Dari sore sampai malam hari Bryan tak kunjung juga datang. Karena sudah menjadi kebiasaan, Alexander tetap berolahrga seperti biasa meskipun Bryan bolos untuk hari ke sekian belas ini.Farrell yang sedari tadi berusaha menghubungi Bryan tapi tidak bisa menyambungkan, lantas mengadu pada Alexander, “Jenderal, Bryan tidak akan datang lagi. Sekarang sudah hampir jam tujuh malam. Sebaiknya kita segera pulang saja. Tidak ada gunanya menunggu."Alexander yang saat ini masih melakukan push up hanya mendengarkan omongan Farrell barusan sambil menghitung dengan suara lirih, “498, 499, ... 500!”Setelah bangkit, barulah Alexander berkata pada Farrell dengan sedikit terengah-engah, “Kita akan pulang seperti biasa Farrell, jam delapan atau jam sembilan. Masih ada waktu untuk mencapai seribu.”“Baik, Jenderal!” Lalu Farrell membalik badan dan kembali bertugas seperti biasa, mengawasi sekitar area dan memastikan di sana aman dan terkendali.Sementara Alexander melanjutkan latihannya seorang diri, t
Sejak menghilangnya Warren Rockefeller, dua kakak beradik itu semakin tidak akur dan pada akhirnya Bryan pun mengalah, terpaksa keluar dari kediaman mewah lalu membeli rumah baru, tinggal sendirian.Berarti sudah bertahun-tahun lamanya mereka tidak lagi tinggal di bawah satu atap yang sama. Pasalnya, Bryan tidak tahan dengan tingkah kakaknya yang menyebalkan. Solusi terbaik tentu saja berpisah.Meski kurang gaul, Bryan bisa menghidupi dirinya sendiri dan terlepas dari pengaruh keluarga.Dendam yang membara di hatinya tidak akan pernah hilang sampai nanti pada waktunya dia bisa mengalahkan kakaknya dan meneruskan perjuangan sang ayah dalam mengurus bisnis keluarga.Tikus kecil ini perlahan sudah menjelma menjadi serigala menakutkan. Tapi sekali lagi, dengan masih berada di level paling bawah, apakah iya Bryan bisa mengalahkan kakaknya?Bryan masuk ruangan VVIP, yang di mana di sana hanya menyediakan maksimal tiga puluh orang saja. Kebetulan saat ini tidak lebih dari sepuluh orang yang
Tony sigap, langsung melindungi wajahnya, bahkan dia bisa menangkap kaki Bryan dengan kedua tangannya.Tidak sudi kaki adiknya pas di depan wajahnya, Tony langsung melempar kaki busuk itu ke samping, dan giliran dia pula yang melepaskan satu sepakan dari samping.Gig!Namun, Bryan pun sigap, langsung membentengi pinggangnya dengan punggung lengan kiri.Setelah itu mereka langsung mundur masing-masing beberapa langkah.Gabriella resah. Dia lantas beranjak dan menjauh dari tempat itu karena tidak mau terlibat apalagi sampai jadi korban salah sasaran.“Sial!” umpat Tony tercengang. Lalu dia membatin, ‘Bagaimana ceritanya si culun ini bisa melakukannya? Apa dia sudah belajar bela diri?’Bryan menggosok hidungnya yang tidak gatal sambil meracau sendiri, “Aku bukan lagi anak kecil, Tony. Dulu, kau menilaiku sebagai bocah ingusan, tapi itu dulu. Sekarang kau tidak berhak untuk berkata seperti itu lagi padaku! Camkan baik-baik!”Ya, semenjak menjadi murid Jenderal Naga Emas, ada perubahan bes
Tidak lain dan tidak bukan, tentu saja pria itu adalah Alexander, Jenderal Naga Emas!Tony sangat kaget saat melihat kehadiran Jenderal Naga Emas yang muncul secara tiba-tiba.Sebenarnya tujuan dari Alexander ke sini adalah untuk menyelamatkan istrinya dari hal yang tidak diinginkan karena sesuai laporan dari anak buah Farrell bahwa Gabriella memang bersama dengan Tony.Tak disangka, Alexander juga bertemu dengan Bryan yang awalnya tadi dia tunggu-tunggu di tempat biasa mereka latihan. Sialnya, Bryan malah tidak melapor dulu pada Alexander dan berbuat seenak jidat.Alexander melangkah panjang dan betapa terkejutnya dia saat melihat Bryan sudah babak belur kena hajar Tony. “Jangan kau pukuli lagi adik mu, Tony!” perintahnya tegas.Perlahan, Tony menggeser tubuhnya yang tadinya berada di atas badan Bryan. Kalau bukan Jenderal Naga Emas yang melerainya, Bryan bakal jauh lebih menderita dari ini.“Jenderal, kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Tony terheran-heran.“Kau tidak perlu tahu ken
