku hanya gatal," jawabnya santai.

Rey menatap Apartemen tersebut, pria itu tertegun sejenak melihat bangunan yang menjulang tinggi nan megah tersebut.

Avril juga terkagum-kagum melihat bangunan tersebut, pasalnya ia pun ingin memiliki Apartemen di sana.

[Tuan, kunci kamar ada di saku celana Anda.]

Teguran dari Sistem dibenaknya membuat pria itu tersadar kembali dari lamunan. Ia mengambil kunci Apartemen yang berupa kartu gesek tentunya sudah dengan kode namanya.

Rey mencoba untuk tetap tenang agar Avril tidak curiga terhadapnya. Pria itu mengambil barang belanjaan dari bagasi mobil dengan santai.

"Vril, kamu mau mampir?" tanya pria itu sedikit ragu.

Avril tersadar, wanita itu menoleh. "Memangnya boleh?"

Rey mengulas sebuah senyum. "Tentu saja boleh, masalahnya kamu tidak takut aku ngapa-ngapain kamu?" goda Rey kepada wanita itu.

"Eh ...." seketika wajah Avril merah merona.

Wanita mana yang tidak terpikat dengan pesona pemilik salah satu Apartemen Golden Home? Apa lagi Rey mahir beladiri juga, walaupun tampilannya lusuh, jika sudah tahu semua itu, jangankan Avril, sekelas artis saja pasti akan membuka hatinya untuk Rey.

"Ayo jalan," tegur Rey pelan.

Avril mengangguk pelan, ia masih malu-malu dengan pria yang baru dikenalnya itu. Entah kenapa Avril tidak takut sama sekali dengan Rey, padahal mereka baru bertemu hari ini.

Baru saja akan masuk kedalam gedung, seorang Security menahan Rey, tentu saja karena penampilan pria itu yang masih lusuh.

Rey menghela napas, ia paling malas direndahkan oleh orang-orang seperti mereka. Ia mengeluarkan kunci apartemennya sambil mengeluarkan selembar uang seratus Drago menyisipkan ke kantong Security.

"Aku habis kecebur got, tidak usah banyak bertanya," ucapnya malas.

Security mengulas sebuah senyum. "Tentu tuan, silahkan masuk," jawabnya ramah.

Avril menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul, sejak awal bertemu tingkah Rey memang sedikit aneh.

Rey naik ke Lift dengan pengarahan dari Sistem dalam benaknya. Rey seolah sudah hafal dengan gedung tersebut.

Avril tidak berbicara sama sekali, wanita itu terlihat sangat gugup didalam Lift, ia baru menyadari kalau dirinya sangatlah berani hanya berduaan dengan pria yang baru dikenalnya.

Mereka keluar dari Lift setelah sampai dilantai tempat apartemen Rey berada.

Apartemen orang kaya memang jarang ditempati, mereka yang memiliki Apartemen tersebut kebanyakan hanya untuk menunjukkan identitasnya atau menyembunyikan kekasih gelap, hal itu sudah menjadi rahasia umum orang-orang kaya di kota Andalas.

Rey sampai di Apartemen miliknya, tangannya sedikit bergetar saat akan menggesekkan kunci kamar, pria itu tidak menyangka sama sekali, setelah sekian lama akhirnya memiliki tempat tinggal yang layak.

Pintu apartemen terbuka. Rey mencoba untuk setenang mungkin masuk kedalam. Namun, saat sudah didalam ia tertegun ditempat melihat betapa mewahnya Apartemen pemberian Sistem. Pria itu sampai lupa kalau dibelakangnya ada Avril.

Brug

Avril yang sedang mengagumi apartemen Rey menabrak pria yang sedang tertegun itu, hingga wanita itu hampir saja jatuh. Namun, Rey segera meraih tangan dan merangkul pinggang Avril, tatapan mereka saling bertemu satu sama lain, mirip adegan di film-film.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status