Aku mencoba mendorongnya keras. Dia tak mau melepaskan pelukannya. "Lepasin woy!"
"Aku lepasin. Tapi cium aku dulu." Katanya sambil sedikit tertawa.
Aku memukul kepalanya. "Gila ya!! Pacarku aja ngak pernah aku cium... Gimana lagi kau.." Kataku marah.
Eh tunggu. Aku bilang pacarku?...
Aku masih menganggap Jessen pacar?
Apasih yang kau pikirkan Val!!!
Dia menjauhkan badannya dari padaku. Dia menatapku serius. "Kau udah punya pacar?"
Hm. Sepertinya ini bisa jadi alasan biar dia menjauh dariku.
"Iya.. Makanya kau jangan dekati aku lagi!" Bentakku.
Dia menatapku tak percaya. "Apa buktinya?"
Aku jadi kaku.
Aduh... Malah udah aku hapus lagi nomor si Jessen.
Ah... Aku tau... Telpon si Tessa aja!
"Lihat... Tak ada bukti." Katanya.
"Sabar... Buktinya aku telpon dulu temanku... Sebagai bukti."
Dia menyentil jidatku. "Ngapain telpon temanmu kalau bisa telpon pacarmu. Dasar tukang ngeles."
Pulang kuliah ini sangat melelahkan. "Tes." Aku memulai pembicaraan dengan Tessa yang ada di sebelahku."Ya?"Aku memeluk Tessa manja. "Beliin nasgor ya.""Hem.. Giliran ada maunya kau baik sama aku. Modus.""Eh... Engak ya... Aku kau selalu baik." Gerangku."Aku yang beliin." Bisik seseorang dari sebelah kananku.Si Psikopat.Aku menegakkan badanku melepaskan pelukanku dari Tessa. "Ngak aku ngak mau. Ngak jadi laper."Tessa tersenyum aneh. "Emm. Aku pergi dulu ya.."Tessa pergi menjauh."Eh.. Tes. Kok aku di tinggal." Kataku.Tanpa memperdulikanku Tessa hanya pergi dengan riang.Ck.Aku melihat ke si Psikopat kesal."Karena kau ngak mau nasgor. Kita sekarang nonton." Katanya."Dengar ya.. Aku bahkan ngak tau siapa namamu. Dan kau udah sok kenal denganku. Please ya... Pergi aja sana.. syuhh syuhh." Aku mengusirnya."Hah. Kau ngak kenal dengan pacarmu sendiri?" Dia memandan
Kami pun keluar theater bioskop setelah film selesai. Aku masih tersenyum senyum malu karena tingkah Jessen yang ketakutan tadi. Bahagia ku sederhana ya... Haha"Film horor kok riang?" Ken menatapku aneh.Aku melihat ke arahnya. "Ngak apa. Hehe."Senyuman ku menular padanya. "Manis." Katanya singkat.Aku berhenti tersenyum bingung dengan kalimatnya. Menyadari aku berhenti tersenyum juga. "Eh. Maksudnya tadi aku makan permen. Rasanya manis." Katanya kaku."Hem. Oke." Aku jadi ikutan kaku."Kok jadi kaku gini sih. Hahaha." Dia memelukku menghentikan langkah kami. Dia kembali memberi jarak sedikit di antara kami. "Aku cium ya." Godanya.Dia mendekatkan wajahnya ke arahku.Mataku membulat kaget.Aku tau dia itu nekatan, tapi ngak di depan Jessen juga!!!Seketika Jessen menarik kerah baju Ken membuat dekapan Ken melepas dari ku.Jessen menarik badan Ken dengan keras, menjauhkan nya dari hadapanku. "Dia. Mi
Aku kesal Tessa tak bersama denganku di kelas ini.Ya iya lah, Tessa kan ambil jurusan hukum.Ck. Ya mau gimana lagi...Yang pasti aku ngak akan ada tempat contekan sebaik Tessa sekarang.Aku harus berusaha sendiri.Sekarang aku duduk di belakang kelas tapi bukan duduk di kursi paling belakang. Ngak ada teman yang bisa di ajak bicara. Mereka tampak sibuk dengan urusan mereka, dan juga sepertinya mereka udah saling kenal satu sama lain. Mungkin mereka satu sekolah dulunya.Ah mungkin...Tapi aku sangat kesepian di sini.Ck.SrettTerdengar pintu kelas terbuka. Suasana yang tadinya terdengar beberapa orang yang mengobrol malah sekarang terdiam dan cengo. Aku yang duduk di belakang agak kesulitan melihat terutama dia mengunakan masker.Kaya kenal posturnya.Firasat aku ngak enak.Dia pun membuka maskernya."Aih... Ganteng banget."Terdengar pekikan setiap kaum hawa di kelas.
