Share

Cie

“Duh, Bu Ara. Perut udah sebesar ini masih aja maksain kerja. Istirahat aja. Nanti kelelahan gimana?” Mirna pasti menjadi orang pertama paling bawel tentang kondisinya.

Namun, wanita itu hanya tertawa menanggapinya.

“Di rumah terus malah bosen, Mir. Enggak ada kegiatan. Kesepian.”

Sigap Mirna membantu Ara untuk duduk di kursinya. Dia sedikit mengeluh karena akhir-akhir ini pinggangnya sering merasa sakit. Hari ini juga.

“Ya, kan namanya juga lagi hamil, Bu. Gimana, sih?” Mirna menyela ucapan atasannya. Tanpa dipinta, ia memijat bahu Ara, sesekali mengusapnya.

“Kayak udah pengalaman aja kamu, Mir.” Ara tertawa renyah.

Dan tawanya bersambut.

“Ada, kan, tuh materinya. Materi saja dulu, prakteknya nanti kalau udah ada jodohnya,” jawab Mirna pintar. Dia mengakhiri kalimatnya dengan tawa lebih kencang.

Ada-ada saja.

“Duh, enak banget dipijitin. Tapi kamu harus balik ke ruanganmi segera, deh. Ada tanggung jawab yang lebih penting di meja kerjamu, Mir.”

Mirna tahu itu. Ia pun berhenti memijat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status