Mengagumkan, si topeng badut membalik badan dan melakukan gerakan hebat : Spinning back kick!Belum sempat pria tadi menghantamkan besi tumpul ke kepala, si topeng badut terlebih dahulu menghadiahi satu terjangan yang sangat menyakitkan sehingga pria itu terpelanting sejauh tujuh meter dan badannya membentur pintu.Gedubrak!Besi yang tadi jadi saksi bisu, terpental entah ke mana.“HAHAHAHA.”Si topeng badut tertawa seperti Joker yang menderita skizofrenia.Kelucuan dan ketangguhan itu menjadi ambigu besar di mata Fred dan satu anak buahnya.Ketika tadi mereka menyaksikan betapa gilanya si topeng badut, kini mereka dipaksa mengakui bahwa ada kekuatan hebat di balik keabsurdan itu.Fred menelan ludahnya yang pahit, lalu meminta saran pada anak buahnya. “Apa yang harus kita lakukan? Apa seperti yang tadi kau katakan? Kita harus menghabisinya?”Si pria berjaket kulit menggigil ketakutan. Keringat dingin pun menyembul di jidat dan tengkuknya. Tidak pernah dalam hidupnya dia melihat ada or
Gabriella senyum dan tersandar, bernapas lega.Kemudian si topeng badut menggebuki tiga berandalan tadi secara bergantian dan terakhir menumpuknya jadi satu.Membingungkan, kenapa tiba-tiba saja si topeng badut malah duduk santai sambil memainkan ponselnya?Lebih dari seperempat jam hening ketika itu dan Gabriella tidak bisa menahan untuk tidak bicara. “Tuan, kenapa kita tidak segera pulang saja? Hari sudah malam.”“Salah sendiri. Jika kita punya orang tua, kita harus minta izin dahulu, dan kalau punya suami, jelas harus memberi kabar juga,” singgung pria itu dengan sangat dingin, lebih dingin dari pada es.Gabriella termenung, mengakui kesalahannya. Semuanya tidak mungkin terjadi kalau saja dia bilang kepada suami dan ayahnya.Namun, untunglah dia diselamatkan oleh pahlawan bertopeng badut, meskipun juga tidak sesuai ekspektasinya yang mana dia berharap yang datang adalah Jenderal Naga Emas.“Eh, Tuan. Bisakah kau buka topeng mu? Jujur, aku penasaran seperti apa wajah mu. Yang menghe
Malam hari ini Alexander tidak langsung pulang ke rumah mertuanya karena sudah terlalu malam, dan lagi pula dia bisa tidur di teras kalau masih mau memaksakan pulang. Pablo dan Winnie tidak bakalan membiarkan Alexander hidup enak apalagi belakangan ini Alexander jarang berada di rumah.Setibanya di rumah miliknya sendiri, Alexander melepaskan semua pakaiannya hingga dia bertelanjang dan hanya menyisakan satu pakaian dalam.Setidaknya ada sepuluh bekas jahitan di semua tubuhnya. Itu adalah bekas peluru yang pernah menancap di sana.Ketika Alexander hendak masuk kamar mandi, dia sepertinya melupakan sesuatu. Ya, dia lupa memberikan kalung berlian Tiffany Empire seharga dua puluh juta dollar pada istrinya.Ah, masih ada hari esok untuk membuat istrinya senang.Saat pria berotot dan gagah itu sudah berada di bathub dan merendam seluruh tubuhnya, dia menggelapkan pandangannya dalam waktu yang cukup lama, lalu menekuri apa saja yang telah terlewati.Dari sekian banyak hal yang terbayang, se
Tidak lama berselang, suara sirine mobil kepolisian meraung di sana. Sepuluh orang anggota polisi langsung masuk ke dalam bar dan mencari orang yang telah disebutkan ciri-cirinya.“Kepala polisi distrik telah menerima perintah dari Jenderal Naga Emas, dan perintah tersebut telah turun kepada kami,” kata seorang inspektur polisi pada pemilik bar. “Kalian semua akan aman asalkan tidak ada yang bergerak apalagi sampai melarikan diri.”Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk segera meringkus kedua pelaku.Dua pelaku tersebut langsung diseret paksa menuju parkiran.“Kalian ingat wanita ini?” sentak inspektur tersebut.Dua orang itu manggut-manggut.“Kalian ingat sepeda motor ini punya siapa?”Mereka berdua manggut lagi dan tidak bisa berbuat apa pun karena tangan mereka sudah diborgol.Alexander maju. “Saya Alex Luther dan ini adalah teman saya si korban, Sophie. Sepeda motor dan tasnya telah dirampok.”Seperti apa tadi janji Alexander, dua pelaku memang berlutut di depan Volkswagen dan j
