Siella panik seketika setelah membaca pesan dari Devan tersebut. Rasanya sekujur tubuhnya sempat berhenti karena dia sama sekali tidak memikirkan bahwa mereka akan benar-benar datang sekarang ini.
Panik! Siella yang kebingungan hanya melangkah ke segala arah, memikirkan dimana sekiranya ia bisa bersembunyi saat ini. Hingga akhirnya dia merasa tidak dapat menemukan apa pun, dan memilih segera masuk ke dalam kolong kasur Vano pada saat itu.
Ia segera mensenyapkan ponselnya, tetapi masih terhubung dengan Devan yang ada di seberang telpon tersebut. Mulutnya benar-benar ia tutup rapat-rapat. Tidak boleh sedikit pun dirinya bersuara.
“Kamu jangan begitu lagi. Aku tidak suka kamu lebih membela Siella daripada aku,” Suara dari Rifia yang merengek tersebut benar-benar membuat Siella tidak senang.
“Tentu saja sayang. Maaf ya. Aku tidak berpikir jernih pada saat itu. Karena di depan umum, aku masih harus menjaga citra diriku. Apalagi Siella masih i
Siella bisa menerka, bahwa nafsu buas dari Devan pun kini sedang merajalela di dalam dirinya. Meski dirinya merasakan hal yang sama, Siella tidak mau mengeluarkan.Bisa saja hal ini menjadi bumerang di masa depan, yang dimana Vano dan Rifia akan menjadikannya senjata apabila dirinya mulai melangkah lebih jauh untuk bisa melawan mereka.“Jangan gila, Devan! Aku masih istri orang!” tegasnya.“Lalu, apa kamu bukan istri orang…,” Devan mendekat ke arah leher Siella, dan memberikan napas panas, “kamu mau?”Memerah lagi wajah dari Siella setelah mendengarnya. Ia benar-benar merasa dipermainkan oleh bagaimana cara bermain dari orang ini. Dia sengaja memancing saat ini.Tangan Devan yang semula di dada tersebut, mulai berpindah ke arah pinggang Siella. Dia melingkar dengan erat dan memeluk Siella dengan sangat kuat sekali.“Sekali ini saja…, setelah ini…, aku akan membantumu lebih cepat&
Tatapan Siella sama sekali tidak merasakan amarah yang meledak. Karena sudah tahu lebih awal, dan Siella sudah mengendalikan perasaannya secara penuh. Tidak ada lagi ada yang namanya drama sakit hati.Sementara itu Vano kelihatan sangat terkejut mendengar pernyataan dari Siella yang sangat terang-terangan tersebut. Sorot matanya menunjukkan seberapa besar kepanikan yang sekarang ini dia bawa. Jelas sekali kelihatannya.“Ka- Kamu mengarang, kan! Mana mungkin aku selingkuh dengan orang yang baru aku kenal!” Vano berusah membela diri.“Baru kenal?” Siella menyeringai jelas tidak percaya, “mana ada orang yang baru kenal aku pertemukan langsung pergi ke hotel! Bullshit!” tegas Siella, kesal.“Ka- Kamu-““Sering pergi berdua, bahkan kalian dengan terang-terangan mengirimku pergi perjalanan
Meski tidak diberitahu dahulu oleh Hani, Siella merasa sangat penasaran dengan siapa yang akan diajak menikah oleh Hani.Esoknya, Siella benar-benar ikut kemana Hani akan pergi. Sebuah taman yang biasa digunakan oleh orang-orang yang akan menikah, untuk melakukan Pre-wedding yang pastinya akan cantik sekali.“Kamu akan berfoto di sini, wah…, pasti cantik sekali,” Siella merasa begitu bersemangat.“Haha…, rencananya sih begitu,” sahut dari Hani.Berjalan selama beberapa saat, sambil Siella terus melihat ke sekitar terus memuji tempat tersebut, akhirnya mereka sampai di tujuan yang ingin dicapai oleh Hani.Siella melihat ke depan, dan ingin mengetahui siapa pria yang hendak dinikahi oleh Hani. Betapa terkejutnya Siella saat melihat sosok yang muncul di depannya. Devan datang dengan wajah datar dan begitu dingin sekali.“D- Devan?” Siella terbata memanggilnya.“Oh? Kalian juga di si
Siella yang mendengar permintaan dari sang sahabat pun merasa agak bingung. Orang yang menikah sulit bertemu satu sama lain, bagaimana ceritanya? Ini sungguhan mereka akan menikah, atau hanya khayalan belaka?Tetapi, Hani kelihatan begitu bersemangat menunggu jawaban dari Siella, jadi, mau tidak mau Siella memilih mengiyakan saja apa permintaan dari sang sahabat kepada dirinya tersebut.“Baiklah, akan kucoba. Tapi aku tidak jamin bisa melakukannya dalam waktu dekat.”“Kenapa? Kamu kan tinggal minta saja!” Hani protes dengan raut kecewanya tersebut.“Ya karena aku harus menyesuaikan jadwal kerjanya. Kamu pikir Devan leha-leha setiap harinya?” Siella memekik kasar menanggapinya.Sinis tatapan Siella kepada Hani yang seolah tidak tahu sama sekali bagaimana kegiatan dari Devan tersebut. Namun, Hani sama sekali tidak tersinggung dengan cara menyahut dari Siella.Jadi dia menerimanya, dengan masih merasa senang
