Malam harinya Alexander memberikan ramuan obat lagi dan pijatan pada Somers. Namun, Alexander tidak mungkin setiap hari dan sepanjang waktu mengurusi Somers sebab dia punya kesibukan lain. Untuk itu dia sudah membuat ramuan obat sebanyak satu cerek penuh untuk persediaan selama tiga hari ke depan. Jadi Somers bisa mengkonsumsinya sendiri pada waktu-waktu tertentu. Somers merasa beruntung telah melewati hari pertama proses penyembuhan dengan baik dan lancar. Apa yang diberikan oleh Alexander jauh lebih cukup dari pada pelayanan dari dokter terbaik di negeri ini. *** Keesokan paginya. Sesuai dari arahan Somers, maka Alexander berangkat ke kediaman Pablo Callister. Begitu telah sampai di sana, dia disambut oleh istrinya dengan ekspresi yang tidak antusias sama sekali. Gabriella merupakan orang yang paling menginginkan perpisahan sementara ini, tapi karena mendapat desakan dari sang kakek agar menyuruh Alexander kembali ke rumah, Gabriella hanya bisa pasrah. “Masuklah,” ucapn
Alex menaikkan kedua alisnya terheran-heran. “Aku tidak terlibat apa pun dengan hal itu. Baiklah akan aku jelaskan.”Secara gamblang Alexander mengungkapkan bahwa ada perjanjian di antara Somers dan Pablo selama ini. “Kakek menyuruh ayah mu melobi pihak WR-Oil selama empat tahun supaya Kakek bisa menjadi pemilik saham mayoritas perusahaan tersebut. Ayah mu menyuruh kau bertemu dengan Tony, itu adalah rangkaian dari semua alur. Kau harus tahu, Gaby. Kenapa ayah mu habis kena siksa oleh Kakek? Karena ayah mu tidak bisa memenuhi janjinya.”“Dari mana kau tahu?”“Tentu saja dari kakek. Dia menceritakan semuanya padaku.”Gabriella baru tahu sekarang. Rupanya selama ini bukanlah ayahnya yang berkeinginan memiliki saham mayoritas WR-Oil, tapi kakeknya. Jadi selama empat tahun lamanya Pablo menjadi pesuruh Somers. Tidak lebih dari itu. Alexander melanjutkan, “Jadi aku tidak terlibat apa pun atas penderitaan Ayah. Semua terjadi murni karena urusan mereka berdua.”Gabriella sempat marah sama
“Kakek Somers yang menyuruhku untuk tinggal di sini,” jawab Alexander. “Bohong!” sergah Winnie buru-buru. “Kau pasti mengada-ada.”Winnie tidak tahu info. Somers memang hanya menghubungi Pablo dan Gabriella, menginformasikan agar Alexander tetap tinggal seperti biasa di rumah ini. Gabriella yang membalas, “Benar. Kakek Somers yang memerintah agar Alex tetap tinggal di rumah ini, rumah milik Kakek Somers.”Winnie langsung terbungkam sejuta bahasa. Sebelum Winnie buka mulut, Gabriella meneruskan kalimatnya, “Ibu tidak perlu bertanya lagi. Kalau masih tidak percaya, silakan tanyakan pada ayah sekarang. Intinya adalah Alex akan tetap tinggal bersama kita di rumah milik Kakek Somers ini.”Winnie semakin seperti patung. Matanya kosong. Artinya dia akan kembali satu atap dengan menantu menyusahkan ini. Oh, sungguh menyebalkan. Ketika tahu berita ini, dia semakin kegerahan melihat wajah Alexander dan ingin sekali membunuh Alexander dengan kedua tangannya sendiri karena saking geramnya.