Lagi, Alexander mencangking leher Tony sampai kaki Tony tidak memijak bumi. Saat itu Alexander berkata dengan nada yang sangat mengerikan. “Jangan pernah lagi kau bertemu dengan Gabriella Callister dan jangan lagi kau bicara hal yang tidak-tidak mengenai suaminya jika kau masih ingin tetap hidup nyaman.”Kemudian Alexander melemparnya sejauh tujuh meter hingga badan Tony menghantam meja makan lainnya.Brak!Trang!Kembali terdengar kegaduhan di VVIP tapi orang-orang di sana tidak ada yang berani ikut campur karena mereka pun tahu orang yang sedang ada di sana adalah orang nomor satu di militer.Farrell pun berdiri kokoh di dekat pintu, siap mencegah siapa pun yang mau ikut campur.Tidak mungkin Alexander menghabisi Tony hingga cacat apalagi sampai harus membunuh Tony meskipun dia sudah sangat geram dan nyaris habis kesabaran. Pasalnya, misi pertama dari Warren belum dia selesaikan sementara Tony merupakan kunci utama dalam penyelesaian misi tersebut.“Kau belum menjawab omongan ku, To
Waktu berada di dalam mobil, Gabriella melamun sendiri, memikirkan begitu gagahnya Jenderal Naga Emas, begitu perkasanya dia!Bayangkan, tadi, tidak ada satu pun orang yang berani melerai perkelahian antara Tony dan Bryan sampai akhirnya datang Jenderal Naga Emas di sana.Ketika itu, bahkan Tony gemetar ketakutan saat berhadapan dengan Jenderal Naga Emas dan kalau saja sang pahlawan tidak datang, mungkin Gabriella sudah dilecehkan oleh Tony malam ini.Gabriella tersenyum-senyum sendiri, terus membayangkan seperti apa kira-kira tampannya dia.***Di saat bersamaan, Alexander menuju rumah sakit dan ingin tahu kondisi tubuh Bryan. Setibanya di sana, tepatnya di IGD, dia kaget melihat Bryan yang hampir saja mati di tangan kakaknya sendiri.Malam ini Alexander tidak langsung pulang ke rumah. Dia harus memastikan kalau Bryan tidak kenapa-kenapa. Begitu Bryan telah terbangun di pagi harinya, dia berbicara dengan penuh penyesalan kepada Alexander.“Jenderal, maafkan aku,” katanya terbata deng
Petric adalah perawat magang di rumah sakit ini. Orang dari dusun yang baru saja lulus itu memang tidak banyak tahu tentang hal-hal yang sedang terjadi. Parahnya, dia bahkan tidak tahu siapa sebenarnya pasien yang sedang dirawat. Dia sejak kecil terbiasa dengan ladang dan hutan, jadi telinganya asing dengan nama besar Rockefeller.Namun, gengsinya besar. “Kau pria bertopeng! Singkirkan jamu tradisional itu dan menyingkirlah dari tempat ini! Jika kau bukan keluarganya, sebaiknya enyahlah!”Petric menyeringai dan memampang wajah geram di hadapan Alexander. “Hei, apa kau tuli? Atau mungkin kau tidak mengerti bahasa manusia ha?” cecar anak muda itu. Karena masih sangat baru seperti buah yang dipetik, dia harus tampil profesional biar nilai magangnya bagus sehingga dia akan lebih mudah nantinya diterima bekerja.Menerima kata yang lumayan kasar barusan, Alexander tak berekspresi dan bagi orang besar, tidak layak menggubris omongan orang kecil.Namun, Bryan tidak terima gurunya mendapatkan
Dokter Joe terperangah saat melihat Jenderal Naga Emas di sana. “Yang Mulia Jenderal Naga Emas, kenapa bisa ada di sini? Jadi, Anda mengenal Tuan Bryan Rockefeller?”Alexander tersenyum ramah dan menjawab, “Ya, aku mengenal Bryan Rockefeller. Kedatanganku ke sini untuk menjenguk dia dan memastikan kondisi fisiknya bisa disembuhkan dengan cepat.”Namun, Petric si perawat baru ini tertawa riang lalu mencebik, “Haha. Dokter Joe, kenapa kau malah begitu menghormati orang ini padahal dia sangat aneh. Tidak sepantasnya dokter seperti mu hormat pada dia sementara aku saja jijik rasanya. Apalagi dari tadi tidak tahu bentuk wajahnya seperti apa? Apa mungkin dia teroris yang mengangganggu?”Menyaksikan begitu kurang ajarnya si perawat, Dokter Joe naik pitam tapi tidak mungkin dia menampar wajah si perawat ketika dia sedang bekerja. “Petric! Hentikan! Bicara apa kau barusan sama Jenderal Naga Emas?”Petric menggosok lobang hidungnya yang tak gatal sambil memicingkan sebelah mata. “Aku tidak perc