Karena Novel ini diikutsertakan dalam Lomba "Haruskah aku menjadi yang kedua?", maka akan ada penambahan konflik baru, yakni cinta segitiga biar ada kesesuaian dengan tema lomba. Semoga lebih seru dan menarik. Kepada para pembaca, mohon untuk berikan Vote, Komen positif, dan penilaian bintang lima supaya novel ini masuk dalam perhitungan. Terimakasih.
Dengan tenang Alexander berujar, “Martin mau balas dendam karena sakit hati. Dia tidak terima kalah dariku dan akhirnya harus malu, apalagi dia dikeluarkan dari militer. Cukup logis aku berkata bahwa bisa jadi Martin yang berbuat jahat terhadap Gabriella sebab Martin sudah sakit hati.” Tidak terima keponakannya disalahkan, Winnie kembali melemparkan ujung telunjuknya ke arah mata Alexander lalu menghujat, “Bajingan! Kau yang salah karena sudah membuat keponakanku cacat! Dan gara-gara kau pula lalu dia dikeluarkan dari militer. Kami terlalu sabar menghadapi sikap mu yang sudah keterlaluan, dan sekarang kau malah buat ulah lagi, lalu menyalahkan orang lain yang tidak berdosa. Parah sekali kau!” Meski Pablo sudah tidak ada urusan lagi dengan Martin, namun dia tidak suka jika menantu menyusahkan ini malah berusaha lari dari masalah dengan cara menuduh orang lain yang tidak-tidak. “Kau jangan melemparkan tudingan yang tidak berdasar! Alasan mu tidak bisa diterima, Alex! Kecuali kalau kau
Saat ini Gabriella sedang berada di sebuah rumah, di mana kondisinya sedang terkurung di dalam kamar. Di hadapannya sudah ada dua tentara gadungan yang sedari tadi menakut-nakutinya. Sementara Martin tidak berada di sana, melainkan dia hanya berkoordinasi dengan orang-orang suruhannya dari jauh. Dia tidak mau terlibat langsung. Tujuan Martin adalah menjadikan Gabriella sebagai sandra agar nantinya Alexander tiba di sana. Saat itulah orang suruhannya berkesempatan untuk melakukan pengeroyokan jilid dua. Martin kira, rencananya pasti akan berhasil kali ini, maka dengan begitu dendamnya bisa terbalaskan. Tidak ada kata maaf bagi Alexander karena Martin sekarang sudah hancur, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah melihat kehancuran Alexander. Gabriella meronta saat mendapat tekanan dari dua pria tak dikenalnya. “Katanya, kalian menjalankan tugas dari ayahku. Mana? Tidak ada orang di sini!” ketusnya dengan wajah kesal. “HAHAHAHA.” Mereka menjawabnya dengan tawa membahana.
Selanjutnya Alexander langsung mengajak Farrell untuk berbicara empat mata saja di ruangannya. “Jenderal, kami baru saja mendapatkan informasi mengenai keberadaan dua tentara gadungan yang sedang menyamar. Kebetulan tadi aku bersama anak buahku sedang bertugas mencari keberadaan Gabriella. Kami yakin Gabriella bersama mereka.” Alexander terperanjat. “Istriku diculik oleh dua tentara gadungan? Kurang ajar! Siapa yang menyuruh mereka?” “Tadi kami melakukan penelusuran tersembunyi terhadap mereka. Belum tahu pasti siapa orang yang menyuruh mereka. Tapi, sebagaimana dugaan kita, bisa jadi semua ini ada keterkaitannya dengan Martin Scott.” Amarah Alexander pun bangkit. Benar apa yang dia sangka bahwa bisa jadi Martin memang otak pelakunya. Itu artinya sudah jelas bahwa peristiwa pengeroyokan semalam adalah ulah Martin juga. Bergegas, Alexander langsung mengajak Farrell untuk segera menuju lokasi. Di luar markas militer, para petinggi sudah berdiri rapi. Ada satu dari mereka yang ber
Gabriella terkesima pas melihat kehadiran Jenderal Naga Emas sudah berada di hadapannya. Di saat dia cemas dan takut tentang keselamatan dirinya, tiba-tiba saja ada satu sosok pahlawan yang tidak pernah dia pikirkan bakalan menolongnya di saat genting dan terdesak. Dia cukup puas ketika bisa melihat Jenderal Naga Emas dari jauh waktu acara pelantikan tempo lalu. Tapi tak disangka, dia bakal dipertemukan lagi dan luar biasanya, Jenderal Naga Emas menjadi pahlawan baginya. Jenderal Naga Emas meluaskan pandangannya ke sekitaran, memindai setiap sisi tempat, dan memastikan bahwa semua dalam kondisi aman. Kemudian barulah dia melepaskan tali yang mengikat Gabriella. “Nona, apa kau baik-baik saja?” Gabriella terhenyak. “Ah? Hm. Ya, aku baik-baik saja, Panglima Jenderal Naga Emas. Aku baik-baik saja.” “Apa yang sudah mereka lakukan pada mu? Katakan padaku.” “Tidak ada. Mereka tidak berbuat apa pun. Syukurlah. Mereka juga tidak melecehkan aku, Jenderal.” Alexander bernapas lega. “Syuk
