*Foto*[Tebak, kehebohan apa yang baru terjadi gara-gara karangan bunga ini?]Revan tertegun membaca pesan berikut gambar yang baru saja Kamila kirimkan. Tanpa berniat membalasnya, dia langsung menutup ponsel, lalu beralih pada Kalina yang tengah duduk sembari merajut di kursi santai, balkon apartemen yang sempat ditempati Wisnu dan Kamila. Yaitu The Peach Residence.Lelaki berkulit putih itu beranjak dari tempat sebelumnya, kemudian menghampiri Kalina dan mengambil tempat di sampingnya. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Revan.Kalina menghentikan kegiatan merajutnya dan menoleh pada lelaki itu. "Rasanya aneh. Aku terbangun setelah koma hampir tiga bulan, mendapati seseorang yang sangat mirip denganku menggantikan posisiku. Belum lagi janin yang tumbuh di rahim ini. Apa anak ini benar-benar aku inginkan?"Revan cukup tertegun mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut perempuan berambut panjang itu."Apa maksudmu, Kal? Kamu bahkan membutuhkan waktu sepuluh tahun pena
"Setelah cukup lama memikirkan, Papa memutuskan untuk memperbaharui kembali organisasi di perusahaan. Walau bagaimana pun kepergian Hendri tak boleh membuat kita larut terlalu dalam. Jadi, Papa putuskan lusa kita sudah mulai bekerja. Akan diadakan meeting untuk mengangkat beberapa staf dan perbaharuan posisi. Posisi Direktur akan Papa berikan pada Wisnu, dan memutuskan untuk pensiun dini, sedangkan posisi General Manager Papa berikan untuk Yayang, Indra bisa mulai belajar dari bawah dan mengisi posisi kepala bagian. Nanti Wisnu dan Yayang yang akan langsung membimbing--""Hoaaam." Kamila yang menguap lebar membuat penjelasan Pak Dahlan terpotong begitu saja. "Sudah kuduga arah pembicaraan ini ke mana. Kuburan Hendri bahkan belum kering, Pa. Pake alasan cukup lama memikirkan, padahal belum ada 2 x 24 jam, tapi Papa udah memutuskan menggantikan posisi Hendri seolah kepergian dia sama sekali nggak berarti.""Kalina, lo ...." Kalimat Yayang menggantung. Dia bangkit dari kursi dan menunjuk
Yayang Kumala12 Februari 1991Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan pengusaha Mebeul Surabaya. Berambisi tinggi untuk menjadi bisnis woman terkemuka. Pernah menggeluti dunia modeling selama lebih dari tiga tahun, dari keunggulan fisik dan parasnya itulah Yayang lebih mudah mengenal para pengusaha dan kolega dari kalangan atas. Pernah dijodohkan dengan Wisnu, sebelum berakhir menjadi istri Hendri, setelah mengaku dihamili padahal anak yang dikandung bukan darah daging Hendri. "Ck, ck, ck ... definisi menantu meresahkan yang sesungguhnya. Ternyata ambisi si Kuyang bener-bener tinggi sampe-sampe celakain Kalina, dan ngiket Hendri dengan anak yang nggak jelas asal-usulnya. Harus kuakui dia cukup cerdas mengambil hati beberapa anggota keluarga ini. Dengan kehadiran Thea, bahkan setelah Hendri tiada, statusnya tetap menantu terhormat Keluarga Wijaya."Kamila tepuk tangan heboh dan menggeleng-gelengkan kepala setelah tahu fakta tentang ular berbisa yang ada di sekelilingnya. Di d
Kamila turun dari mobil, dan menatap dengan mata memicing mobil yang terparkir di depan butik milik Kalina. "Mobil merah ini kayak yang nggak asing, punya siapa, ya--ohiya mobil si lakor," pekik Kamila ketika sadar. Buru-buru Kamila berlari kecil masuk ke dalam. Setelah sampai, benar saja. Perempuan cantik bergaun putih itu sudah ada di dalam sedang melihat-lihat koleksi pakaian yang terpajang. "Ekhmm, permisi!" sapa Kamila pada Yuna dan manager butiknya. "Loh, Ibu. Akhirnya datang juga," seru sang manager bernama Neli. "Hai, Nel. Maaf, baru sempet mampir. Sibuk soalnya," sahut Kamila kikuk. "Hehe. Iya, nggak apa-apa, Bu. Nanti kita ngobrol lagi, ya. Kebetulan Neli mau nyerahin laporan bulanan.""Oke, siap." Kamila mengedipkan mata sejenak, lalu beralih pada Yuba. "Em, badewei, eniwei, baswei. Ada apa gerangan artis Ikan Terbang fenomenal menyambangi butik kumuh ini?" cibir Kamila pada Yuna dengan satire-nya. "Oh, iya. Neli belum sempet kasih tahu ibu. Bu Yuna, kan salah satu p
