Revan menjelaskan semuanya pada Aslan dan Alesha tanpa ada yang ditutupi sedikitpun. Ia pasrah akan jadi seperti apa nantinya, yang terpenting sekarang sudah jujur karena semakin lama menyimpan fakta ini sudah pasti Alesha akan semakin sakit dibuatnya.Wajah Revan bahkan sampai babak belur karena tak bisa menahan marah. Alesha hanya bisa memeluk sang kakak agar lelaki itu berhenti memukuli Revan.“Kenapa lo nggak jujur dari awal hah? Sengaja lo mau hancurin hidup Alesha? Salah apa dia sama lo!”“Aku yang salah, Bang. Tapi tolong jangan bawa Alesha.” Revan memohon sambil berlutut, ia merasa tidak rela jika Alesha dibawa pergi oleh Aslan.“Terus lo mau dia disini urusin anak lo gitu?”Dengan berderai air mata, Alesha menggelengkan kepalanya. Ia jelas terluka dengan kebohongan yang dibuat Revan, padahal jika lelaki itu jujur dari awal Alesha bisa saja menerimanya tapi Revan malah menutupi itu bahkan dari kedua orang tuanya.Revan harus bersiap kehilangan Alesha dan juga semua fasilitas y
“Kenapa kamu kaget?”Alesha masih terpaku, jantungnya berdetak dengan kencang saat telinganya berdengung dan samar-samar mendengar pintu terbuka tapi ia tidak mendengar apa-apa lagi sekarang.Ia menggelengkan kepalanya karena merasa ada yang aneh.“Aku tunggu buat sarapan ya. Habis ini langsung ke kampus 'kan?”Alesha mengangguk. Karena apa yang dirasakannya itu membuat ia yakin untuk menemui ibu mertuanya dan menceritakan secara langsung.Selesai bersiap-siap, Alesha bergabung dengan Revan yang sudah menunggunya dari tadi. Biasanya Revan harus dibangunkan tapi kali ini ia malah bangun sendiri bahkan sudah menyiapkan. Ia rela melakukan ini setiap hari asalkan bisa melihat kembali senyum Alesha, sejak tadi keluar dari kamar belum ada senyum yang Revan lihat seperti biasanya.Lelaki itu bahkan sibuk memperhatikan Alesha yang menyantap sarapannya dengan kepala menunduk.Berada dalam situasi seperti ini membuat Revan sangat tidak nyaman. Ingin semuanya segera selesai tapi tidak mau jika A
Boleh jadi karena kelapangan hatinya memaafkan sang suami, ridhonya menerima masa lalu Revan itu yang membuat Sang Pencipta mengabulkan semua pengharapan Alesha, wanita yang memiliki hati yang begitu lembut, mencoba memaafkan saat dirinya bahkan sudah terluka. “Alesha, kamu dengar?” tanya Revan masih tidak percaya.Alesha mengangguk dengan berderai air mata haru, tidak menyangka sesuatu yang tidak mungkin kini telah terjadi. Dulu orang tua Alesha bahkan sudah melakukan berbagai cara untuk kesembuhan putrinya, tidak peduli dengan uang yang sudah mereka keluarkan karena yang terpenting itu anak mereka, tidak hanya di dalam negeri mereka bahkan sampai pergi ke luar negeri. Tapi hasilnya nihil, sekeras apapun berusaha jika Allah belum mengizinkan sudah pasti tidak akan ada hasilnya.Namun saat Alesha ikhlas dan menerima semuanya dengan hati yang lapang, disaat itulah semua permohonannya terkabul. Percaya jika yang Maha Kuasa akan memberikan yang terbaik dan mungkin memang ini yang terbai
“Abi, Ummi. Aku memang salah tapi aku nggak mau menikahi Nara. Aku tanggung jawab penuh pada Alisa tapi kalau soal menikah aku nggak bisa.” Revan berucap dengan tegas.“Enak sekali kamu ngomong ya. Setelah kamu merusak anak saya, kamu buang begitu saja!” Hendar, bapaknya Nara kembali menarik kerah kemeja yang dikenakan oleh Revan.“Tolong, Pak. Jangan melakukan kekerasan, bicara baik-baik.” Ustadz Harun mencoba untuk menengahi.“Ada apa ini Pak Ustadz? Maaf saya lancang masuk karena mendengar keributan.” Seorang tetangga datang.“Tidak apa, Pak. Ini masalah keluarga.”“Kalau begitu permisi, Pak Ustadz.”“Oh, anak ustadz ternyata. Tapi kelakuannya laknat!” maki Hendar.“Pak, udah. Kasihan Revan.” Nara tidak tega juga melihat Revan yang sudah babak belur akan dihantam lagi oleh Hendar.“Dia aja nggak kasihan sama kamu.”“Saya lebih baik dipukul daripada menikah dengan Nara!”“Revan!” Ustadz Harun nampak begitu marah dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu.Jika ia tahu dari awal soal