Aku terkejut bukan main melihat Jessen. Mataku terbuka lebar, kupegang tangan Ken yang berada di sampingku dengan erat. Aku menggeleng kepala dengan cepat.Dia keluar dari mobilnya dan berjalan mendekatiku.Ken menatapku bingung. Walau dia masih ambigu dengan apa yang terjadi padaku di memundurkanku ke belakang tubuhnya dan sekarang dia yang berhadapan dengan Jessen."Mau apa kau?" Ken memicingkan matanya menatap Jessen.Jessen hanya tersenyum kecil hambar. "Apa belum jelas kemarin aku menjelaskan padamu?" Jessen menghilangkan senyumnya dan menyorot tajam Ken. "Dia pacarku."Ken tertawa. "Eh. Dengar ya. Masa percintaanmu itu udah kuno... Pacaran sejak SMA kau bilang?... Cih." Ken mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Jessen. "Udahlah. Ngak usah mendekatinya lagi." Ken menatap Jessen datar. "Dia milikku."Ken menarik tanganku agar pergi menjauh dari Jessen.Jessen menarik lengan Ken. "Jangan sampai aku melakukan kekerasan."
Jessen mengalihkan pandangannya ke arahku. "Buatkan aku makanan." Suruhnya.Heh? Dia pikir aku apa huh?"Woy. Aku bukan pembantumu. Jadi jangan memerintahkanku." Bentakku.Dia tersenyum miring sambil menunjukkan buku mistis di tangannya. Dia memiringkan kepalanya. "Selesaikan atau tidak.""Iish... Bisanya ngancem. Ck."Dia kembali memasukkan buku mistis ke dalam sakunya. Dan kembali membaca buku.Aih... Malasnya.Aku pun pergi ke dapur memasak makanan.Aku memasak nasi goreng lagi.Ya lord... Aku memang minim masak. Aku ngak paham.Aku pun menyelesaikan masakan dan meletakkannya ke meja makan.Aku masuk ke dalam kamar lagi untuk memanggilnya. "Udah siap." Kataku.Dia masih tak menggubris kalimatku."Is. Udah masak loh. Aku udah capek masak. Jangan kacangi napa." Pekikku .Dia menoleh ke arahku datar. Dia sedikit menggerakkan rahangnya ke kanan sekejap. "Sini." Dia memanggilku.Ck
"Kenapa... Kan ngak salah. Kan enak ada teman yang bantu ngerjai tugas. Mau cewek mau cowok, kan sama aja sih. Lebay." Aku pun berdiri dari dudukku."Kau anterin aku ke kampus atau gimana?" Sambungku.Dia tak memperdulikan pertanyaanku.Aku menaikkan salah satu ujung bibir atasku menyerong.Udah paham lah ya kan.Dia pasti takkan mau mengantarku.Aku pun beranjak pergi dari hadapannya.Dia menahan tanganku membuatku menoleh ke arahnya. Dia melepaskan tangannya. "Selesai ngampus. Kau langsung pulang."Aku memutar bola mataku ke kanan. "Iya loh..."Aku kembali berjalan ke luar apartemen Jessen.Aku pun pergi ke kampus dengan kendaraan umum.Sialnya nasibku.***Aku mengikuti kuliah dengan lancar hari ini pada matkul pertama yang masuk. Sekarang jam istirahat, aku pun ke kelas Tessa untuk mengajaknya ke kantin bareng.Aku melihat Tessa lagi berduaan dengan kak Rio.Ya kali aku ke sa
Jessen menatapku datar. "Masuk ke kamarku. Dia aku yang tangani.""Kau jangan bilang aku di rumahmu ya! Nanti dia kira aku ini wanita apaan..." Tegasku.Jessen membuang wajah malas. "Hm."Aku langsung pergi ke kamarnya dan menutup kamar berharap mereka tidak ke sini.Aduh....Aku menunggu.Srekk.Terdengar suara pintu depan apartemen Jessen yang terbuka.Degdeg...Jantungku semakin berdegup kencang."Mana Valen?" Suara Ken terdengar berdengung sampai kamar.Astaga..."Ini apartemenku." Sambung Jessen.Bagus Jes."Aku tak percaya. Aku mau ke kamarmu."DAMN...Oh my God, Oh my God!Aku harus ke mana!Aku berjalan tanpa arah di kamar Jessen.Mampus aku... Mampus!Ah.. Aku tau! Sembunyi dalam lemari!Aku langsung bersembunyi dalam lemari Jessen dengan cepat. Duduk di dalamnya dan menutupi badanku dengan berbagai baju.SreekkPintu
DegDegDegBadanku membantu mendengar kalimat Jessen tadi. Aku mencoba melepaskan pelukannya. Dia semakin memelukku erat. "Udah aku bilang aku masih sakit. Rawat yang bener lah." Kata Jessen tanpa melihat ke arahku dan tetap menutup matanya."Kau udah gila ya?!" Pekikku.Dia menatapku datar. "Kenapa?"Aku menggelengkan kepalaku tak percaya. "Kau benar-benar sudah tak waras."Jessen menenggelamkan wajahnya di leherku, membuat jantung ini berdebar seperti berlari maraton 100 meter!"Memang pacaran ngak boleh bermesraan?" Kata Jessen polos.Tunggu. Apa kubilang? Polos? Tindakan seperti ini polos kau katakan Val?!Di mana otakmu!Suasana semakin memanas.Dia semakin mendekapku dan bernapas di leherku.Val! Sadar! Sadar!Jangan sampai kau lepas kendali!Dia semakin mengeratkan dekapannya.Semakin erat.Erat.Aku tak dapat lagi mengontrol diri!Ini keadaan