Aku membaca buku sejarah yang pernah di berikan Jessen. Aku kembali menangis, aku mengelus buku itu. "Kenapa?" Aku melap air mataku, walau itu terus mengalir.
Mataku kupalingkan ke arah buku mistis. "Misinya bertambah... Apa dia merasa bahagia?"
Aku tersenyum lirih. "Sepertinya."
Begitu kejamnya rasa bahagia Jessen yang nampar hatiku ini. Ini sangat sakit.
Aku berjalan ke tempat tidurku dan membaringkan diriku.
Drett
Ponselku bergetar, Jessen menelpon.
Kuangkat panggilannya. "Hm."
"Aku di luar. Keluarlah."
"Kau pergi saja dengan wanitamu. Jangen dekati aku. Dasar berengsek!" Kumatikan ponselku. Aku tak ingin melihatnya lagi, hatiku terlalu sakit.
Aku menutup wajahku dengan bantal tak peduli apapun yang terjadi.
***
"Val." Panggil Tessa.
"Hm."
Tessa mengerucutkan bibirnya. "Kau jangan jutek-jutek terus dong. Jelek tau ngak."
Aku memeluk Tessa. "Aku males Tes. Moodku buruk terus be
Dia berhenti di satu ruangan, ini gudang sekolah. Pintu ruangan ini terbuka, dia membawaku masuk kedalam ruangan gelap ini dan menutupnya dengan menendang pintu. Dia melepaskanku.Aku langsung menjauh dan mencari benda keras untuk menukulnya.Ctak.Lampu ruangan ini hidup menapakkan sosok lelaki yang kukenal. "Kak Rio?!"Aku memasang kuda-kuda dan memegang sapu yang kuambil tadi untuk memukulnya. "Kalau kau mendekat, aku akan memukulmu. Tak peduli kau akan mati atau tidak!" Aku mengancam Rio dengan keras."Val. Please dengerin aku dulu."Dia menghembuskan nafas berat. "Aku ngak tau mau ngomong apa lagi. Ataupun mau bicara denganmu gimana lagi. Aku ngak tau. Aku cinta sama kamu. Sangat cinta."Dia mengacak rambut prustasi. "Kamu salah pengertian. Aku ngak mungkin berlaku mesum dengan gadis itu. Sumpah!""Dia yang mengajakku ke belakang sekolah dan kemudian dia langsung mencium aku Val!""Dia sangat agresif menolak badanku
2 Tahun Kemudian...Aku berlari secepat kilat pergi ke kampus, aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 08:30. "Sial. Terlambat!" Aku terus berlari dan berlari.Aku berhenti di halte bis. Aku terus berdecak kesal sambil terus mengenhentak-hentakkan kaki. "Lama banget sih busnya... Ck."Ponselku bergetar. Aku mengangkatnya."Val.. Kau di mana?! Udah masuk!.. Kakak pembinaan udah mulai Acara MOS-nya.""Ish.. sabar dong Tess, aku lagi nunggu bis nih.""Hah?! Kau masih nunggu bis. Terserahmulah Val.." Tessa yang kesal lihat aku langsung mematikan sambungannya."Ah elah... Gitu aja marah."Bushh.Suara angin dari kenalpot bus pun menguap ketika berhenti di hadapanku. Aku langsung masuk."Geser-geser." Seseorang datang bersamaan dari pintu masuk menyosorku be
"Hari ini harus lebih baik dari pada kemarin!" Aku menyemangati diri pergi ke kampus.Aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 7 pagi.Aku mengepal tanganku meyakinkan diri. "Huf, semangat Val. Semangat."Aku duduk di halte bis menunggu kehadiran bis datang, di sini ramai juga, banyak mahasiswa mahasiswi di sini. Walaupun kami bukan dari kampus yang sama, tapi memiliki arah jalan yang sejalan.Bip bip.Terdengar klekson kereta yang berhenti tepat di depanku. Orang itu memakai helm full face, arahan kepalanya tampak mengarah padaku. Dia membuka penutup helmnya. "Naik."Itu si Psikopat bis."Ngak." Tolakku.Dia turun dari keretanya dan berjalan ke arahku. Aku berdiri hendak memukulnya, aku benci setiap orang yang mirip tingkahnya dengan Jessen, apalagi dia juga guantengnya setaraf dengan si Jessen. Aku takkan mengulang kesalahan yang sama.Dia membuka helmnya. "Sayang yuk naik." Katanya lembut sambil tersenyum.Be
Prov Kenzo DwigantaraAku berlari sekencang mungkin berharap bis belum berangkat. "Sial... Kenapa bisa ketiduran sih." Aku memaki diri karena tak disiplin waktu.Baru pertama kali aku begini. Ck.Aku menatap depan, ternyata bis belum berangkat. "Yosh."Aku semakin mempercepat lariku."Geser-geser." Aku menyenggol seseorang di hadapanku. Gerakannya sangat lamban, aku benci harus menunggu.Aku mencari bangku kosong.Ah itu dia.Aku berjalan menuju bangku itu.Wanita lamban itu menyosor bangku yang mau kududuki tadi. Ck."Aku deluan, haha." Ucapnya bangga.Cari masalah dia. Aku menatapnya tajam.Dia yang tadi sekilas menatapku, malah tak menggubrisku.Ck. Terpaksa aku harus berdiri sepanjang perjalanan memeg
