Share

Keputusan Pulang Kampung

Ara menatap langit-langit putih ruang UKS. Ingatan tentang masa lalunya lagi-lagi berputar seperti rekaman film di bioskop.

Di sana ia melihat Fery. Sangat jelas. Laki-laki itu membawa buket bunga, memberikannya di depan para karyawannya tanpa malu. Momen ketika datang ke kampung dan melamar, juga tentang hari-hari bahagia yang dijalani setelah berumah tangga.

Hal itu membuat air mata Ara bergumul tak kira-kira.

‘Aku pikir bisa melupakan kamu dengan mudah, Mas. Ternyata sulit.’

Dan air mata itu turun perlahan ke samping, masuk ke sela telinga, memasahi anak-anak rambut di sana.

‘Nak, maafkan bunda ya. Sepertinya kamu tidak akan ketemu ayah untuk sementara. Bunda juga tak bisa berjanji akan mempertemukan kalian kapan.’

Ara mengelus perutnya penuh kasih sayang. Tenggelam dalam dermaga kesedihan yang membentang luas. Semakin diingat, semakin perih hatinya.

‘Aku butuh kamu, Mas. Aku tak bisa membuat anak kita lahir tanpa ayahnya. Aku tak bisa,’ batin Ara menyiksa. ‘Aku harap kamu di sana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status