Semua orang yang memadati aula sontak menoleh pada objek yang sama. Kamila yang baru saja jadi pusat perhatian hanya bisa membungkukkan badan, dan tersenyum pada hadirin sekalian. Kalimat sarkasme yang dia lontarkan pada Yayang jelas membuat semua orang tercengang, mengingat sosok istri Wisnu yang selama ini tak pernah menghadiri berbagai undangan perusahaan, tiba-tiba datang dengan sangat percaya diri di hadapan para tamu perusahaan. Yayang menuduk dengan kedua tangan yang terkepal di atas paha. Mati-matian dia menyembunyikan wajah di antara juntaian poni rambut pendeknya. Dia bangkit perlahan dan langsung berjalan cepat duduk di sisi paling kanan, dekat dengan para pemegang saham yang datang sendirian. Kamila mengempaskan bokongnya, selepas kepergian Yayang. Dia menoleh ke arah Wisnu, lalu tersenyum penuh kemenangan. "Kenapa kamu nggak bilang kalau acara yang dimaksud itu resmi begini? Tau sendiri, zaman sekarang banyak ulet gatel yang cari kesempatan dalam kesempitan. Nempelin l
"Wuhu ... Neli! Any body here?" Kamila celingukan sembari berteriak memanggil penghuni butik, setelah masuk ke dalam bangunan dua lantai itu. "Eh, Bu Kalina udah datang. Mari, Bu!" Kepala Neli menyembul dari tangga lantai dua. Kamila langsung berlari kecil menghampirinya. Mereka duduk di sebuah sofa yang berhadapan dengan meja kaca di depan. Terdengar suara mesin jahit dan beberapa pegawai yang tengah beroperasi siang ini. "Nah, ini desain gambar yang aku janjikan tiga bulan lalu." Dengan percaya diri Kamila mengeluarkan beberapa kertas bergambar di atas meja. Neli mengernyitkan dahi. "Ibu yakin? Ini nggak salah, kan?" Neli memeriksa satu per satu gambar yang dibuat Kamila, lalu menggaruk rambut yang tak gatal. "Yakinlah. Wong aku bikinnya semaleman sampe pegel tangan.""I-iya, sih. Tapi, kok gambarnya aneh begini. Maaf, ini konsepnya gimana, ya, Bu?" tanya Neli hati-hati. "Yaelah, Nel. Masa begini aja nggak tahu. Yang ini, nih!" Kamila menyambar selempar gambar. "Ini konsepnya
"Aku harus membuktikannya. Dan mengambil sample DNA mereka. Kalau Thea terbukti anak Pak Dahlan, dan saksi keterlibatan Yayang atas kecelakaan Kalina terbongkar ... modyar, tuh si Kuyang!" Sebelah tangan Kamila mencengkeram pegangan tangga. Tekad kuat baru saja tumbuh dalam hatinya. Dia melanjutkan langkah cepat menaiki tangga menuju kamarnya, tapi sebelum itu tiba-tiba dia teringat akan Bu Dahlia. "Ck, kampret kenapa aku harus peduli, sih?" Kamila mengacak rambut saat sampai di depan kamar Bu Dahlia. "Dahlah, itung-itung memanusiakan manusia, walaupun aku nggak yakin masih ada rasa kemanusiaan di keluarga ini."Ceklek! Pintu terbuka perlahan. Kamila berjalan menghampiri tubuh Bu Dahlia yang masih terbaring lemah sejak kepergian Hendri. Dia melirik makanan dan minuman serta buah yang masih utuh di atas nakas samping pembaringan."Ma, kenapa belum makan?" Kelopak mata Bu Dahlia yang semula tertutup perlahan terbuka. "Su--""Susu?" Kamila mengernyit dahi. Bu Dahlia menggeleng. ".
"Sebentar, biar aku periksa dulu. Suaranya, sih kayak Indra!" Bu Dahlia mengangguk. Dia menatap punggung Kamila yang berlalu. Kamila langsung berlari kecil menuju lift untuk mengefektivitaskan waktu. Tiba di lantai dasar dia sudah melihat beberapa guci pajangan tercecer di lantai dan Indra berteriak-teriak memanggil namanya dengan tubuh sempoyongan."Lu ngapain, Indra? Pake ada acara lempar-lempar guci!" pekik Kamila tepat di hadapan lelaki setengah teler itu. "Mabok, ya?"Indra malah menyeringai, dengan gerakan yang tidak terprediksi tiba-tiba dia menarik keras dress Kamila dengan sekali sentak hingga mengakibatkan empat kancing teratasnya terlepas. Tampaklah dada penuh yang putih mulus itu. "Hehe, ternyata semontok yang gue kira." "Bangsat!"Plak! Kamila menampar keras pipi Indra. "Mulai kurang ajar lu, ya!"Ditampar seperti itu Indra malah cengengesan dan kemudian menahan kedua tangan Kamila dan berusaha mencumbunya dengan memojokkan ke sofa panjang. "Nggak usah muna kakak ipa