“Pertama-tama adalah mindset dan kepercayaan diri,” cetus Alexander setelah menyesap kopinya dua kali. Dia akan memberikan kuliah tentang bagaimana caranya menjadi aktor dalam sebuah pentas.Alexander hanya meneruskan apa yang pernah dia terima dari sang guru, Evans Holland, sewaktu berada di Pulau Lambora.“Jika kau tidak pernah berpikir untuk bisa melakukannya dan sukses, kau tidak akan pernah mendapatkannya. Jarang, sangat jarang, ada sesuatu yang datang secara mengejutkan tanpa kita rencanakan sebelumnya. Awali dengan pikiran yang positif serta diiringi dengan kepercayaan diri di hati. Orang pertama yang mesti percaya pada diri mu adalah tentu saja diri mu sendiri. Jangan pernah mengharapkan kepercayaan dari orang lain terlebih dahulu. Jika kau bisa menanamkan rasa percaya yang besar bahwa kau bisa melakukannya, semua akan tercapai. Kau, adalah apa yang berasal dari pikiran dan hati mu.”Sebuah pembukaan yang begitu menakjubkan dari Alexander pagi hari ini dan itu membuat Sophie t
Siang hari itu Gavin, putra kandung Winnie, sedang meeting bersama Tony Callister di sebuah restoran ternama di Redchester.Gavin dipaksa oleh ibunya supaya berhasil dalam melakukan lobian sama Tony agar permintaan Pablo segera terpenuhi.Di luar dugaan, Gavin berhasil melakukannya!Tidak perlu waktu lama bagi Gavin dalam melakukan lobian karena dia punya mulut yang bagus untuk mencuci otak Tony yang bodoh.“Kau ingin membangun bisnis start-up yang kekinian bukan, dengan melepas bisnis minyak kotor peninggalan ayah mu?” Gavin lalu menyangkutkan rokoknya ke sela dua bibirnya lagi, mengisapnya dalam-dalam lalu menghembuskannya ke udara.“Tony, aku punya relasi dan akses. Kau tidak bakalan kesulitan untuk sukses membangun bisnis baru di era digital seperti sekarang. Aku tahu kau lebih suka memegang gadget dari pada mengotori tangan di tempat penyulingan, bukan?”Tony terbuai dengan kata-kata manis dari Gavin.“Lepas semua saham mayoritas WR-Oil meskipun pemilik baru itu harus berutang te
“Pertama, aku berhasil melobi Tonny Rockefeller. Mungkin dalam waktu dua bulan dia akan melepas WR-Oil. Dan info kedua tak kalah menarik.” Gavin mengambil ponsel lalu memperlihatkan rekaman video pada mereka. “Lihatlah pria itu. Dia begitu keren dan tampan.”Putih mata Pablo melebar. “Apa?” Dia tidak bisa mengatupkan giginya karena saking syoknya. “Menantu sialan itu makan siang sama selingkuhannya?! Kurang ajar!”Winnie mendengus marah sambil berkoar memuntahkan sumpah serapah dari mulutnya. “Babi itu berselingkuh? Akan aku patahkan lehernya!”“Aku saja tidak menyangka bisa ketemu dengan dia di restoran itu. Setahuku, itu restoran elit. Artinya Alex punya duit banyak atau bisa jadi dia dibayari makan oleh cewek itu. Huft!” Gavin memasukkan ponselnya di celana sambil menghela napas berat. “Untung saja aku dipertemukan dengan dia dan akhirnya kebejatan dia selama ini terbongkar juga. Aku akan kirim video ini ke Ayah dan Ibu.”Karena ada urusan penting setelah ini, Gavin langsung pamita
Gabriella yang membukakan pintu.“Selamat siang, istriku. Aku punya hadiah untuk mu. Seharusnya aku memberikan ini malam lusa yang lalu. Terimalah.”Ekspresi di wajah Gabriella sangat dingin. Tidak seperti biasanya. Jika biasanya pas menerima hadiah dia gembira dan merayakannya, kini dia malah tidak peduli.“Berikan saja pada wanita yang sedang dekat dengan mu!” balasnya dengan nada yang agak tinggi. Tidak pernah sebelumnya Gabriella bicara seperti ini pada suaminya.Lalu, Gabriella membalik badan dan menyuruh Alexander agar segera masuk. “Ayahku mau membicarakan sesuatu pada mu, Alex. Aku tahu kau orang yang jujur dan tidak suka membual.”Ketika Alexander sudah berada di ruangan keluarga bersama mereka, Pablo mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang.“Halo Lettu Joseph? Segeralah ke mari karena ada pekerjaan untuk mu. Aku tidak mau mengotori tangan hanya untuk menghajar sampah memalukan ini di rumahku. Cepatlah!”KLIK!“Duduk!” perintah Pablo pada Alexander.Pablo mengatur napasny