Wajah Zia berubah tegang. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa membeku, tetap detak jantungnya berpacu cepat dan tak beraturan. Zia bahkan kesulitan memejamkan matanya, atau mengalihkan tatapan matanya dari kedua mata Sean.
Sean tersenyum tipis, membuat napas Zia terasa berhenti berdetak. Ia kemudian menyibakan helaian rambut gadis kecilnya yang menghalangi wajahnya. Kedua tangannya lalu bergerak menutupi kedua telinga Zia.
“Jika nanti ada yang mengatakan hal yang buruk tentang saya atau kamu, jangan dengarkan! Percayalah, saya tulus padamu dan saya akan berusaha semampu saya untuk melindungi kamu,” ucap Sean lembut diakhiri senyuman manisnya. “Kita mungkin akan jarang bertemu, tapi saja janji akan menyempatkan diri menemuimu setiap pulang kerja.”
Lelaki tampan itu menyadari kisah cintanya de
Kring! Suara dering telepon di atas meja kerja Sean membuyarkan kosentrasinya. Lelaki itu menyudahi fokusnya pada tumpukan map di hadapannya. Ia meraih gagang telepon berkabel tersebut, setelah menghembuskan napas malas. “Iya,” sahutnya singkat. “Tuan, ada nona Agnes ingin menemui Tuan. Katanya ingin mengatakan hal penting dan tak bisa diwakilkan,” pak Sadin, suara di balik telepon langsung mengatakan maksud menelponnya. “Suruh masuk!” “Baik Tuan.” Sean kembali menghembuskan napas malas seraya meletakkan kembali telpon kabelnya. Ia juga merapikan map di hadapannya. Tak berapa lama, pintu kerjanya langsung terbuka, terlihat gadis cantik melongokkan kepalanya sedikit.
“Boleh papi masuk?”Agnes memutar tubuhnya menoleh ke arah pintunya setelah mendengar suara ketukan pintu dan suara ayahnya. Lelaki paruh baya dengan piyama satin warna biru tua melangkah masuk tanpa menunggu anak gadisnya mengangguk. Agnes, yang tengah duduk bersandar di kasurnya dan memangku tangan menghadap arah balkon kamarnya memasang wajah cemberut menyambut kedatangan tuan David Prayoga Handoko, ayahnya. “Ada apa, sayang? Kok mukanya murung? Kata mami kamu belum makan dari kemarin?” tanya tuan David seraya mendekat dan membawa bobot tubuhnya berlabuh di samping Agnes.Anak gadisnya tak menjawab. Agnes membawa tubuhnya berlabuh pada dada bidang ayahnya. Tentu saja tuan David tidak keberatan dengan tingkah manja anak gadisnya. Ia langsung mendekap dan membelai lembut rambut anak gadisnya.“Kamu punya masalah di tempat kerja?” tanyanya dan langsung dijawab gelengan Agnes. “Ada saingan kamu yang bikin gara-gara?” tanyanya lagi.Agnes menaikkan tubuhnya. Ia lantas menghadapkan waja
Sesuai permintaan Agnes. Potret kebersamaanya dengan Sean langsung menjadi topik utama pembicaraan di berbagai stasiun televisi. Tak menunggu lama, sore hari setelah berita itu beredar banyak wartawan berkumpul di depan lobi hotel holfive, hotel tempat Sean berada.Ya, walaupun pada beberapa potret yang tersebar wajah Sean diburamkan, tetapi tetap saja banyak wartawan yang mengejarnya. Sean bahkan kesulitan untuk pulang ke rumahnya. Tentu saja lelaki itu marah dengan pemberitaan tersebut.Berkali-kali ia menghembuskan napas berat, seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran kursinya. Sean menatap langit-langit seraya berpikir keras. Lelaki itu bahkan tak bergeming saat pintu ruangan kerjanya diketuk oleh pak Sadin.“Tuan Sean?” panggil pak Sadin langsung memasuki ruangan kerjanya. “Tuan baik-baik saja?” tanyanya dengan tatapan sendu.Sean terkikih kecil. Ia terlihat enggan menoleh pada asisten pribadinya. “Apa saya sekarang terlihat baik-baik saja?” ketusnya.“Maafkan saya, Tuan. Saya
“Nona Zia, lihat berita ini!”Hampir saja Zia terkejut. Piring di tangannya yang baru saja dibilas, hampir terlepas pula. Bi Asti berjalan cepat menuju ke arahnya. Gadis itu langsung mengeringkan tangannya dengan handuk putih di dekat pencucian piring.“Ada apa, Bi?” tanyanya penasaran.“Lihat ini, Nona!” Bi Asti menyodorkan ponsel miliknya.Gadis itu langsung menerimanya. Siaran langsung berita gosip yang terlampir pada layar ponsel bi Asti. Kedua bola mata Zia langsung membulat sempurna saat melihat timeline pada berita tersebut. Ia lalu menoleh pada wanita paruh baya di hadapannya.“Ini hanya gosip, Nona! Ini berita hoax. Nona Zia tahu sendiri ‘kan, tuan Sean tidak menyukai nona Agnes,” jelas bi Asti dengan hati-hati.Wajah Zia terlihat berpikir. Ingatannya langsung tertuju pada kejadian malam tad
