"Pak, ini kopi …-""Bian, ambilkan kopiku," titah Alarich secara dingin, tanpa menoleh pada siapapun–fokus pada laptop canggih di depannya.Baik Aeera maupun Bian, keduanya sama-sama kaget. Bian kaget sebab biasanya Big Boss-nya tersebut selalu melakukan banyak cara agar Aeera di dekatnya. Namun ini berbeda, Alarich seperti menghindar. 'Segitunya Mas Alarich.' batin Aeera, mendengkus pelan lalu menyerahkan dokumen tersebut pada Bian. "Pak, mengenai pertemuan dengan CEO Sinem'Grub …-" Aeera tetap berusaha profesional walau Alarich kembali merajuk padanya. Namun, lagi-lagi perkataannya dipotong oleh Alarich. "Bian yang akan menemaniku." Alarich lagi-lagi dengan cepat memotong, "urus dokumen penting proyek kemarin. Pergilah," lanjutnya bernada dingin, melirik sekilas pada Aeera lalu dengan cuek memalingkan wajah ke arah laptop. Sikapnya benar-benar dingin, cuek dan seperti orang asing. Sengaja! Alarich terlalu malu pada insiden tadi pagi. Perkiraannya meleset. Seharusnya Aeera bangun
"Semuanya sudah beres, Tuan. Anda hanya tinggal menemui Nyonya kemudian mengajak Nyonya untuk ikut dengan Tuan." Bian berkata penuh keyakinan. Setelah itu membungkuk hormat pada Alarich lalu memberikan senyuman tipis, supaya lebih meyakinkan. "Humm." Alarich berdehem, berdiri dari kursi kerja lalu segera beranjak ruangannya–tak sabar ingin menemui Aeera kemudian mengutarakan perasaannya pada perempuan itu. Karena Aeera sempat izin ingin bertemu kedua temannya, Alarich langsung ke lantai tempat kedua teman istrinya tersebut berada. Perasaannya semangat sebab dia akan mengutarakan isi hatinya pada Aeera. Namun, semua berubah ketika Alarich yang telah tiba di tempat Aeera, tak sengaja mendengar obrolan perempuan itu."Demi apa?! Kamu nggak punya perasaan pada Pak Alarich." "Ya, demi nggak demi apa-apa!" Nada ketus Aeera terdengar mengalun, "aku tidak akan jatuh cinta padanya dan aku tidak butuh cinta-cintaan. Pasangan hidup?! Bodo amat! Sebelum aku menikah dengannya hidupku jauh lebi
Sudah empat hari Aeera dan Alarich berdiaman. Meskipun begitu Aeera terus berupaya untuk berkomunikasi dengan Alarich dan jika di kantor Aeera selalu berupa bersikap profesional. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan orang tua Alarich. Sejujurnya Aeera enggan untuk berkontribusi atau datang ke acara orang tua Alarich tersebut, tetapi Alarich menyinggungnya. Mengatakan pada Aeera jika Aeera sama sekali tak menghargai orang tuanya apabila Aeera tak datang. Jadi, Aeera datang meskipun dia menghindari hari ini. Hari ini adalah hari kelam bagi Aeera. Namun, demi suaminya dan demi memperbaiki keadaan dingin yang tercipta antara ia dan Alarich. Semoga setelah Aeera menghadiri acara perayaan ulang tahun pernikahan mertuanya, Alarich mau berbicara padanya. 'Pak Alarich kentara sekali sedang menghindariku. Dia memilih ke kantor dibandingkan menemaniku di sini, dia lebih memilih minggat dari rumah ini padahal orang tuanya akan merayakan ulang tahun pernikahan di sini.' batin Aeera, sedi
Alarich keluar dari mobil lalu berjalan ke sebuah rumah besar dan mewah. Hanya saja cat sudah pudar, bernoda dan tak terawat. Seandainya rumah ini dirawat, mungkin rumah tersebut masih sangat bagus–gaya bangunannya lumayan unik. Setelah memandang bangunan rumah mewah tersebut, Alarich melangkah masuk. Alarich tidak tahu ini rumah siapa, yang jelas istrinya berada di titik ini. Di depan rumah–di teras depan, Alarich melihat seorang perempuan. Sepertinya dia ingin masuk tetapi dia cukup ragu untuk melakukannya. Pada akhirnya perempuan itu meletakkan sesuatu di depan pintu, perempuan itu berbalik dan langsung terkejut bukan main ketika melihat ada orang lain selain dia di tempat ini. Tanpa mengatakan apa-apa, perempuan itu bergegas kabur–terbirit-birit dan terlihat panik. Alarich tak mengejar perempuan itu, memilih masuk ke dalam rumah tak terurus tersebut. Ketika masuk, dia menatap sesuatu yang diletakkan perempuan tadi. Snack, botol minum dan martabak. Ada juga tissue. Alarich bing