Setelah hari dimana Siella marah-marah tersebut, selama beberapa hari Siella terus-menerus murung karena merasa kebingungan sendiri. Entah dia harus menanyakan kepada Devan soal kepastian, atau memintanya ntuk bertemu dengan Hani.Setengah-setengah sekarang ini keberanian dari Siella untuk bisa berbicara dengan Devan. Selama beberapa hari, Siella lebih memilih diam dan tidak banyak bicara, kecuali soal pekerjaan.Dari ponselnya, muncul sebuah notifikasi dari Vano yang mengiriminya pesan sangat singkat, padat, dan sangat jelas sekali.(Sudah. Kamu tinggal ambil akta cerainya saja.)Setidaknya, Siella merasa lega setelah membaca pesan tersebut. Lebih baik dan rasanya lebih tidak masalah kalau dirinya mendapatkan kabar tersebut.“Kenapa? Daritadi kamu diam sekali.” Devan menegurnya.Siella mengangkat kepala dan melihat ke arah Devan yang ternyata dari tadi terus memperhatikannya.“Ah, tidak, hanya Vano yang mengabariku,
Dalam waktu kurang dari 1 jam, Devan memintanya untuk bertemu di depan apartemen dari Siella. Dirinya pun mengiriminya alamat Siella, dan Devan benar-benar sampai dalam waktu yang singkat.Wajah terengah dari Devan kelihatan begitu kelelahan. Seperti baru saja lari, dan terburu-buru untuk bisa sampai di sana.“Ada apa?” Siella mengendalikan dirinya dari api cemburu.“Apa kamu gila mempertemukanku dengan Hani? Aku tahu dia sepupuku, tapi aku bertemu dengannya kalau ada perintah dokter saja!” tegas dari Devan.Sedikit heran Siella mendengarnya. Bagaimana cara Hani menyebut Devan, dan bagaimana cara Devan menyebut Hani sangat berbeda. Tidak ada hubungan lebih selain persaudaraan.“Tapi, katanya kalian akan menikah?” Diberanikannya dirinya bertanya kepada Devan.“ARGHHHH!” Devan menggeram kesal setelah mendengar ucapan Siella.Dia bahkan nyaris seperti orang yang ingin mengamuk dan menyerang
Tahu bahwa ada yang makin tidak beres, akhirnya Siella mencoba mengajak ngobrol Devan. Mereka duduk di sebuah kafe, untuk memperjelas apa maksud Devan tadi kepadanya.“Jadi, Hani selalu menceritakan diriku padamu?” tanya Siella.“Ya. Dia sangat senang menceritakan dirimu padaku. Dia selalu berkata bahwa beruntungnya kamu menikah dengan seseorang yang mencintaimu, dan selalu membuka diri satu sama lain. Dia bahkan berkata betapa irinya dia padamu,” jelas Devan.Syok sekaligus tidak percaya Siella mendengarnya. Sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, Siella ingin menanyakan lebih jauh seberapa banyak Devan tahu tentang dirinya dari Hani.“Aku? Tapi dia tidak pernah berkata apa-apa padaku. Apalagi setelah menikah. Dia seperti mengurangi waktu denganku,” Siella mengeluhkan.“Justru waktu itu lah, Hani bermimpi untuk menjadi sepertimu. Dia diam-diam berkencan dengan seorang pria, hingga lupa untuk mengendalikan
“Haha, kamu pintar sekali, mengirimnya untuk urusan bisnis selama seminggu, sampai kita berdua bisa berduaan begini.”Kaki Siella yang melangkah hendak ke kamar setelah perjalanan jauh langsung berhenti seketika. Telinganya mendengar dengan jelas, bahwa barusan ia mendengar seorang wanita berbicara dari dalam kamarnya.Meski tubuhnya terguncang setelah mendengarnya, perlahan Siella melangkah dan hendak melihat, siapa orang yang ada di dalam sana. Ia ingin tahu, meski ia juga tahu bahwa pasti sakitnya akan berkali-kali lipat.Pintu yang kelihatan terbuka tersebut memberikannya celah mengintip. Kamarnya yang luas dan lampu yang menyala membuat Siella bisa melihat jelas, bahwa Vano sedang bersama wanita lain di dalam kamar mereka berdua.Ia melangkah mundur, napasnya terasa sesak dan bahkan Siella nyaris merasa tidak bisa mengendalikan dirinya. Seluruh akal sehatnya seperti berhenti memikirkan apa yang sedang terjadi.Air matanya langsung berlinang, tidak percaya atas apa yang sudah ia l