Share

Menolak Pisah (11)

"Kak Dewa kok nggak makan?" tanya Mala.

"Hm, Iya Kakak makan." Dewa pun memakan bakso miliknya, tapi kali ini rasanya tidak seperti biasa, dia merasa bakso itu hambar.

"Kakak kok kayak sedih gitu sih? Oh iya, Mala sampai lupa, apa yang di omongin Om Max tadi? Apa Om marahin Kakak?"

"Enggak kok, Daddy nggak marahin Kakak. Mala tenang aja ya, Kak Dewa sayang banget sama Mala. Apapun yang terjadi meski kita akhirnya terpisah sementara waktu. Kak Dewa akan tetap menunggu Mala."

Tentu saja gadis itu bingung, untuk apa juga Dewa berkata seperti itu? Mereka kan tidak akan terpisahkan, pikir Mala.

"Iya, tapi siapa juga yang bakalan memisahkan kita sih, Kak. Aku akan tetap di sini, di Bandung sama Kakak," tutur Mala dengan yakin.

"Iya, itu kan seandainya, Sayang." Dewa mengusap pipi Nirmala, gadis yang sudah seperti adik, teman, bahkan kekasih buatnya.

Mala hanya tersenyum. "Kakak lagi mellow ya. Tumben berandai-andai segala."

Gadis itu masih bisa tersenyum manis, dan Dewa berharap senyuman it
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status