Aeera terbangun dan mendapati dirinya telah berada di kamarnya dan Alarich. Aeera duduk secara perlahan kemudian menghela napas. Dia ingat kejadian semalam dan dia merasa malu sekarang. Semoga Alarich sudah ke kantor agar Aeera tak harus bertatap muka dengan pria itu. Aeera malu, membuat kemeja pria itu basah lalu berakhir ketiduran juga--semalam. Aeera lagi-lagi menghela napas, turun dari ranjang dan berniat membersihkan diri. Tanpa sengaja matanya menatap sebuah kantong plastik berwarna putih. Pada bagian depan ada note yang ditempel. 'Dari temanmu.'Aeera mengerutkan kening sebab bingung temannya yang mana yang telah menitipkan benda ini pada Alarich. Ketika Aeera melihat isinya, Aeera langsung tahu siapa yang memberinya. Shila. Aeera seketika ingin menangis, tersenyum penuh haru sembari terus mengamati isi dari kantong tersebut. Ada martabak, jajanan, air mineral dan tissue. "Bahkan ketika aku memusuhimu, kamu masih peduli padaku, Shil," parau Aeera, memeluk kantong plastik
"AEERA!!" Hampir semua orang meneriaki namanya, nada membentak sebab marah pada perkataan Aeera.Aeera menoleh ke arah belakang, dia cukup kaget melihat Alarich ada di sana–bersama ayahnya, Neneknya (Ruqayah) dan Bian. Tatapan Aeera bertemu dengan tatapan Alarich, mata mereka beradu–Alarich dengan sorot marah dan Aeera dengan sorot sayup. Alarich mengepalkan tangan, menahan kemarahan dalam diri. Dia paling membenci perkataan cerai keluar dari mulut Aeera! Alarich melangkahkan kaki, berniat menghampiri Aeera. Tetapi langkahnya ditahan oleh Bian, ayahnya dan neneknya–seolah ketiga orang itu tahu jika Alarich ke sana untuk memaki Aeera. Melihat kemarahan putranya, Audriana langsung berdiri. Begitu juga dengan Ranti dan Nadien–di mana Nadien berniat menghampiri Alarich tetapi pergelangan tangannya dengan cepat ditahan oleh Audriana. "Kau ingin bercerai, Heh?!" geram Alarich dining, menatap nyalang dan gusar ke arah Aeera. Dengan lembut, Aeera mengangguk. Sebaliknya dia menatap Alari
"Kejadian malam itu-- aku sangat menyayangkannya Audriana," ucap Ruqayah pada menatunya. Mereka masih di rumah Alarich. "Mah, aku juga menyayangkan apa yang terjadi pada malam itu. Aeera tidak hadir dan … Alarich pergi mencarinya," ucap Audriana, menimpali perkataan mertuanya. Pesta pernikahan tersebut berjalan dengan baik. Hanya saja putranya dan menantunya tak hadir pada malam itu. Audriana tak tahu apa yang terjadi, Alarich hanya mengabari jika dia dan Aeera baik-baik saja. "Lihat, kamu sama sekali tak merasa bersalah. Cih," decis Ruqayah di akhir kalimat, menatap tak suka pada Audriana. Dia bersedekah di dada, bersikap angkuh dan dingin. Andai dia tidak melakukan pemeriksaan kesehatan, mungkin Aeera-nya tak akan diperlakukan seperti yang Angeli ceritakan padanya. Mungkin sikap Aeera yang seperti tadi, ada sangkut pautnya dengan kejadian tadi malam. Ditambah …-"Be--bersalah?" Audriana berucap gugup, mengerjab beberapa kali sembari merenungkan perkataan sang Mama mertua. Buk
Sreek'Aeera dikejutkan dengan pintu walk in closet yang dibuka cukup kuat, seperti biasa pelakunya adalah Aalarich. Tanpa merasa berdosa dan bersalah sedikitpun, pria itu masuk ke dalam. Aeera buru-buru memalingkan wajah, berpura-pura sibuk berpakaian. Pipinya tiba-tiba panas, mungkin sudah menyemburkan rona merah yang sangat kentara di sana. Tadi malam, dengan bodohnya dia mengatakan perasaannya pada Alarich. Dia tidak tahu apa pria ini menganggapnya serius, tetapi Aeera dan perasaannya sangat serius. 'Sikap Mas Alarich biasa saja. Berarti Mas menganggap jika tadi malam hanya candaan.' batin Aeera, merapikan sedikit penampilannya lalu membalik tubuh–berniat beranjak dari sana. Mengingat tadi malam, Aeera tak menyangka jika dia akan se terbuka itu pada Alarich. Selain pada Shila, dia tidak pernah berani mencerikan masalahnya pada siapapun. Apa karena dia dan Shila sedang bertengkar jadi Aeera mencari tempat curhat baru? Atau karena … 'Aku rumahmu, Dek.'Karena Aeera tersugesti ol