Sesampainya di Rumah Sakit, Adam dan Flora cukup terkejut ketika mereka masuk ke dalam ruang rawat Noah, dan mendapati kalau lelaki paruh baya itu telah duduk di sofa dengan santai.Noah tampak seakan ia benar-benar sudah sehat."Pak Noah, bagaimana kondisi Anda?" Tanya Flora dengan senyum yang merekah di bibirnya. Gadis itu mengambil duduk di sofa seberang Noah, sambil menatap ke sekeliling ruang rawat VVIP yang luas itu."Dimana Anya?" Tanya Flora heran, karena tidak menemui keberadaan Anya di situ.Noah hanya membalas senyum dan menatap Adam yang masih berdiri dengan kikuk di samping Flora."Adam, duduklah," pinta Noah. "Ada yang ingin Dad bicarakan denganmu dan juga Flora."Setelah Adam duduk di samping Flora, Noah pun menatap mereka berdua berganti-gantian. Kemudian ia menghela napas sebelum berbicara."Pasti sekarang kamu sudah tahu tentang penyakit Dad, bukan?" Tanyanya sambil menatap lurus kepada Adam, yang dibalas dengan anggukan pelan dari putra semata wayangnya itu."Apaka
"Flora."Tatapan gadis itu pun sontak beralih dari ponselnya, dan mendongak ke arah Gevan yang sedang berdiri menjulang di depan mejanya."Tahu nggak udah berapa kali nama kamu saya panggil, hm?" Sindirnya sambil berdecak kesal dan bersidekap."Eh?? Loh, bapak sudah dari tadi berdiri di situ?? Ke-kenapa nggak bilang??" Flora pun tergagap, dan merutuk pertanyaan bodoh yang barusan terucap dari mulutnya.Aduh. Gara-gara dia terlalu fokus memikirkan kata-kata untuk berkirim pesan kepada Adam yang berakhir dengan bengong menatap ponselnya, Flora pun tidak sadar kalau kelakuannya malah kepergok bos."Maaf," ucap Flora akhirnya sambil nyengir melihat wajah masam bos-nya. Beruntungnya Flora, seharian ini Gevan sama sekali tidak memarahi atau membentaknya seperti biasa. Pengaruh menikah dan bulan madu memang luar biasa. Atau mungkin jangan-jangan sikap tukang marah Pak Gevan sebelumnya itu karena nggak pernah dapat 'jatah' saja? Wkwk.Flora pun segera mendehem pelan untuk mengusir pikiran j
Flora masih tidak terima saat Adam memperkenalkan diri sebagai tunangannya kepada Mas Bro si tukang bakso. Bukannya apa, masalahnya ini kan di daerah dekat kosnya. Ck. Mudah-mudahan aja Mas Bro nggak ember. Flora nggak mau kalau sampai semua orang yang mengenalnya tahu kalau Adam calon suaminya. Bakal ribet jelasinnya kalau-kalau ternyata mereka putus. Tahu gini dia ogah bawa Adam ke sini, padahal tadinya maksud Flora sengaja makan di dekat kos agar tidak kelamaan menghabiskan waktu berdua bersama pria itu lagi. Habis makan, ya bisa langsung jalan kaki aja pulang. "Kan aku sudah bilang kalau kamu sebaiknya berpikir masak-masak dulu? Kok malah ngaku tunangan sih?" Sungut Flora sambil mengunyah baksonya dengan lahap karena tersulut emosi, tapi memang karena lapar juga sih. "Kan aku juga sudah bilang kalau aku suka sama kamu. Hm... ralat, aku SAYANG sama kamu, Flora. Dan itu nggak akan berubah," sahut Adam kelewat santai, mengabaikan Flora yang mendelik kesal kepadanya ka
[Spageti dan sandwich-nya enak] [Besok bawakan sarapan lagi ya] [Mau pamerin lagi masakan tunanganku ke orang sekantor] Flora nyengir senang membaca chat dari Adam. Seumur-umur, baru kali ini dia membuatkan bekal sarapan baik untuk seseorang maupun untuk diri sendiri. Alasannya sih cuma satu : males. Boro-boro bikin bermacam-macam bekal seperti itu, masak indomie aja kadang masih suka nitip kalo pas kebetulan ada teman satu kosnya yang bikin! Minta ditimpuk emang nih si teteh satu. Flora sengaja bersusah payah untuk Adam karena hatinya tersentuh saat melihat bagaimana sebelumnya Adam yang menolak keras untuk bekerja di Wrighton Constructions, tiba-tiba mengubah pendiriannya karena permintaan Noah yang sedang sakit. Yah... meskipun lelaki itu sepertinya masih terlihat sangat enggan untuk bekerja di perusahaan jasa konstruksi milik ayahnya sih. Dan Flora ingin sekali membantu meringankan beban yang sedang dipikul oleh Adam, namun ia tak tahu bagaimana caranya. Sehin