Tidak menunggu waktu lama, Gavin segera meninggalkan kantor WR-Oil kemudian menuju kediaman Pablo. Begitu telah sampai, berapa terkejutnya dia saat mendapati Alexander memang berada di sana. Gavin tidak bisa membendung emosi lagi. Dua tanduk setan sudah terbit di atas kepalanya. Dia menudingkan kedua telunjuknya pas ke arah Alexander sambil membentak marah. “Bedebah sialan kau, Pecundang! Aku heran pada mu. Berani-beraninya kau menampakkan batang hidung mu lagi di sini.”Beruntung, kehadiran Gavin memang ditunggu-tunggu oleh Alexander. Bukankah dia mau balas dendam? Tanpa disuruh rupanya Gavin datang dengan sendirinya. Alexander membalas dengan sangat dingin, “Justru kau yang pecundang, Gavin. Kau gagal. Ya, kau gagal membantu ayah tirimu dalam melobi Tony Rockefeller. Jadi apa yang dapat kau banggakan sekarang? Kau adalah pecundang!”Gavin tertawa jahat sebelum berkata dengan angkuh. “Menantu menumpang seperti mu berani bicara demikian padaku? Apa kau tidak sadar diri? Hahaha.”Me
Meski kadang sering tidak waras, Winnie paham betul kalau seandainya putranya berkelahi dengan Alexander, sudah pasti Alexander yang unggul, menengok pada sejumlah peristiwa belakangan, seperti yang terjadi pada Martin Scott dan Neilson Callister. Jadi dia tidak mau putranya bakal jadi korban selanjutnya. “Hentikan, Gavin! Menjauh dari Alex!” jeritnya sambil berjalan tergopoh-gopoh. Tangan Gavin sudah berada dua puluh senti di hadapan wajah Alexander. Dia pikir, dia bakalan bisa menonjokkannya mungkin di pelipis. Tapi dia tidak tahu kalau refleks Alexander lebih cepat dari pada refleks ular dan bahkan kucing. Alexander bisa mengelak dari serangan yang bahkan sudah berada setengah senti dari tubuhnya. Dia sangat gesit dan luar biasa. Perlahan, Gavin menarik lagi kepalan tangannya sambil mundur dan berkata dingin, “Kau masih selamat, Pecundang! Kalau saja aku tidak berbakti pada orang tuaku, wajah mu pasti berdarah-darah. Untung saja. Kau harus bersyukur.” Setelah itu dia mengelua
Apa mungkin Pablo dan Winnie takut terhadap ultimatum dari Somers, di mana jika mereka berlaku buruk terhadap Alexander walau hanya sedikit saja, maka mereka bakal mendapatkan siksaan berat? Bisa jadi. Oleh karena itu, Winnie semampunya akan melayani Alexander dengan sepenuh hati agar tidak ada masalah lain di kemudian hari sehingga tidak ada hukuman apa pun yang mereka terima dari Somers. Oh, Gavin tidak tahan lagi. Dia menarik lengan ibunya dan menjauhkannya dari Alexander. “Hentikan, Ibu. Hentikan. Kenapa Ibu pakai minta maaf segala sama sampah ini? Apa salah Ibu dan Ayah selama ini? Sudahlah, tarik lagi perkataan Ibu barusan.”Gavin tidak ikhlas melihat ibunya menghinakan diri di hadapan menantu benalu ini. Kendati begitu, Winnie malah menepis genggaman tangan putranya. “Lepaskan, Gavin. Kau tidak mengerti apa pun.” Parahnya, Winnie justru menyuruh Gavin supaya juga turut meminta maaf. “Kau juga sering berbuat jahat terhadap Alex. Cepat minta maaf!”Terang saja Gavin menggelen
Inisiasi dari Winnie akhirnya bisa terwujud. Atas ide yang dia prakarsai, lima saudara kandung Pablo hadir pada acara makan malam besar ini. Tapi karena mendadak, Winnie tidak sempat masak, jadi karena itu dia cuma pesan makan secara online. Kendati begitu, lima Callister hadir tidak dengan tangan kosong. Masing-masing mereka membawa makanan yang cukup banyak agar pesta makan malam ini semakin meriah. Jangan sampai ada yang kecewa malam hari ini. Sungguh mengejutkan.Brendon Callister, sang anak sulung, hadir pertama kali. Dia sangat rapi dan wangi layaknya mau hadir di acara pesta resmi. Dia membawa steak mahal sebanyak dua belas porsi untuk semua yang hadir nanti. Winnie menyambut Brendon dengan senyuman penuh antusias. “Selamat datang, Pak Walikota.”“Aku bawa steak elit untuk kita semua. Untuk kepulangan Alex. Untuk merayakan kepulangan Alex Luther yang kita sayangi.”“Terimakasih, Pak Walikota. Terimakasih telah hadir. Dan tidak disangka, Pak Walikota datang lebih awal. Acara
“Alex, waktu itu kau pernah membahas tentang Dokter James Crick. Bisakah kau menceritakan lagi padaku?” pinta Brendon dengan wajah berharap. “Bukankah waktu itu Paman dan lainnya beranggapan aku sedang bergurau dan membual? Jika Paman tidak percaya beliau masih hidup, itu hak Paman. Soal aku belajar dari beliau, bisa Paman pikirkan sendiri, hal itu cukup sulit diterima.” Alexander masih heran kenapa Brendon tidak seperti biasanya. Tempo lalu Brendon dan saudara Pablo lainnya menertawai Alexander yang mengatakan bahwa Dokter James Crick dan beberapa korban lainnya masih hidup. Parahnya, mereka menilai Alexander sudah gila karena mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Tapi, kenapa tiba-tiba sekarang Brendon malah membahas hal itu lagi sekarang? Brendon menatap mata Alexander dan berkata, “Aku pikir, kau punya kemampuan yang sama seperti Dokter James Crick. Alex, ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami. Tapi kau tidak jujur pada kami.”Padahal, bukankah waktu itu Alexander suda