Share

21. Sidang Yang Penuh Drama

Ajeng mengelilingi rumah yang pernah ia tinggali sebelumnya, ada sesuatu yang hangat menjalar seluruh tubuhnya seakan membawanya ke masa di mana hidupnya bahagia bersama mendiang ayahnya. Seperti apa wajah ayah? Tentu, Ajeng tidak mengenalinya.

"Selamat pagi non, Ajeng, silahkan di minum teh hangatnya," ucap seorang wanita paruh baya, wanita seusia ibunya berdiri dengan nampan di tangannya.

"Terima kasih Bu—" ucap Ajeng, tidak tahu harus memanggil apa pada wanita di depannya.

"Mbok Nah, non. Ini teh kesukaan non waktu kecil. Di sini, kita selalu bersembunyi dari nyonya dan tuan karena non selalu meminumnya meski sudah di larang," ucap mbok Nah, menyela ucapan Ajeng.

Ajeng tersenyum tertarik mendengar kisah hidupnya di masa lalu.

"Jadi mbok tahu siapa aku? Bagaimana aku kecil dulu?" tanya Ajeng, antusias.

"Tentu saja, mbok tahu siapa non Ajeng, bahkan kita sering menghabiskan waktu di sana," tunjuk Mbok Nah, Ajeng mengikutinya. Taman kecil di samping kolam ikan dan tak jauh dari sana a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status