“Ada apa? Kamu mau kemana?” Desti terlihat kaget saat melihat Haidar yang buru-buru menyambar tasnya.“Ada urusan penting, Bu. Aku harus kembali ke kota, nanti aku jelasin.”Saat ini Haidar hanya ingin menemui Alesha, meski tak bisa membantu menyembuhkan luka wanita itu tapi ia tetap ingin berada di samping Alesha saat dunianya sedang tidak baik-baik saja.Tanpa berpikir soal tubuhnya yang lelah, Haidar kembali ke kota. Saat ini hanya Alesha yang memenuhi benaknya. Desi sampai terheran-heran apa yang membuat Haidar pergi tergesa-gesa dengan wajah panik bahkan sampai tidak ada waktu sekedar untuk menjelaskan soal yang terjadi.“Loh, Haidar kemana?” Anto yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melewati kamar Haidar hanya melihat Desi seorang diri disana.“Katanya ada urusan, Mas. Dia balik ke kota.”“Apa? Balik ke kota padahal dia baru aja sampai, emang ada masalah apa sampai dia segitunya?”Desi menggeleng, “nggak tahu, Mas. Tapi tadi Alesha yang nelpon tapi aku nggak berani nanya l
“Aku bisa jelasin, sayang. Tolong jangan salah paham.” Revan mencoba untuk meraih tangan Alesha namun wanita itu dengan cepat menghindar.“Silahkan, apa yang mau kamu jelaskan, Mas.” Alesha membiarkan Revan untuk bicara.“Aku … aku sebenarnya terpaksa. Keluarganya mendesak aku, apalagi Bapaknya mengancam pakai kekerasan. Kamu ingat saat waktu itu aku pulang babak belur?”Ya, Alesha masih ingat itu dan Revan mengatakan jika ia bertengkar dengan temannya.“Sebenarnya, Bapaknya Nara yang buat aku babak belur.” Revan melanjutkan penjelasannya.“Ada pilihan untuk kamu agar bicara baik-baik sama aku, Mas. Tapi kenapa malah kamu bohong? Semua sudah terlanjur, kamu bisa lanjutkan pernikahan kamu dan Nara apalagi Alisa butuh orang tua yang lengkap. Aku yang bakalan mundur.”Revan dengan cepat menggeleng, “nggak, aku nggak mau pisah sama kamu. Nanti aku akan jatuhkan talak pada Nara. Aku minta maaf.”“Mas, pernikahan itu bukan permainan. Kamu nggak bisa sembarangan menikah terus cerai, sampai h
“Abi, tolong bantu aku, Bi. Bujuk orang tuanya Alesha.” Revan kini beralih meminta bantuan orang tuanya.Ternyata saat Revan di perjalanan Damar sudah lebih dulu menghubungi Ustadz Harun dan mengatakan dengan tegas tidak bisa lagi menerima Revan karena kesalahannya bahkan sudah begitu menyakiti Alesha.“Abi nggak bisa bantu apa-apa, kamu memang salah. Bahkan kamu menutupi dua hal besar dari Abi dan Ummi.”Meski mereka orang tua Revan namun tidak bisa membela anak itu karena memang sudah membuat kesalahan. Menikahi Nara secara diam-diam juga suatu kesalahan, kesalahan besar. Tadinya ingin menyelesaikan masalah tanpa diketahui orang terdekatnya tapi takdir menggariskan sebuah perpisahan.“Ummi kecewa sama kamu, Van. Ummi pikir kamu bisa belajar dari kesalahan karena menyembunyikan soal anak kamu dari Alesha tapi sekarang kamu membuat kesalahan lebih besar.” Hafsah mengusap pipinya yang basah, “Ummi tahu kamu nggak mau menyakiti Alesha tapi caranya bukan begini, sekarang kamu malah kehil
“Kenapa muka kamu tegang gitu?”“Eh, nggak kok, Tante.” Haidar menjadi bingung sendiri, ingin mengaku tapi takut salah bicara namun apa yang dikatakan Launa begitu jelas.Hanya Haidar lelaki asing yang berada di rumahnya, namun Haidar memilih bungkam. Ia tidak ingin lancang apalagi Alesha baru saja mengalami hal yang tidak baik.Launa bisa menyimpulkan dari apa yang dilakukan Haidar kemarin, meski selama ini ia juga yakin Haidar menyayangi Alesha meski sebatas sahabat, di mata Launa. Namun ternyata rasa Haidar sudah melewati batas.Mengetahui ini tidak membuat Launa langsung marah, ia malah merasa senang karena ada yang begitu menyayangi Alesha. Namun untuk saat ini ia tidak ada niat membuat Alesha dan Haidar dekat apalagi Alesha masih berstatus sebagai istri orang lain. Mungkin saat status Alesha berganti, baru Launa akan melakukan rencananya itu.“Ya udah, Tante masuk dulu ya. Nanti kalau mau pulang kampung, kamu bilang. Biar tante pesankan tiket pesawat, kamu capek loh kesana pakai