Faz mengerucutkan bibirnya kesal, “Apaan sih, Ma. Aku sama Rendi nggak ngapa-ngapain kok,” sangkalnya karena memang mereka hanya sebatas berpelukan.“Halah. Mana ada maling mau ngaku. Kalau Mama nggak dateng pasti sudah kebablasan,” cibir Bunga.“Enggak, Ma. Jangan nuduh begitu, kasihan Rendi. Orang kita cuman pelukan kok.”Rendi tesenyum kikuk, “Maaf, Tante. Saya nggak bermaksud.”“Kalian udah lama loh berduaan.” Bunga mengusir dengan halus.“Kalau begitu saya pamit, Tante.” Lelaki itu langsung peka jika dirinya saat ini sudah disuruh untuk pulang.“Pinter.”“Ma.” Faz langsung melayangkan protes, “lama dari mananya, belum seharian kok.”“Aku pulang dulu ya.” Rendi langsung pamit pada Faz dan juga Bunga.Rendi itu sangat peka apalagi tahu seperti apa watak dari calon ibu mertuanya, meski terlihat galak Bunga itu sebenarnya baik dan sudah mulai membuka pintu restu untuk Faz dan juga Rendi.“Mama main ngusir aja sih!”Bunga langsung mengambil posisi duduk di samping sang putri, “kamu be
Patah hati terparah yang pernah Bagas rasakan, padahal hanya mengetahu mantan istrinya disukai lelaki lain. Itu baru sebatas menyukai bagaimana jika Hanum benar menikah dengan Malik? Hatinya akan lebih hancur daripada ini.“Ayah kenapa?” Mentari menegur sang ayah yang diam mematung dengan kedua sorot matanya tidak lepas dari kedua orang yang masih saling berinteraksi.“Nggak papa kok. Ayo masuk.” Bagas mencoba untuk bersikap wajar meski hatinya porak-poranda.Ia menemani Mentari karena Bu Wiwik sedang tidak ada di rumah sedangkan Hanum masih sibuk di warung, Bagas memiliki banyak kesempatan untuk bersama dengan Mentari tapi tidak sebahagia sebelumnya karena saat ini melihat Hanum dan laki-laki bernama Malik itu membuat pikiran Bagas tidak karuan.“Ayah capek ya, tidur aja dulu. Nanti kalau nenek pulang aku bangunin.” Mentari begitu perhatian padahal yang membuat Bagas tampak lesu jelas bukan karena ia yang memang merasa kelelahan tapi karena faktor lain yang tidak akan dimengerti oleh
LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKUBab 1“Ya ampun, Una. Lama di kota, balik ke kampung masih gini-gini aja?”Desi memindai penampilanku dari atas hingga ke bawah dengan tatapan meremehkan. Dia mengibaskan tangannya yang dihiasi gelang dan cincin, jangan lupakan kalung yang menggantung di lehernya.Sudah seperti toko emas berjalan.Tidak ada yang salah sebenarnya dengan penampilanku, aku hanya mengenakan celana kulot dan kaos oblong dengan rambut dicepol juga sandal jepit yang menjadi alas kaki.“Emang kenapa?”“Maaf, aku lupa. Suami kamu 'kan cuman kuli bangunan, dia juga pasti nggak bisa libur ya makanya kamu datang kesini sendiri?”Sekian lama berada di kota akhirnya aku bisa kembali ke kampung halaman. Semuanya terasa sangat berbeda karena sepuluh tahun kutinggalkan. Tapi mulut Desi tetap sama, paling bisa menghujat orang. Rasanya ingin sekali kuremas mulutnya itu, tapi berdebat dengan orang sepertinya hanya membuang waktu.Dia tetangga sekaligus teman sekolahku tapi kami tidak
LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKUBab 2Kening Desi berkerut, “Maksud kamu apa?”“Maksud aku itu, suamiku pernah kerja di tempat calon suami kamu. Jadi tukang kebun di rumahnya dulu.”Rahasia besar terbongkar begitu saja, aku tidak akan membiarkan ini menjadi mudah. Enak saja dia sudah mengkhianatiku dan berencana menikahi wanita lain.Awas saja kamu, Mas! Kujagal burungmu baru tahu rasa.Kau tidak akan lepas begitu saja dari masalah ini.“Oh, ya ampun. Dunia sempit banget ya. Calon suami aku kaget pasti lihat temen aku nikah sama tukang kebunnya dulu.”Kau yang akan lebih kaget saat tahu siapa calon suamimu yang sebenarnya.Mas Damar benar-benar kurang ajar. Tas milikku yang tak terpakai yang kupikir benar-benar dia sumbangkan ternyata dilemparkannya pada selingkuhannya.Setidaknya dia tidak memberikan barang baru karena memang wanita yang jadi duri di dalam rumah tangga orang itu tidak pantas untuk diistimewakan. Cocok memang mendapat barang bekas.Dan cincin yang melingkar di ja
LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKUBab 3“Terlanjur cinta.”Cinta biji matamu! Kau hanya cinta hartanya meskipun memang Mas Damar bukan lelaki dengan wajah standar, dia bisa dibilang tampannya di atas rata-rata.“Emang kamu udah berapa lama sama calon kamu itu?”Desi menarik tanganku, “Sambil duduk aja ngomongnya, pegel berdiri terus.”Kuhempaskan bokongku di kursi masih menunggu Desi bicara.“Tiga bulan.”Alisku bertaut, “Tiga bulan kamu kenal sama dia terus mau diajak nikah gitu?”Aku jadi sanksi, jangan-jangan Mas Damar sudah pernah tidur dengan Desi.Beberapa bulan ini dia memang tidak pernah lagi memintaku untuk melayaninya, dan sepertinya penyebabnya adalah ini. Dia memiliki pemuas lain.Sudah jelas-jelas ada yang halal malah melirik yang haram. Setelah ini aku tidak akan mau lagi melayaninya, enak saja. Sudah masuk sangkar orang dan ingin kembali padaku. Tidak akan kuterima.“Ya ampun, kamu iri banget ya sama aku, Na. Kalau mau nanti aku kenalin sama temennya Mas Pras, tapi
LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKUBab 4Tawa Desi pecah, “Segitunya kamu iri sama aku. Udah nggak usah ngarang cerita, kamu itu kebawa sama sinetron ikan terbang yang kamu tonton. Mending kamu dengerin aja kisah cinta aku sama Mas Pras.”Aku mengalah, “Katakan, seperti apa lelaki yang kamu pamerkan itu. Sehebat apa dia?”“Ja-”“Mami!”Aku tersentak mendengar Aslan berteriak memanggil, buru-buru aku keluar untuk melihatnya. Takut dia terluka atau jatuh.Langkahku terhenti saat melihat Aslan berdiri sambil memperhatikan anak kecil seusianya yang berlari menjauh.“Aslan kenapa, Bi?”“Itu dia mau kapal-kapalan?” Bibi mengarahkan telunjuknya pada baskom berisi air yang berada di teras.“Oh, yang bunyi itu 'kah?”“Iya.”“Beli dimana itu, Bi.”“Di pasar banyak. Kamu nggak pernah kasih anak kamu mainan apa? Biar nanti aku yang beliin, kasihan banget anaknya nggak dikasih mainan.”Perkataan Desi itu seolah-olah aku ini tidak mampu meski hanya sekedar membelikan mainan.“Aslan, sini, Nak.” A
LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKUBab 5Mataku memanas membuat buliran bening berjatuhan membasahi pipi.“Eh, Una. Kenapa malah nangis?” Bibi menegur membuatku buru-buru mengusap kasar pipiku yang basah.“Nggak, Bi. Aku kasihan aja sama anaknya nanti.”“Anak nggak salah tapi jadi korban. Apalagi katanya calon suami si Desi itu udah punya istri, anaknya masih kecil lagi.”Tidak, aku tidak sanggup lagi mendengar semua itu. Meski faktanya masih setengah-setengah tapi dari apa yang kudengar itu semua sudah menjurus dan kemungkinan memang Mas Damar lelaki itu, lelaki yang menghamili Desi.“Bi, malam ini Aslan tidur di kamar Bibi ya. Dia kangen sama Bibi.”Bibi tersenyum menggodaku, “Iya, Bibi tahu. Nanti malem Damar datang kalian pasti nggak mau diganggu.”Aku hanya membalas dengan seulas senyum lalu masuk ke dalam kamar.Rumah yang dulu ditempati olehku dan orangtuaku sengaja ditempati oleh bibi-adik sepupu ibuku-karena rumah tidak baik dibiarkan terbengkalai begitu saja.Kuhirup udara
LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKUBab 6Dari bangun tidur, Mas Damar tidak berhenti bersin, hidungnya sampai memerah dan meler.“Nakal. Aku udah bilang pake bajunya malah nggak denger, kena flu 'kan sekarang.” Pagi-pagi aku sudah kesal dibuatnya.Baru saja datang sudah terkena flu begini. Meskipun udaranya terasa panas tapi tetap akan masuk angin jika tidur tidak memakai baju. Udara di desa dan kota jelas sangat berbeda. Dia juga seharusnya masih menyesuaikan karena ini pertama kalinya datang kesini.Eh, tapi apa dia juga pernah kesini untuk bertemu keluarga Desi? Tidak mungkin melamar tanpa datang kesini. Berarti keluarga Desi pasti mengenali Mas Damar. Mustahil jika tidak.“Diam aja di rumah, biar aku pergi ke pasar bareng Bibi.”“Nggak, sayang. Aku cuman flu doang bukan sakit parah. Ada masker 'kan?”Keningku berkerut, “Masker?”“Iya, jangan sampe nanti Aslan ikut kena flu gara-gara aku. Sekalian nanti beli obat di apotik.”Apa dia sengaja membuat dirinya flu agar bisa menutupi