Raiden menyeringai puas. Ia begitu percaya diri kalau chat yang barusan ia kirimkan kepada Flora akan membuat gadis itu menuruti semua perintahnya.Siapa yang akan menyangka, kalau ternyata ayah gadis itu adalah seorang manajer keuangan di hotel dan apartemen milik Abhyaksa yang berada di cabang Kota Bandung?Tak sia-sia ia mengorek semua informasi soal Flora Shalsabilla, si gadis berambut kemerahan yang membuatnya benar-benar penasaran.Egonya pun sangat terluka, ketika manusia bule brengsek yang bernama Adam memukulinya hingga pingsan ketika sedang asik 'mencicipi' Flora waktu itu.Cih, lihat saja. Kali ini ia akan benar-benar mendapatkan Flora. Pada akhirnya gadis itu akan menjadi miliknya!Dan itu akan menjadi pembalasan paling manis untuk si bule brengsek yang sok hebat itu.Raiden pun mulai menyusun rencana. Pertama-tama, ia meminta kepada ayahnya untuk ditugaskan ke hotel Six Trees milik Abhyaksa Group cabang Bandung untuk inspeksi mendadak.Wiratama Abhyaksa, Dirut Abhyaksa
"ADAM!" Pekik Flora penuh kelegaan dan rasa syukur yang luar biasa. Beban berat yang tadi menggelayuti dadanya pun seketika terhempas. Ia tak peduli alasan kenapa lelaki itulah yang berada di kamar 3356, tak peduli kenapa bisa Adam-lah yang berada di situ alih-alih Raiden. Flora bahkan melupakan kenekatannya untuk datang ke kamar ini adalah bertujuan untuk menyelamatkan papanya. Ia lupa segalanya... karena teramat sangat lega. Flora memeluk erat tubuh atletis itu seperti tidak akan pernah melepasnya lagi, tanpa mengerti bahwa perbuatannya itu telah membuat seorang lelaki normal dengan hasrat yang meledak-ledak seperti Adam tentunya akan bereaksi. "Aaaa...!!" Flora memekik kaget dengan kedua netra bening yang membulat, saat lelaki itu mengangkat pinggangnya dan membuat kaki jenjang terbalut jeans itu melingkari tubuh Adam. Flora yakin kalau tubuhnya tidak enteng seperti Aluna yang mungil. Bobotnya 55 kilogram dengan tinggi 168 cm, namun Adam mengangkatnya dengan satu ta
Suara ketukan pelan di pintu tak pelak membuat kedua pasang mata berbeda warna itu pun menoleh ke sana. "Siapa?" Tanya Flora pelan kepada Adam. Aneh sih. Ini kan kamar Presidential Suite. Jadi dari pintu depan nggak langsung ke kamar, melainkan melewati ruang tamu, dapur bersih, ruang kerja, baru deh ketemu kamar. Maka jika orang itu mengetuk pintu kamar, artinya dia memiliki access card juga untuk masuk ke dalam kamar 3356 ini! "Jangan takut, kayaknya itu cuma Gevan." Adam menurunkan tubuh Flora dari pangkuannya. "Mungkin dia cuma mau mastiin kalau kamu baik-baik aja." Adam mendudukkan Flora di ranjang, lalu ia pun berdiri untuk membuka pintu. Seorang lelaki berwajah datar tanpa ekspresi berdiri di sana, lalu melongokkan kepalanya ke dalam kamar seperti sedang mencari-cari seseorang. "Mana Flora? Dia nggak apa-apa, kan?" Tepat seperti perkataan Adam sebelumnya, Gevan-lah yang sekarang berdiri di depan pintu kamar. Salah satu dari dua access card kamar ini memang dia
Sesampainya di Polretabes Bandung, Adam pun memarkirkan mobilnya, sementara Flora langsung menelepon Riggo--pengacara yang mewakili papanya yang juga teman sekolahnya di SMU dulu."Go, gimana? Papa sudah bisa dijemput belum?" "...""Oh. Kalau gitu aku tunggu di mobil aja ya? Telpon aja kalau semua sudah beres.""...""Ok. Thanks banget ya."Flora menghela napas saat ia menutup sambungan telepon itu. "Papa belum bisa keluar karena masih harus tanda tangan beberapa berkas pembebasan," ucapnya memberitahu sambil menatap Adam."Ariggo Putra itu, pengacara papa kamu?" Tanya Adam yang masih terlihat sibuk mengutak-atik tablet-nya.Flora mengangguk. "Kenapa? Kamu kenal ya?""Nggak. Aku cuma cari profilenya aja di LinkedIn. Beneran cuma temen? Bukan mantan kamu kan?"Flora berdecak sebal. "Curigaan banget sih?"Adam mengangkat wajahnya dari tablet dan menatap dingin gadis di depannya. "Jawab saja, Flora."Flora mendengus kesal. "Bukaann! Dia itu cuma salah satu temanku di SMA, kok. Beneran."