Share

Part 16 Rahasia Airin

"Claire, kamu dimana?"

"Ya di kantor, kenapa?" 

"Kamu jawabnya ketus banget. Ada apa sih dari tadi malam...."

"Ya biasa, aku lagi gak dalam mood yang bagus sekarang. Ada apa?" Jelas saja rasanya aku ingin menuntaskan obrolan dengan Randi kali ini.

"Arsy ke kamu?" 

"Oh iya itu. Dia tadi sempat nelfon aku sih mau ketemu sore ini. Ada apa ya? Katanya besok mau peresmian...." 

"Kamu sebetulnya ada apa sih dengan dia?" Terang saja ini membuatku bingung ada masalah apa lagi disana sampai aku diikut-ikutan olehnya .

"Kenapa kamu bisa bertanya gitu? Aku lagi di kantor. Bisa gak kita ngobrolnya 30 menit lagi pas aku makan siang?" Aku memberikan penawaran terbaik untuk berbincang pribadi di luar jam kantor. Ya meskipun ia adalah atasanku langsung dan menjadi CEO di perusahaanku, tetap saja aku punya pekerjaan lain yang memberiku gaji disini.

"Telfon aku 30 menit lagi...." Ia menutup telfonnya.

"Ada apa sih ini? Arsy ngajak gue ketemu, dan dia berlagak aneh seperti ini..." 

****

"Mau istirahat dimana Cle?" Asha menghampiri mejaku dengan senyuman ramahnya.

"Tumben banget Mbak kesini.  Mau cari Pak Randi kah? Kebetulan Beliau sedang dinas di Bali saat ini. Ada pesan yang mau aku sampaikan kepadanya?" Tanyaku. Sebab tidak seperti biasanya ia menghampiriku secara langsung secara ia juga merupakan orang penting di ranah legal.

"Oh enggak-enggak. Aku nanyanya justru kamu mau istirahat dimana..." 

Jujur, selama menyelesaikan pekerjaan 30 menit ke belakang fokusku sudah tidak lagi ada disini. Aku memikirkan berulang-ulang apa yang sudah Randi tau terhadap hubunganku dengan Arsy dimasa lalu, dan tindakan Arsy juga justru membuatku takut mengingat begitu jelas tatapan yang ia berikan kepadaku seolah masih seperti dulu.

"Oh maaf Mbak, maaf gak fokus banget ini. Aku rencana mau ke cafe seberang Mba. Gimana Mbak?" 

"Boleh bareng aja yuk. Kebetulan ada yang mau aku sampaikan ke kamu juga...." Ucapnya.

Duh, jelas saja ini menambah pikiranku lagi. Setelah teka-teki Randi belum terpecahkan, Arsy dan sekarang Mba Asha. Entah apa yang mereka satu per satu ingin ungkapkan kepadaku.

"Sama siapa aja Mbak?" Aku menatapnya.

"Kita berdua aja, karna ada hal yang memang mau aku obrolin sama kamu nih...." Responnya.

Aku mengiyakan ajakan dia, berharap satu per satu obrolan yang ingin mereka sampaikan tercurahkan kepadaku, karena apa yang ingin mereka sampaikan mungkin hal yang berbeda tapi di satu waktu yang bersamaan.

Aku beranjak dari bangku, dan berjalan melewati beberapa hingga sampai ke depan lift yang akan mengantarkanku menuju ground loby. Sesampainya aku melanjutkan perjalananku bersama Asha melewati teriknya ibukota ini. Selama berjalan, Asha tidak banyak bicara mungkin ia menyiapkan obrolan sepenuhnya nanti selama kami makan siang.

Sesampainya di cafe ini, aku langsung duduk dan memesan menuku, spaghetti dan es teh tawar begitu juga Mba Asha.

"Mbak, jadi mau cerita?" Aku menegurnya.

"Oh iya, tapi kamu jangan kaget ya...." Jailnya sembari tertawa.

"Gimana mau kaget, kan Mbak belum mulai cerita..." Balasku.

"Waktu kemarin kita ketemu, kamu ada nanya ya aku tau darimana tentang pernikahanmu dengan Randi?" 

Seolah mengingatkanku lagi pada saat kondisi panik dan kaget waktu itu. Bahkan karena hecticnya hingga kini pun aku justru melupakannya, padahal sangat penasaran sebenarnya kenapa Mba Asha sampai tau tentang pernikahanku. Apakah hanya dia yang tau atau siapa lagi yang mengetahui informasi rahasia ini...

