Mereka berdua masih saling beradu pandang satu sama lain dengan posisi Rey yang merangkul tubuh Avril.
Jantung Avril berdegup dengan kencang, walau penampilan Rey lusuh, tapi menurut pandangannya, pria yang sedang bertatap muka dengannya itu memiliki karisma tersendiri."Apa kamu mau terus seperti ini?" tanya Rey sedikit gugup. Namun, mencoba untuk tetap tenang."Eh ... ma-maaf," jawab Avril yang langsung berdiri tegap.Wajah Avril merah merona, ia tidak berani menatap Rey lagi. Wanita itu memegangi dadanya yang masih terasa berdebar-debar setelah beradu pandang dengan Rey.Berbeda dengan Avril yang yang merasa getaran dalam hatinya. Rey hanya merasakan takut, ia yang tidak pernah berhubungan dengan wanita jelas saja takut jika tindakannya barusan salah."Bagimana ini? Apakah dia akan marah denganku?" tanyanya pada diri sendiri dalam hati.Sementara Avril sedikit mencuri pandang pada Rey dan bergumam dalam hati, "astaga, apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?"Kedua anak manusia tersebut memiliki pemikiran yang berbeda. Avril yang langsung menyadari kalau dirinya menyukai Rey, sementara sang Pria masih ketakutan karena pertama kalinya ia dekat dengan seorang wanita.Terdengar Rey menghirup napas dalam-dalam kemudian membuangnya. "A-Aku mau mandi dulu," ucapnya gugup seraya meninggalkan Avril seorang diri.Avril bernapas lega ketika Rey meninggalkannya seorang diri, setidaknya ia bisa mengatur kembali debaran jantungnya agar stabil.Setelah rasa gugupnya sudah berkurang, Avril kembali menyapu pandangannya ke segala arah, melihat-lihat apartemen Rey yang sangat mewah tersebut, ia berjalan ke arah balkon dan berdiri di sana.Mata wanita itu berkaca-kaca ketika melihat betapa indahnya pemandangan kota Andalas dari sana."Aku yakin ini salah satu Apartemen terbaik di sini, posisinya pas sekali untuk melihat pemandangan dari atas, ditambah bisa melihat matahari terbenam juga," ucap Avril terkagum-kagum dengan apa yang di lihatnya.Avril hanyalah anak dari keluarga kelas menengah, walau hidupnya berkecukupan. Namun, ia tidak pernah memakai barang-barang mewah. Wanita itu sadar diri dengan kemampuan keluarganya, sudah bisa menikmati hidup dengan normal saja sudah cukup untuknya.Saat Avril sedang menikmati pemandangan dari balkon kamar Rey, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia membelalakkan mata ketika melihat siapa orang yang menghubungi dirinya."Astaga, aku lupa ada janji dengan July," ucapnya sambil menepuk jidat kemudian mengangkat panggilan dari sahabatnya tersebut."Avril! Kamu ada dimana? Jangan bilang kamu lupa lagi kalau hari ini kita akan mengerjakan tugas!" suara diseberang telepon terdengar marah-marah pada wanita itu.Avril sedikit menjauhkan ponsel dari telinga sambil tersenyum getir, setelah orang diseberang telepon tidak marah-marah lagi, ia baru menjawab, "maaf July, aku sedang berada di apartemen kenalanku, tapi aku akan segera ke sana."Tanpa pikir panjang Avril langsung memutuskan panggilannya tanpa menunggu temannya berbicara lagi, ia bergegas masuk kembali kedalam apartemen.Rey yang baru keluar kamar mandi hanya berbalut dengan handuk, membuat Avril tertegun dan menelan ludah. Walau tubuhnya tidak terlalu kekar, tapi Rey yang sudah menyatu dengan Sistem memiliki tubuh cukup proposional.Wanita itu diam mematung menatap Rey yang hanya mengenakan handuk melilit di pinggangnya.Rey bertanya kepada Avril dengan heran. "Kamu kenapa?"Avril seketika tersadar, wajahnya kembali merah merona. "Ti-Tidak, Rey aku harus pergi dulu, terima kasih sudah mengijinkan aku kemari," ucapnya sopan sambil bergegas keluar."Harusnya aku yang berterima kasih padamu!" seru Rey yang di abaikan Avril begitu saja, mengingat wanita itu tampak sangat terburu-buru.Rey menghela napas panjang melihat Avril yang seolah ketakutan dengannya. Pria itu berpikir kalau dirinya memang sulit untuk dekat dengan wanita.Rey berjalan kearah Pintu, ia menutupnya lalu kembali masuk kedalam kamar, mengenakan pakaian yang ia beli bersama dengan Avril.Pria itu berdiri didepan cermin yang ada didalam kamar. Ia tertegun menatap wajahnya sendiri yang tampak berbeda dari biasanya."Ini seriusan wajahku?" tanya Rey pada diri sendiri sambil memegang wajahnya.