“Haha, kamu pintar sekali, mengirimnya untuk urusan bisnis selama seminggu, sampai kita berdua bisa berduaan begini.”
Kaki Siella yang melangkah hendak ke kamar setelah perjalanan jauh langsung berhenti seketika. Telinganya mendengar dengan jelas, bahwa barusan ia mendengar seorang wanita berbicara dari dalam kamarnya.
Meski tubuhnya terguncang setelah mendengarnya, perlahan Siella melangkah dan hendak melihat, siapa orang yang ada di dalam sana. Ia ingin tahu, meski ia juga tahu bahwa pasti sakitnya akan berkali-kali lipat.
Pintu yang kelihatan terbuka tersebut memberikannya celah mengintip. Kamarnya yang luas dan lampu yang menyala membuat Siella bisa melihat jelas, bahwa Vano sedang bersama wanita lain di dalam kamar mereka berdua.
Ia melangkah mundur, napasnya terasa sesak dan bahkan Siella nyaris merasa tidak bisa mengendalikan dirinya. Seluruh akal sehatnya seperti berhenti memikirkan apa yang sedang terjadi.
Air matanya langsung berlinang, tidak percaya atas apa yang sudah ia lihat dengan kedua matanya tersebut. PRYANGGG. Tak sengaja Siella menyenggol vas bunga yang ada di sebelahnya tersebut.
“Siapa di sana?” Suara Vano terdengar jelas setelah tawa mereka menghilang.
Dengan panik, Siella berlari dan langsung menuju pintu keluar tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Ia benar-benar tidak mampu berkata. Ia sampai di luar rumahnya. Kakinya masih lemas, mengetahui bahwa sang suami berselingkuh.
“AKHHHHHH,” Siella berteriak setelah ia sadar bahwa rumahnya sudah jauh di belakang sana.
Tangisannya pecah dan bahkan ia mengumpat sebanyak yang ia bisa, sampai-sampai orang di sekitar sana melihatnya dengan tatapan keheranan dan terkejut.
“Dasar Vano brengsek! Aku sudah melakukan semua yang dia minta! Aku bahkan menerima upah lebih rendah dari pekerja lain! Dan ini balasannya?! SIALANNNN!!!!!” Teriak Siella dengan penuh emosi.
Ia yang sedang berjongkok tersebut dan sedang terisak menangis tersebut, mengambil ponselnya. Dengan tangan yang masih gemetar ia menelepon satu-satunya orang yang bisa mendatanginya saat ini.
(“Halo? Ada apa La?”)
Tak bisa membendung air matanya lagi, Siella menangis makin terisak, “Hua….., Hani……,” Tangisannya tiada hentinya sama sekali.
(“La? Ada apa? Kenapa kamu menangis? Kamu dimana sekarang?”) Sang sahabat terdengar panik setelah mendengar tangisan dari Siella.
Siella menyebutkan dimana posisinya. Dan langsung saja Hani mendatangi Siella yang menangis tidak karuan. Selama di mobil Hani, Siella lebih banyak menangis dan tidak menceritakan apa yang barusan dialami. Bahkan Hani tidak berani bertanya dulu.
Sampai di kediaman Hani, Siella diajak duduk di kamar tamu supaya dirinya bisa lebih tenang dan bisa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
“Ada apa, La? Bukannya kamu bilang baru pulang lusa? Kok sekarang sudah datang?” Hani menanyakan.
Bak bom yang sudah daritadi berusaha menahan diri, Siella mengungkapkan apa yang ia rasa secara mainstream sampai-sampai membuat Hani yang biasanya melihat Siella tenang, jadi panik seketika.
“Aku pulang dan melihat Vano sedang tidur dengan wanita lain! DIA MEMAKAI KAMAR KAMI! APA KAMU PIKIR DIA PUNYA AKAL SEHAT?! BAHKAN AKU YAKIN DIA TIDAK PUNYA HATI SAMA SEKALI!”
