Share

Melawan Suamiku dan Selingkuhannya
Melawan Suamiku dan Selingkuhannya
Penulis: Dek ita

Selingkuh?!

“Haha, kamu pintar sekali, mengirimnya untuk urusan bisnis selama seminggu, sampai kita berdua bisa berduaan begini.”

Kaki Siella yang melangkah hendak ke kamar setelah perjalanan jauh langsung berhenti seketika. Telinganya mendengar dengan jelas, bahwa barusan ia mendengar seorang wanita berbicara dari dalam kamarnya.

Meski tubuhnya terguncang setelah mendengarnya, perlahan Siella melangkah dan hendak melihat, siapa orang yang ada di dalam sana. Ia ingin tahu, meski ia juga tahu bahwa pasti sakitnya akan berkali-kali lipat.

Pintu yang kelihatan terbuka tersebut memberikannya celah mengintip. Kamarnya yang luas dan lampu yang menyala membuat Siella bisa melihat jelas, bahwa Vano sedang bersama wanita lain di dalam kamar mereka berdua.

Ia melangkah mundur, napasnya terasa sesak dan bahkan Siella nyaris merasa tidak bisa mengendalikan dirinya. Seluruh akal sehatnya seperti berhenti memikirkan apa yang sedang terjadi.

Air matanya langsung berlinang, tidak percaya atas apa yang sudah ia lihat dengan kedua matanya tersebut. PRYANGGG. Tak sengaja Siella menyenggol vas bunga yang ada di sebelahnya tersebut.

“Siapa di sana?” Suara Vano terdengar jelas setelah tawa mereka menghilang.

Dengan panik, Siella berlari dan langsung menuju pintu keluar tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Ia benar-benar tidak mampu berkata. Ia sampai di luar rumahnya. Kakinya masih lemas, mengetahui bahwa sang suami berselingkuh.

“AKHHHHHH,” Siella berteriak setelah ia sadar bahwa rumahnya sudah jauh di belakang sana.

Tangisannya pecah dan bahkan ia mengumpat sebanyak yang ia bisa, sampai-sampai orang di sekitar sana melihatnya dengan tatapan keheranan dan terkejut.

“Dasar Vano brengsek! Aku sudah melakukan semua yang dia minta! Aku bahkan menerima upah lebih rendah dari pekerja lain! Dan ini balasannya?! SIALANNNN!!!!!” Teriak Siella dengan penuh emosi.

Ia yang sedang berjongkok tersebut dan sedang terisak menangis tersebut, mengambil ponselnya. Dengan tangan yang masih gemetar ia menelepon satu-satunya orang yang bisa mendatanginya saat ini.

(“Halo? Ada apa La?”)           

Tak bisa membendung air matanya lagi, Siella menangis makin terisak, “Hua….., Hani……,” Tangisannya tiada hentinya sama sekali.

(“La? Ada apa? Kenapa kamu menangis? Kamu dimana sekarang?”) Sang sahabat terdengar panik setelah mendengar tangisan dari Siella.

Siella menyebutkan dimana posisinya. Dan langsung saja Hani mendatangi Siella yang menangis tidak karuan. Selama di mobil Hani, Siella lebih banyak menangis dan tidak menceritakan apa yang barusan dialami. Bahkan Hani tidak berani bertanya dulu.

Sampai di kediaman Hani, Siella diajak duduk di kamar tamu supaya dirinya bisa lebih tenang dan bisa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.

“Ada apa, La? Bukannya kamu bilang baru pulang lusa? Kok sekarang sudah datang?” Hani menanyakan.

Bak bom yang sudah daritadi berusaha menahan diri, Siella mengungkapkan apa yang ia rasa secara mainstream sampai-sampai membuat Hani yang biasanya melihat Siella tenang, jadi panik seketika.

“Aku pulang dan melihat Vano sedang tidur dengan wanita lain! DIA MEMAKAI KAMAR KAMI! APA KAMU PIKIR DIA PUNYA AKAL SEHAT?! BAHKAN AKU YAKIN DIA TIDAK PUNYA HATI SAMA SEKALI!”

Jelas Hani terkejut mendengarnya. Isakan tangis yang makin keras, bahkan Siella sampai berteriak karena sudah tidak bisa menahan emosinya.

“AKU BAHKAN MENERIMA BAYARAN LEBIH KECIL KARENA AKU BEKERJA DI BAWAHNYA! AKU YANG MEMBUAT PERUSAHAANNYA MAJU DENGAN MENGENALKAN INVESTOR TERNAMA SUPAYA DIA PUNYA DANA! TAPI APA YANG AKU DAPAT. ARGHHHHHH.”

Siella mengamuk. Ia bahkan melempar gelas air yang ada di atas meja sampai pecah di dalam rumah Hani. Ia meraung mengutarakan perasaannya. Tidak terima atas apa yang sudah dilakukan suami bejatnya tersebut kepadanya.