[Tuan, setiap ada perubahan dalam diri anda, itu semua tubuh anda menyeimbangkan dengan kemampuan yang ada dapatkan.]Sistem tiba-tiba menjawab di benak Rey.Rey masih terkejut dengan suara Sistem, ia mengusap dadanya. "Kamu ini bikin kaget saja, jadi semua perubahan tubuhku sesuai dengan kemampuan tersebut?" tanyanya memastikan.[Benar tuan, pada dasarnya kemampuan Beladiri dan semacamnya harus memiliki fisik yang kuat, sementara tubuh anda sangatlah jauh dari kata kuat. Karena itu setiap anda mendapatkan kemampuan, akan ada perubahan pada tubuh anda.]Rey mengangguk mengerti, ia juga menyadari kalau kondisi tubuhnya selama ini sangatlah memprihatinkan, masih untung ia bisa bertahan hidup dan jarang sakit dengan kondisi seperti itu.Kehadiran Sistem setidaknya bisa mengubah seluruh jaringan Sel dalam tubuh Rey, semakin hebat kemampuan yang Rey dapatkan, maka akan semakin besar juga perubahan dalam tubuhnya."Sistem, apa tidak ada kemampuan yang bisa mendapatkan seorang wanita untukku?" tanya Rey polos.[Tuan, menurut anda apa yang diperlukan untuk mendapatkan seorang wanita? Harta, Kekayaan dan tampang anda akan sempurna seiring berjalannya waktu, jangan khawatir masalah wanita, anda tinggal meningkatkan rasa percaya diri maka wanita juga akan mendekat dengan sendirinya!]Mendengar jawaban Sistem, Rey tertegun. Ia baru menyadari kalau pertanyaannya sangatlah konyol, jika di pikir-pikir lagi dengan keberadaan Sistem yang mampu merubah kehidupannya, jelas sangat mudah untuk mendapatkan seorang wanita.Satu, dua wanita bukanlah masalah jika tubuhnya sudah sempurna, ditambah kekayaannya juga bisa bertambah. Bukankah yang didambakan wanita memang sebuah kelebihan didalam diri seorang pria?Jika tidak ada Sistem mungkin mustahil untuk Rey mencapai semua itu, tapi dirinya sekarang menjadi pemilik Sistem, secara otomatis ia akan mendapatkan segalanya.Rey tersenyum penuh arti. "Terima kasih Sistem, dengan begini aku semakin yakin akan menjadi orang yang tidak di remehkan lagi!" ucapnya penuh tekad.[Memang seharusnya anda memiliki pemikiran kedepan tuan.]Rey mengangguk setuju, ia bukanlah orang yang tidak berguna lagi, bersama Sistem ia ingin mewujudkan mimpinya yang selama ini hanya dalam angan saja.***Sementara itu di selah satu gedung pencakar langit kota Andalas.Di sebuah ruangan terdapat seorang pria mengenakan jas rapi, menundukkan kepala kepada pria yang sedang duduk membelakanginya."Jadi kalian gagal menculik anak Caesar?!" tanyanya dengan suara tegas."Be-Benar tuan, tiba-tiba ada pemuda yang menolongnya, orang-orang suruhan kita dikalahkan dengan mudah olehnya," jawabnya ketakutan.Asap rokok mengepul di atas kepala pria yang membelakangi bawahannya itu, ia kemudian bertanya, "Siapa pemuda yang kamu maksud? Apa dia bawahan Caesar?"Pria yang berdiri menggelengkan kepalanya. "Sepertinya bukan tuan, saya saja baru melihatnya di Video yang di kirimkan Hacker kita dan yang membuat Hacker kita kebingungan, pria itu bisa bangkit kembali setelah terkena tembakan."Seketika pria yang membelakangi bawahannya itu langsung membalik badan, terlihat wajah seramnya sambil mengernyitkan dahi, menatap tajam sang bawahan.Tanpa Rey sadari ia mulai bersinggungan dengan seseorang yang sudah memiliki kekuasaan di kota Andalas. Meskipun, niatnya baik untuk menyelamatkan seorang wanita yang akan di culik, tapi pria itu tidak tahu telah terlibat dengan masalah orang lain.Caesar Santana, merupakan pebisnis cukup ternama di kota Andalas, banyak saingan bisnisnya yang menghalalkan segala cara untuk menghancurkan usahanya.Salah satunya dengan menculik anggota keluarga pria itu, untung saja Rey ada di sana. Jika tidak, mungkin Caesar bisa saja kehilangan anak perempuannya.