Rasanya syok melihat kemunculan dari Devan yang ada di luar dari rencana Siella. Tidak sedikit pun Siella diberitahu bahwa Devan nantinya akan datang atau tidak.
Devan melirik ke arah Siella. Bahkan dia memasang senyuman ramah tamah yang tidak muncul apabila hanya berdua saja dengan Siella. Dia kembali menjadi orang yang berbeda, dari yang dikenal oleh Siella sendiri.
“Kamu tidak boleh begitu Vano. Siella sudah bekerja denganku sekarang,” ujar Devan, sambil tangannya memegang pundak Siella, menunjukkan ketegasannya.
Siella melotot matanya melihat tindakan Devan. Matanya berpindah dari tangan Devan, lalu melihat wajahnya yang tanpa dosa tersebut melakukan hal tersebut.
Vano yang melihat Devan dengan sembarangan menyentuh Siella tersebut, terasa terbakat oleh api cemburu. Rasanya isi pikirannya meronta ingin melawannya.
“Tenang saja. Dia bekerja denganku secara profesional. Jadi, bukankah kamu harus begitu juga?” tanya dari De
Degup jantung Siella terasa mau berhenti setelah mendengar ucapan dari Devan barusan. Kenapa dan ada apa? Aneh sekali respon dari Devan yang membuat Siella jadi merasa salah paham dengan cara bicaranya.“Kenapa? Bersikap ramah itu kan bagus,” Siella memberikan pembelaannya.Pintu lift terbuka, sampai di lantai tempat mereka akan turun. Devan memberikan jawabannya, sembari keluar dari dalam lift tersebut.“Kamu jadi kelihatan ganjen dan tepar pesona.”Singkat, padat, jelas, dan membuat Siella merasa tersinggung. Siella sampai tidak berpindah dari posisinya karena merasa kaget dengan apa yang barusan dikatakan oleh Devan.“A- Ap, Tunggu!” Siella merasa kesal.Ia keluar mengikuti kemana perginya Devan dengan langkah yang terasa tidak menyenangkan tersebut. Orang ini benar-benar pintar membuat orang lain tersinggung dan pastinya sakit hati dengan cara bicaranya.Siella mengejar Devan yang berjalan cukup
Seperti yang Siella duga lagi, bahkan, Pak Romi tidak berusaha untuk menyembunyikan keinginannya itu. Yang berarti, Rifia membicarakan perihal keinginannya untuk melawan perusahaan Devan.“Tidak masalah. Selama hasilnya itu tetap dinilai dari apa yang kami bawa, dan bukan karena hubungan keluarga.”Siella sedikit menyindiri apabila ayah Rifia ini berusaha memilih sang anak dengan keadaan karena statusnya saja. Mendengar itu membuat pak Romi sedikit kaget. Ia menyadari maksud dari Siella.“Hahaha. Kamu benar-benar sangat teliti, ya,” pujinya.“Tentu saja. Saya meyakini bahwa bisnis tidak ada hubungannya dengan keluarga. Berkeluarga dalam bisnis tidak selamanya menguntungkan. Bahkan, bisa merugikan ke titik yang paling besar sekalipun,” ujar Siella.Pak Romi yang mendengar bagaimana prinsip Siella merasa sedikit takjub pastinya. Karena jelas tidak ada orang yang bisa bekerja seperti itu.Biasanya perusahaan
Siella panik seketika setelah membaca pesan dari Devan tersebut. Rasanya sekujur tubuhnya sempat berhenti karena dia sama sekali tidak memikirkan bahwa mereka akan benar-benar datang sekarang ini.Panik! Siella yang kebingungan hanya melangkah ke segala arah, memikirkan dimana sekiranya ia bisa bersembunyi saat ini. Hingga akhirnya dia merasa tidak dapat menemukan apa pun, dan memilih segera masuk ke dalam kolong kasur Vano pada saat itu.Ia segera mensenyapkan ponselnya, tetapi masih terhubung dengan Devan yang ada di seberang telpon tersebut. Mulutnya benar-benar ia tutup rapat-rapat. Tidak boleh sedikit pun dirinya bersuara.“Kamu jangan begitu lagi. Aku tidak suka kamu lebih membela Siella daripada aku,” Suara dari Rifia yang merengek tersebut benar-benar membuat Siella tidak senang.“Tentu saja sayang. Maaf ya. Aku tidak berpikir jernih pada saat itu. Karena di depan umum, aku masih harus menjaga citra diriku. Apalagi Siella masih i