Ia memegang rambutnya yang sudah acak-acakan, pikirannya benar-benar seperti sedang dalam mode darurat yang Siella sendiri tak bisa atur.

“Apa salahku? Apa kurangku? Aku tidak pernah melakukan hal buruk! Aku selalu menurut saat dia perintah. Tapi kenapa dia berselingkuh!”

Berkali-kali Siella memukul kepalanya, bahkan ia menjambak rambutnya sampai banyak helai yang patah. Hani yang tidak bisa melihat sahabatnya dalam kondisi tersebut, berusaha menenangkan dengan segera mendekat ke arahnya.

“Sudah, tenang Siella.”

Hani berusaha meraih tangan Siella supaya tidak menjambak rambutnya lagi, dan berhenti untuk memukuli kepalanya sendiri. Meski sempat melawan, Siella merasa lemas. Ia hanya bisa menangis terisak dengan dadanya yang sesak.

“Huaaaaa, huaaa…. Hiks…..,” Tangisannya makin menjadi setelah Hani memeluk dan berusaha menenangkannya.

Bayangan akan dimana dia melihat sang suami berselingkuh tersebut membuatnya tidak mampu berkata-kata. Semuanya benar-benar menjadi gila. Bahkan Siella jadi gila juga.

Butuh waktu lama untuk dirinya bisa menenangkan diri. Sampai wajahnya yang sudah acak adul tersebut benar-benar kelihatan menyeramkan. Siellan lebih banyak melamun. Apa yang harus dirinya lakukan? Apa dia masih bisa bertemu dengan Vano setelah semua ini?

Diliriknya sang sahabat yang sedang memijati tangannya tersebut. Dia pun merasa sedih juga, air mata Hani juga sempat mengalir meski dengan segera diusap oleh dirinya tersebut.

“Kamu jangan ikut menangis, kan aku yang diselingkuhi,” Suara lemah Siella mencoba membuat Hani sadar.

“Ah,” Hani spontan melihat Siella yang kelihatan berantakan tersebut, “bagaimana aku bisa tidak ikut menangis? Pria brengsek itu seharusnya memperlakukanmu dengan baik! Kalau bukan karena kamu, dia hanya pengusaha yang punya bisnis di lantai bawah tanah saja! Dasar pria brengsek!” umpatnya.

Entah kenapa, melihat Hani yang ikut marah tersebut, membuat Siella tertawa. Perasaannya terasa sedikit lega dan seperti baru saja melepaskan bebannya. Tapi hanya sesaat saja. Ia terus mengingat fakta bahwa suaminya tersebut sekarang ini berselingkuh.

Hani kemudian memperbaiki posisi duduk, dan melihat dengan tegas ke arah Siella dengan tatapan yang begitu serius dan tidak bisa terima akan apa yang menimpa Siella.

“Sekarang apa yang akan kamu lakukan setelah tahu Vano begini?” pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat tegas sekali.

Cukup lama Siella diam berpikir akan jawaban yang bisa ia berikan kepada sahabatnya tersebut. Ia sendiri tidak tahu harus berkata apa lagi setelah apa yang dirinya alami saat ini.

“Mungkin…., aku akan bercerai,” ungkapnya.

“Jangan!” Hani melarangnya.

Dengan tatapan yang bingung dan jelas kaget, Siella melihat Hani yang tampak begitu bertekad menyahuti jawaban Siella barusan.

“Kenapa? Kamu senang melihatku terpuruk?” Siella sambil menunjuk dirinya sendiri, bertanya.

“Kamu jangan biarkan mereka bisa hidup bebas setelah menyakitimu begini. Mata harus dibalas dengan mata!” Hani benar-benar berkobar.

“Maksudnya?” Siella tidak mengerti.

Hani mendekat, kemudian dengan tatapan yang serius mengajak Siella berbicara ke arah obrolan yang lebih serius daripada sekarang ini.

“Dia sudah menghancurkan kepercayaanmu. Sekarang, kamu harus hancurkan apa yang juga berharga bagi Vano. Jangan biarkan dia hidup enak setelah kamu membantunya! Buat dia sengasara, dan menyesal selamanya!”

Saran dari Hani benar-benar masuk akal. Siella sudah dibuat jatuh, lalu kenapa dia harus jatuh sendirian? Dia bisa saja jatuh berdua. Atau lebih tepatnya, hancur bersama.

“Bagaimana caranya?”

Siella setelah mendengar ide brilian tersebut juga merasa terdorong untuk melakukan saran dari Hani. Dia benar-benar berbinar karena merasa antusias. Kobaran api dendamnya makin melebar ke dalam perasaannya.

“Ikut aku besok. Aku akan membuatmu menang melawan mereka!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status