***Di Apartemen Rey berada, pria itu sedang berdiri di balkon sambil melihat mata hari terbenam. Matanya terlihat berkaca-kaca, menyaksikan keindahan yang dulu tidak pernah ia lihat."Indahnya, apa begini cara orang kaya menikmati hidup?" tanyanya pada diri sendiri.Semenjak kecil Rey sudah hidup susah, wajar saja jika dia sangat terharu dengan apa yang dimilikinya sekarang. Walau masih hanya sebatas memiliki tempat tinggal dan uang yang pas
Setelah sudah selesai meminta keterangan kepada Rey dan Security yang tersadar. Polisi membawa dua orang yang telah mengintai Rey ke kantor mereka."Tuan, sekali lagi saya berterima kasih," ucap Security sopan sambil sedikit membungkukkan badan.Rey menepuk bahu Security. "Bukan masalah, buatku," jawabnya percaya diri.Security hanya bisa tersenyum penuh arti, ia baru melihat ada anak orang kaya yang begitu ramah seperti Rey, biasanya mereka yang tinggal di Apartemen tersebut sangatlah arogan. Namun, Rey sangatlah berbeda, ditambah pria itu memiliki kemampuan beladiri, jelas saja hal tersebut menambah kekaguman Security kepada Rey.Tiba-tiba sebuah mobil Lamborghini Veneno datang ke parkiran Apartemen, berhenti tepat di samping Rey dan Security yang sedang membangunkan rekannya dengan menepuk-nepuk kedua pipinya.Seorang pria dengan tubuh gempal turun dari mobil, tampangnya sangat arogan ketika melihat Rey dan Security yang tertegun menatapnya."Hei, apa benar tuan Asmodeus tinggal di
Wanita yang akan menabrak Rey Monica Santander, orang yang pria itu selamatkan dari para penculik.Monica menatap Rey lekat-lekat, ia yakin kalau pria itu memang penyelamatnya ketika akan diculik dalam pusat perbelanjaan."Ka-Kamu pria yang menyelematkan aku 'kan?" tanyanya memastikan dan bersemangat, sehingga membuat wanita itu gugup.Rey tersadar dari lamunannya, ia bingung dengan pertanyaan dari wanita cantik dihadapannya itu."Maaf kamu siapa?" Rey balik bertanya dengan raut wajah bingung.Monica tersenyum sambil langsung menggenggam tangan Rey. "Monica Santander, aku orang yang kamu selamatkan dari penculik sewaktu diparkiran pusat perbelanjaan," jawabnya bersemangat.Rey tidak fokus mendengar perkataan Monica, pria itu melihat tangannya yang sedang digenggam seorang wanita cantik.Sangat lembut dan halus, membuat Rey benar-benar lupa kalau Monica sedang berbicara dengannya. "Hei, malah melamun! Siapa nama kamu?!" tegur Monica dengan suara sedikit keras."Eh ... i-iya, a-aku Rey
Semua orang yang ada di Kafe melihat orang-orang berjas hitam tersebut, mereka bertanya-tanya siapa mereka semua.Monica menoleh kearah orang-orang berjas hitam, diantara mereka ada satu pria yang cukup tampan berjalan didepan orang-orang berjas hitam tersebut.Monica memutar bola mata malas ketika melihat pria tersebut datang bersama dengan para pengawal pribadinya.Sementara Rey tidak memikirkan orang-orang itu sama sekali, ia masih menikmati makanan yang menurutnya sangatlah enak dan sayang jika tidak dihabiskan."Monica, aku tadi ke rumah kamu, tapi kamu katanya kabur, kita pulang sekarang, oke!" ajak pria itu lembut.Monica menghela napas. "Sudahlah Maron, jangan ganggu aku lagi, lebih baik kamu pergi," jawabnya malas."Tidak, aku sudah berjanji dengan tuan Caesar untuk membawa kamu pulang," ucap Maron kekeh."Benar Nona, tuan besar menyuruh Anda pulang," timpal pengawal Monica yang datang bersama dengan Maron."Aku sudah dewasa, nanti juga pulang sendiri!" jawab Monica ketus.Ma