"I....iya Mbak. Mbak tau darimana?" Jawabku sedikit gugup.

"Mungkin kamu belum semua hal tau ya tentang keluarga Randi...." Ia mulai berancang-ancang untuk berbicara kepadaku,

"Iya Mbak, aku masih butuh waktu untuk diterima di dalam keluarganya..." Balasku.

"Iya sih aku juga paham, keluarga itu kompleks banget Cle, semua halnya diatur oleh Airin." 

Wah, jelas saja mataku melalak memperhatikan arah obrolannya yang dari sini saja aku bisa menilai kalo Mbak Asha tau banyak tentang keluarga ini.

"Mbak, masih keluarga Randi?" Aku langsung saja menembak pertanyaan yang mungkin masuk akal, karna semua tamu yang tau jelas pasti keluarga terdekat Randi.

"Aku kakak iparnya Airin....." 

"T...ta... tapi Mbak gak ada di hari pernikahanku, kan?" Aku memastikan sembari mengolah ingatanku yang rasanya tidak ku temukan wajah Asha di hari acaraku.

"Iya benar. Aku juga bermasalah dengan Airin. Airin itu pengatur, semua hal dia atur. Jadi ya bisa dibilang aku bermasalah dengan dia. Tapi untungnya di perusahaan ini yang pegang Randi, jadi aku masih mau bantuin perusahaan rintisan ayah mertuaku ini..."

"Jadi kita adalah keluarga Mbak?" Aku memastikannya kembali. 

"Iya jelas saja kita keluarga, bahkan kamu jangan kaget aja kalo mereka itu punya ritual setiap malam-malam tertentu untuk merayakan sesuatu..."

Ritual? Ritual seperti apa? Jelas saja arisan serasa clubbing sudah buatku terkaget-kaget. Apalagi ritual yang dimaksud oleh Asha?

"Ritual?????" Wajahku sedikit ku dekatkan kepada Asha untuk tau secara detail apa yang terjadi di rumah yang aku tempati ini. Rasanya begitu seram dan mencekam walau hanya mendengar omelan Airin dan Roger, apalagi kalo sampai memang ada ritual tertentu yang membuat otakku langsung berpaling ke ranah negatif.

"Kamu belum tau jugaa????" Sontak saja Asha tidak kalah kagetnya.

"Mbak....... Aku gak tau sama sekali. Cuma kemarin ada party aja yang buatku ngerasa minder karna gak mungkin bisa ikutin gaya hidup konglomerat ini...."

"No no, kamu jangan ngerasa minder, justru harusnya kamu jangan sampai terlibat atau ikut-ikutan arisan mereka. Mereka itu berbahaya..." 

Asha seolah membuat puzzle yang harus aku rakit sendiri agar tau kebenaran seperti apa yang terjadi di lingkungan dan keluarga Randi. 

"Mbak, separah itu kah?"

"Kalo standarmu parah adalah menghilangkan nyawa orang lain, ya jelas mereka melakukannya dan itu menjadi rutinitas.." Asha berbicara seolah tidak ada gap antara aku dengan dia. 

Drrttt.... drrtttt......

"Hape kamu bunyi tuh..." Tunjuk Asha mengarah ke sisi meja kiriku.

"Haduh iya, aku lupa nelfon Randi, tadi dia mau ngobrol...." Gumamku.

"Gak apa-apa kamu ngobrol dulu aja sama Randi. Ini pesanan kita masih lama juga.." Asha memberiku ruang.

Aku langsung beranjak keluar sebentar untuk menghubungi Randi.

"Kenapa belum nelfon? Ditungguin juga...."

"Kamu kenapa sih kok emosian gini...." Aku tidak kalah melawannya.

"Huft, jadi apa hubungan kamu sama Arsy...." 

"Aku tuh udah pernah jelasin hal yang sama dan ini kali kedua aku harus jelasin. Aku sama dia teman sekolah. Apalagi?" Nadaku sedikit tinggi. 

"Gak mungkin teman doang, dia sampe pulang ke Jakarta loh cuma untuk nemuin kamu. Dia mau apa?"

"Ran, kamu kalo mau nanya mau apanya, ya harusnya tanya yang bersangkutan. Aku belum ketemu dia, gimana bisa tau dia mau apa?"

"Sekarang juga kamu block dia!!" 

Allena Sari

Jadi, kira-kira apa ritual yang ditutupi Airin ya Readers? Jangan lupa follow @catatan_allena yaaaa!!

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status