Satu pukulan keras itu sudah membuat bibirnya berdarah, hidungnya mimisan, pelipis matanya pecah, dan pipinya bengkak. Wajahnya mirip babi kena gilas kereta. Sudah tangannya tidak bisa digerakkan, kini wajahnya sudah babak belur. Karir militer hancur, mental rusak, dan fisik cacat pula. Habis sudah hidupnya. Itulah akibat dari sombong. Kini dunia sudah tidak menarik lagi bagi si mantan Letnan Dua! Belum puas, Alexander lalu berjongkok di hadapan tubuh Martin yang teronggok lemah di atas lantai. “Kau berniat ingin menjadi suami Gabriella Callister dengan cara menyingkirkan Alex Luther. Dengan begitu kau bermaksud memanfaatkan Gabriella guna mengambil hati Pablo Callister supaya karir militer mu bisa meroket. Niat dan cara mu jelas salah! Ditambah gaya mu pun sombong luar biasa. Sekarang kau mendapatkan balasannya, Biadab!” Keluarga Martin tidak banyak bunyi. Mereka pasrah. Jika Martin berada pada posisi yang benar, mungkin lain cerita, tapi nyatanya Martin berada dalam posisi yang sa
Namun, itu dulu. Alexander pun berjanji bahwa dia tidak akan pernah lagi menyusahkan apalagi merusak nama baik Keluarga Callister ke depannya. “Aku janji akan memperbaiki diri, Ayah.” “Terlambat! Kau sudah terlambat! Sebesar apa pun usaha yang kau lakukan tidak akan berarti apa pun! Kau sudah tidak layak berada di lingkungan Keluarga Callister. Keputusanku sudah bulat. Tidak ada tempat lagi bagi mu.!” Kendati pun demikian, sebagaimana pendiriannya, Alexander tidak akan pernah berpisah dari istrinya, selamanya. Pablo berjalan mondar-mandir di sana sambil melirik wajah Alexander, lirikan menohok dan sinis. Dia pun berkata dengan penuh kegembiraan, “Untung saja Jenderal Naga Emas sudah berbaik hati. Kalau saja beliau tidak turun tangan, aku tidak tidak tahu apa yang bakal terjadi pada putriku. Aku sudah mengerahkan anak buahku untuk mencari putriku tapi hasilnya nihil. Tapi, Jenderal Naga Emas sudah berbaik hati sehingga putriku terlepas dari bahaya."Pablo berdecak bangga. “Aku sang
Sosok yang menggunakan topeng naga emas di hadapannya, yang begitu heorik, dan penuh keperkasaan. Wanita mana pun yang mendapat perlakuan semacam itu tentu akan merasa tersanjung dan terkagum. Begitu pula bagi Gabriella, masih terkenang, masih terngiang. “Aku meminta maaf karena tadi pagi membiarkan mu sendirian, Gaby. Aku juga meminta maaf karena tidak bisa menemukan mu seharian ini. Maafkan aku,” ucap Alexander dengan nada sedih dan nyaris putus asa. Gabriella melengos dari tatapan iba suaminya. Dia mendengus kesal dan masih acuh tak acuh. Meskipun dia sudah terselamatkan oleh orang yang bukan dia harapkan, namun hatinya masih berada dalam kegamangan dan kegalauan. Padahal, semalam baru saja mereka menikmati malam-malam indah berdua sebagaimana suami dan istri, bercumbu, bercinta ria. Namun sekarang, seakan ada tabir tipis yang mulai menghalangi, seolah ada kabut hitam yang mulai menggelayut di antara dua hati. Lantas, apa iya sekarang hati Gabriella mulai condong ke pria sela
Kening Pablo bertambah lipatannya. “WR-Oil? Untuk apa kau ke sana? Melamar jadi tukang bersih-bersih? Sudahlah. Kau tidak punya basic dan pengalaman di bidang sains dan engineering. Kau tidak mungkin diterima bekerja di sana. Percuma.” Alexander sudah tahu kegiatan mertuanya selama lebih kurang empat tahun belakangan, yakni mengurus investasi kecilnya di WR-Oil. Meski dulu Alexander memang tidak paham dunia bisnis dan tidak tahu pula tentang perminyakan, sekarang ceritanya sudah berbeda. Pablo tertawa. “Astaga! Jadi selama beberapa hari ini kau keluar rumah itu pergi ke kantor WR-Oil?” Bukan itu saja, selama ini Alexander memang sesekali berkunjung ke kantor WR-Oil, selepas dari tugasnya sebagai Panglima militer. Cuma, dia tidak bersedia juga membeberkan dan membanggakannya. Apa pun prestasi yang ditorehkan olehnya, tidak akan pernah berarti apa pun bagi Pablo. Jadi untuk apa menghabiskan energi hanya untuk berkoar dan mengambil hati mertua arogan itu? Lalu Pablo bertanya deng