Melihat darah yang mengalir dari kepala Rey menghilang dengan sendirinya, tentu saja membuat bawahan Maron bingung.Swut!Rey berlari sambil melompat tinggi, tangannya mengepal dengan erat dan meninju bawahan Maron yang tadi memukulnya menggunakan kursi.Duak!Brug!Pukulan Rey tap mengenai wajah bawahan Maron sangat keras, pria itu terpental kebelakang, terlentang ditanah langsung tidak sadarkan diri.Rey berdiri tegap kembali setelah memukul sambil melompat, ia menoleh ke arah pria satunya yang tampak ketakutan.Swut!Rey tidak menunggu lagi, ia langsung menjambak rambut pria itu dan menarik kepalanya ke bawah. Lutut Rey diangkat keatas.Duak!Suara benturan renyah terdengar, pria itu langsung tubuhnya lemas seketika. Rey melemparkannya ke samping.Monica tertegun melihat Rey yang masih berdiri tegap, luka yang tadi ada ditubuhnya juga sudah menghilang, kejadian tersebut tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.Maron yang dari tadi tertawa juga langsung terdiam, pria itu menelan lu
Ke esokan harinya ....Rey terbangun dari tidurnya, pria itu sudah terbiasa bangun pagi untuk mengais sampah. Ia mengucek matanya sambil duduk. Reflek Rey menggerayangi sekitar tempatnya tidur dengan keadaan masih setengah tersadar."Loh ... mana kantung Sam ...." Suara Rey tercekat ketika melihat wilayah sekitarnya berbeda, yang bisanya ia tidur beralaskan kardus bekas, sekarang ada di kasur empuk."Astaga! Kenapa aku bisa di sini, gawat! Bisa-bisa aku di sangka maling!" lanjutnya bergegas berdiri dan berlari kearah pintu. Namun, saat ia sudah memegang kenop pintu, pria itu baru sadar kalau sekarang ia memiliki tempat tinggal, "bodohnya aku, bukankah sekarang ini rumahku?" gumamnya pada diri sendiri sambil menepuk jidat.Rey tersenyum getir, kebiasannya sehari-hari menjadi gelandangan, membuat ia lupa telah memiliki tempat tinggal pemberian Sistem.Pria itu kembali ke kamarnya, ia duduk di ranjang sambil tersenyum-senyum sendiri mendapati kebodohan yang masih hinggap di pikirannya.[M
Monica mencari alasan kenapa ia bisa tepat waktu saat Rey membutuhkan bantuan. Wanita itu tampak bingung akan menjawab apa.Rey menghela napas panjang. "Terima kasih Monica," ucap Rey lembut.Wanita yang sedang menyetir itu hanya mengangguk sambil tersenyum."Maaf mengganggu, bisakah lebih cepat lagi? Kakiku sakit sekali," tegur Pria yang akan bunuh diri di kursi belakang sambil menahan rasa sakit di kakinya.Rey menoleh kebelakang. "Kalau tahu sakit, ngapain kamu lompat dari sana, bodoh!" Pria itu hanya tersenyum getir mendengar perkataan Rey sambil memegangi kakinya yang patah.Setelah beberapa saat mereka sampai di rumah sakit, Rey langsung meminta para perawat untuk memberikan pertolongan pada pria yang ia selamatkan.Rey duduk di ruang tunggu bersama dengan Monica yang mengantarnya, pria itu menyenderkan tubuhnya di dinding."Rey, siapa orang itu?" tanya Monica membuka pembicaraan."Entahlah, aku hanya menyelamatkan dia," jawabnya enteng.Monica menatap Rey dengan seksama, pria
Gio menghirup napas dalam-dalam, ia mencoba untuk tetap tenang menghadapi Bos besar didepannya itu."Tuan Asmodeus, saya mau bekerja ditempat anda walau hanya menjadi karyawan tetap, tapi saya pasti tidak akan bisa bekerja beberapa bulan kedepan dengan kondisi seperti ini," ucapnya tidak berdaya.Rey mengangguk mengerti, tidak mungkin pria yang tidak bisa berjalan berangkat ke kantor. Ia juga bingung bagaimana caranya agar Giovanni bisa bekerja dengannya.[Tuan, telepon saja Perusahaan anda, asisten pribadi anda yang berada di sana akan mengurus masalah tersebut, bahkan Giovani bisa bekerja dibalik layar terlebih dahulu sambil duduk di sini.]Sistem tiba-tiba memberikan pemberitahuan kepada Rey dibenaknya, sehingga membuat pria itu tersenyum simpul."Sebentar," ucap Rey yang mengeluarkan Ponselnya dan mencari nomor asisten pribadinya yang sudah Sistem simpan didalam sana bersamaan dengan Rey saat mendapatkan perusahaan tersebut.Gio hanya mengangguk, walau tidak tahu siapa yang akan di