Aku mencoba mendorongnya keras. Dia tak mau melepaskan pelukannya. "Lepasin woy!""Aku lepasin. Tapi cium aku dulu." Katanya sambil sedikit tertawa.Aku memukul kepalanya. "Gila ya!! Pacarku aja ngak pernah aku cium... Gimana lagi kau.." Kataku marah.Eh tunggu. Aku bilang pacarku?...Aku masih menganggap Jessen pacar?Apasih yang kau pikirkan Val!!!Dia menjauhkan badannya dari padaku. Dia menatapku serius. "Kau udah punya pacar?"Hm. Sepertinya ini bisa jadi alasan biar dia menjauh dariku."Iya.. Makanya kau jangan dekati aku lagi!" Bentakku.Dia menatapku tak percaya. "Apa buktinya?"Aku jadi kaku.Aduh... Malah udah aku hapus lagi nomor si Jessen.Ah... Aku tau... Telpon si Tessa aja!"Lihat... Tak ada bukti." Katanya."Sabar... Buktinya aku telpon dulu temanku... Sebagai bukti."Dia menyentil jidatku. "Ngapain telpon temanmu kalau bisa telpon pacarmu. Dasar tukang ngeles."
Pulang kuliah ini sangat melelahkan. "Tes." Aku memulai pembicaraan dengan Tessa yang ada di sebelahku."Ya?"Aku memeluk Tessa manja. "Beliin nasgor ya.""Hem.. Giliran ada maunya kau baik sama aku. Modus.""Eh... Engak ya... Aku kau selalu baik." Gerangku."Aku yang beliin." Bisik seseorang dari sebelah kananku.Si Psikopat.Aku menegakkan badanku melepaskan pelukanku dari Tessa. "Ngak aku ngak mau. Ngak jadi laper."Tessa tersenyum aneh. "Emm. Aku pergi dulu ya.."Tessa pergi menjauh."Eh.. Tes. Kok aku di tinggal." Kataku.Tanpa memperdulikanku Tessa hanya pergi dengan riang.Ck.Aku melihat ke si Psikopat kesal."Karena kau ngak mau nasgor. Kita sekarang nonton." Katanya."Dengar ya.. Aku bahkan ngak tau siapa namamu. Dan kau udah sok kenal denganku. Please ya... Pergi aja sana.. syuhh syuhh." Aku mengusirnya."Hah. Kau ngak kenal dengan pacarmu sendiri?" Dia memandan
Kami pun keluar theater bioskop setelah film selesai. Aku masih tersenyum senyum malu karena tingkah Jessen yang ketakutan tadi. Bahagia ku sederhana ya... Haha"Film horor kok riang?" Ken menatapku aneh.Aku melihat ke arahnya. "Ngak apa. Hehe."Senyuman ku menular padanya. "Manis." Katanya singkat.Aku berhenti tersenyum bingung dengan kalimatnya. Menyadari aku berhenti tersenyum juga. "Eh. Maksudnya tadi aku makan permen. Rasanya manis." Katanya kaku."Hem. Oke." Aku jadi ikutan kaku."Kok jadi kaku gini sih. Hahaha." Dia memelukku menghentikan langkah kami. Dia kembali memberi jarak sedikit di antara kami. "Aku cium ya." Godanya.Dia mendekatkan wajahnya ke arahku.Mataku membulat kaget.Aku tau dia itu nekatan, tapi ngak di depan Jessen juga!!!Seketika Jessen menarik kerah baju Ken membuat dekapan Ken melepas dari ku.Jessen menarik badan Ken dengan keras, menjauhkan nya dari hadapanku. "Dia. Mi
Aku kesal Tessa tak bersama denganku di kelas ini.Ya iya lah, Tessa kan ambil jurusan hukum.Ck. Ya mau gimana lagi...Yang pasti aku ngak akan ada tempat contekan sebaik Tessa sekarang.Aku harus berusaha sendiri.Sekarang aku duduk di belakang kelas tapi bukan duduk di kursi paling belakang. Ngak ada teman yang bisa di ajak bicara. Mereka tampak sibuk dengan urusan mereka, dan juga sepertinya mereka udah saling kenal satu sama lain. Mungkin mereka satu sekolah dulunya.Ah mungkin...Tapi aku sangat kesepian di sini.Ck.SrettTerdengar pintu kelas terbuka. Suasana yang tadinya terdengar beberapa orang yang mengobrol malah sekarang terdiam dan cengo. Aku yang duduk di belakang agak kesulitan melihat terutama dia mengunakan masker.Kaya kenal posturnya.Firasat aku ngak enak.Dia pun membuka maskernya."Aih... Ganteng banget."Terdengar pekikan setiap kaum hawa di kelas.