Tak banyak yang mereka perbincangkan dengan pak Sadin. Zia dan lelaki paruh baya itu justru membincangkan ayahnya. Tentu saja, pak Sadin sangat mengenal ayahnya, Darul.Hingga tak terasa obrolan ringan mereka sudah mengantarkan Zia mendekat pada hotel Holfive. Gadis itu terlihat terkejut melihat banyaknya wartawan yang mengerumuni hotel milik Sean. Pasti Sean kesulitan keluar dari kejaran mereka, dan memutuskan untuk tidak pulang.“Sebagian dari mereka sudah pulang, Nona. Siang tadi bisa dua kali lipat jumlahnya,” ucap pak Sadin menyadari ekspresi melongo dan terkejutnya Zia. “Tapi ada untungnya sih. Seluruh hotel langsung penuh diisi beberapa dari wartawan yang pura-pura menjadi pengunjung hotel dan menanyai beberapa karyawan hotel.”“Sayangnya usaha mereka sia-sia. Semua pegawai hotel tak akan ada yang buka suara,” terang pak Sadin. Zia terkikih mendengar ucapan pak Sadin. Gadis itu kembali melongo, mobil yang dikemudikan pak Sadin justru berjalan melewati mesin parkir yang seharus
Suara ketukan pintu menghentikan lumatan hangat Sean dari bibir. Wajah langsung berubah cemas, sedangkan gadis kecilnya terlihat tegang, hingga ia refleks membuka matanya yang sedari terpejam menikmati lembutnya lidah Sean. Indera penglihatannya langsung menangkap wajah cemas lelaki tampan di hadapannya.Sean langsung meletakkan telunjuknya pada bibirnya. Isyarat agar Zia berdiam diri dan tak bertanya. Kemudian lelaki itu menggerakkan kedua bola matanya ke sebelah kanan. Itu juga isyarat agar gadis kecilnya bergeser ke arah tersebut.“Pelayanan kamar, Tuan,” ucap suara di balik pintu setelah ketukan pintu terdengar lagi.Tangan Sean merapikan piyamanya, memastikan tubuhnya terlindungi sebelum membuka pintu kamarnya. Seingatnya, ia tak meminta seseorang datang menemuinya. Tentu saja, ia sedikit cemas.Terlihat seorang pegawai wanita hotelnya dengan troli makan di sampingnya. Ya, Sean mengenali seragam pegawainya tengah tersenyum ramah padanya. Sean membaca nama tag pada baju tersebut,
Tubuh pelayan wanita itu langsung melorot turun dan bersimpuh di hadapan kaki Sean. Tubuhnya makin bergetar hebat hingga air matanya langsung tumpah membasahi wajah ketakutannya. Sean bahkan tak menunjukkan rasa iba dan segera bergerak menuju meja nakas di dekat pintu. Ia lalu meraih gagang telepon kabel di sana dan menekan sebuah angka sebelum berbicara.“Ampuni saya, Tuan! Saya tidak tahu apa-apa,” pelayan itu memohon belas kasihan dari Sean.Sean tak melirik pelayan wanita itu. Ia lalu menoleh pada Zia. “Gadis Kecil, kamu bisa mengawasi pelayan itu? Saya harus mengganti pakaian saya,” pintanya.“Tentu saja,” sahutnya diikuti senyuman tipisnya.Wajah Zia melemas. Rencananya menghibur pamannya berakhir dengan rasa kesal dan cemas. Ia tak menyangka karyawan Sean berkhianat, padahal lelaki itu sedang tersandung masalah. Gadis itu menatap pelayan wanita itu yang terus terisak menangisi nasibnya.“Berhentilah menangis! Tuan Sean pasti muak denganmu,” ketus Zia pada pelayan itu.“Nona, t
Sean mendesis kesal. Ucapan pelayan itu semakin membuat amarahnya memuncak. Bagaimana tidak, kehadirannya saja yang bisa memasuki ruangan rahasianya sudah membuatnya marah, ditambah membawa kamera pengintai. Kemudian sekarang pelayan itu berkilah dengan alasan yang membuatnya makin muak.Lelaki itu membawa tubuhnya bergerak turun ke bawah. Sean berjongkok menghadap pelayan wanita itu dan menatapnya tajam, penuh kebencian. Tangisan pelayan itu mendadak terhenti dan wajahnya langsung tertunduk menghadap lantai.“Tidak usah pura-pura tidak tahu, Nona! Membawa kamera pengintai saat bekerja saja itu adalah kesalahan besar, kamu bahkan berani memasuki ruang rahasia saya. Itu adalah kesalahan yang tak akan pernah bisa saya toleransi,” Sean memberikan penekanan pada setiap katanya. “Saya tidak peduli siapa orang yang berada di belakangmu dan seberapa kuat orang tersebut, hingga berani mengusik kehidupan saya. Katakan padanya, kalau