Siella bisa menerka, bahwa nafsu buas dari Devan pun kini sedang merajalela di dalam dirinya. Meski dirinya merasakan hal yang sama, Siella tidak mau mengeluarkan.Bisa saja hal ini menjadi bumerang di masa depan, yang dimana Vano dan Rifia akan menjadikannya senjata apabila dirinya mulai melangkah lebih jauh untuk bisa melawan mereka.“Jangan gila, Devan! Aku masih istri orang!” tegasnya.“Lalu, apa kamu bukan istri orang…,” Devan mendekat ke arah leher Siella, dan memberikan napas panas, “kamu mau?”Memerah lagi wajah dari Siella setelah mendengarnya. Ia benar-benar merasa dipermainkan oleh bagaimana cara bermain dari orang ini. Dia sengaja memancing saat ini.Tangan Devan yang semula di dada tersebut, mulai berpindah ke arah pinggang Siella. Dia melingkar dengan erat dan memeluk Siella dengan sangat kuat sekali.“Sekali ini saja…, setelah ini…, aku akan membantumu lebih cepat&
Tatapan Siella sama sekali tidak merasakan amarah yang meledak. Karena sudah tahu lebih awal, dan Siella sudah mengendalikan perasaannya secara penuh. Tidak ada lagi ada yang namanya drama sakit hati.Sementara itu Vano kelihatan sangat terkejut mendengar pernyataan dari Siella yang sangat terang-terangan tersebut. Sorot matanya menunjukkan seberapa besar kepanikan yang sekarang ini dia bawa. Jelas sekali kelihatannya.“Ka- Kamu mengarang, kan! Mana mungkin aku selingkuh dengan orang yang baru aku kenal!” Vano berusah membela diri.“Baru kenal?” Siella menyeringai jelas tidak percaya, “mana ada orang yang baru kenal aku pertemukan langsung pergi ke hotel! Bullshit!” tegas Siella, kesal.“Ka- Kamu-““Sering pergi berdua, bahkan kalian dengan terang-terangan mengirimku pergi perjalanan
Meski tidak diberitahu dahulu oleh Hani, Siella merasa sangat penasaran dengan siapa yang akan diajak menikah oleh Hani.Esoknya, Siella benar-benar ikut kemana Hani akan pergi. Sebuah taman yang biasa digunakan oleh orang-orang yang akan menikah, untuk melakukan Pre-wedding yang pastinya akan cantik sekali.“Kamu akan berfoto di sini, wah…, pasti cantik sekali,” Siella merasa begitu bersemangat.“Haha…, rencananya sih begitu,” sahut dari Hani.Berjalan selama beberapa saat, sambil Siella terus melihat ke sekitar terus memuji tempat tersebut, akhirnya mereka sampai di tujuan yang ingin dicapai oleh Hani.Siella melihat ke depan, dan ingin mengetahui siapa pria yang hendak dinikahi oleh Hani. Betapa terkejutnya Siella saat melihat sosok yang muncul di depannya. Devan datang dengan wajah datar dan begitu dingin sekali.“D- Devan?” Siella terbata memanggilnya.“Oh? Kalian juga di si
Siella yang mendengar permintaan dari sang sahabat pun merasa agak bingung. Orang yang menikah sulit bertemu satu sama lain, bagaimana ceritanya? Ini sungguhan mereka akan menikah, atau hanya khayalan belaka?Tetapi, Hani kelihatan begitu bersemangat menunggu jawaban dari Siella, jadi, mau tidak mau Siella memilih mengiyakan saja apa permintaan dari sang sahabat kepada dirinya tersebut.“Baiklah, akan kucoba. Tapi aku tidak jamin bisa melakukannya dalam waktu dekat.”“Kenapa? Kamu kan tinggal minta saja!” Hani protes dengan raut kecewanya tersebut.“Ya karena aku harus menyesuaikan jadwal kerjanya. Kamu pikir Devan leha-leha setiap harinya?” Siella memekik kasar menanggapinya.Sinis tatapan Siella kepada Hani yang seolah tidak tahu sama sekali bagaimana kegiatan dari Devan tersebut. Namun, Hani sama sekali tidak tersinggung dengan cara menyahut dari Siella.Jadi dia menerimanya, dengan masih merasa senang
Setelah hari dimana Siella marah-marah tersebut, selama beberapa hari Siella terus-menerus murung karena merasa kebingungan sendiri. Entah dia harus menanyakan kepada Devan soal kepastian, atau memintanya ntuk bertemu dengan Hani.Setengah-setengah sekarang ini keberanian dari Siella untuk bisa berbicara dengan Devan. Selama beberapa hari, Siella lebih memilih diam dan tidak banyak bicara, kecuali soal pekerjaan.Dari ponselnya, muncul sebuah notifikasi dari Vano yang mengiriminya pesan sangat singkat, padat, dan sangat jelas sekali.(Sudah. Kamu tinggal ambil akta cerainya saja.)Setidaknya, Siella merasa lega setelah membaca pesan tersebut. Lebih baik dan rasanya lebih tidak masalah kalau dirinya mendapatkan kabar tersebut.“Kenapa? Daritadi kamu diam sekali.” Devan menegurnya.Siella mengangkat kepala dan melihat ke arah Devan yang ternyata dari tadi terus memperhatikannya.“Ah, tidak, hanya Vano yang mengabariku,