Jelas Hani terkejut mendengarnya. Isakan tangis yang makin keras, bahkan Siella sampai berteriak karena sudah tidak bisa menahan emosinya.
“AKU BAHKAN MENERIMA BAYARAN LEBIH KECIL KARENA AKU BEKERJA DI BAWAHNYA! AKU YANG MEMBUAT PERUSAHAANNYA MAJU DENGAN MENGENALKAN INVESTOR TERNAMA SUPAYA DIA PUNYA DANA! TAPI APA YANG AKU DAPAT. ARGHHHHHH.”
Siella mengamuk. Ia bahkan melempar gelas air yang ada di atas meja sampai pecah di dalam rumah Hani. Ia meraung mengutarakan perasaannya. Tidak terima atas apa yang sudah dilakukan suami bejatnya tersebut kepadanya.
Ia memegang rambutnya yang sudah acak-acakan, pikirannya benar-benar seperti sedang dalam mode darurat yang Siella sendiri tak bisa atur.
“Apa salahku? Apa kurangku? Aku tidak pernah melakukan hal buruk! Aku selalu menurut saat dia perintah. Tapi kenapa dia berselingkuh!”
Berkali-kali Siella memukul kepalanya, bahkan ia menjambak rambutnya sampai banyak helai yang patah. Hani yang tidak bisa melihat sahabatnya dalam kondisi tersebut, berusaha menenangkan dengan segera mendekat ke arahnya.
“Sudah, tenang Siella.”
Hani berusaha meraih tangan Siella supaya tidak menjambak rambutnya lagi, dan berhenti untuk memukuli kepalanya sendiri. Meski sempat melawan, Siella merasa lemas. Ia hanya bisa menangis terisak dengan dadanya yang sesak.
“Huaaaaa, huaaa…. Hiks…..,” Tangisannya makin menjadi setelah Hani memeluk dan berusaha menenangkannya.
Bayangan akan dimana dia melihat sang suami berselingkuh tersebut membuatnya tidak mampu berkata-kata. Semuanya benar-benar menjadi gila. Bahkan Siella jadi gila juga.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa menenangkan diri. Sampai wajahnya yang sudah acak adul tersebut benar-benar kelihatan menyeramkan. Siellan lebih banyak melamun. Apa yang harus dirinya lakukan? Apa dia masih bisa bertemu dengan Vano setelah semua ini?
Diliriknya sang sahabat yang sedang memijati tangannya tersebut. Dia pun merasa sedih juga, air mata Hani juga sempat mengalir meski dengan segera diusap oleh dirinya tersebut.
“Kamu jangan ikut menangis, kan aku yang diselingkuhi,” Suara lemah Siella mencoba membuat Hani sadar.
“Ah,” Hani spontan melihat Siella yang kelihatan berantakan tersebut, “bagaimana aku bisa tidak ikut menangis? Pria brengsek itu seharusnya memperlakukanmu dengan baik! Kalau bukan karena kamu, dia hanya pengusaha yang punya bisnis di lantai bawah tanah saja! Dasar pria brengsek!” umpatnya.
Entah kenapa, melihat Hani yang ikut marah tersebut, membuat Siella tertawa. Perasaannya terasa sedikit lega dan seperti baru saja melepaskan bebannya. Tapi hanya sesaat saja. Ia terus mengingat fakta bahwa suaminya tersebut sekarang ini berselingkuh.
Hani kemudian memperbaiki posisi duduk, dan melihat dengan tegas ke arah Siella dengan tatapan yang begitu serius dan tidak bisa terima akan apa yang menimpa Siella.
“Sekarang apa yang akan kamu lakukan setelah tahu Vano begini?” pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat tegas sekali.
Cukup lama Siella diam berpikir akan jawaban yang bisa ia berikan kepada sahabatnya tersebut. Ia sendiri tidak tahu harus berkata apa lagi setelah apa yang dirinya alami saat ini.
“Mungkin…., aku akan bercerai,” ungkapnya.
“Jangan!” Hani melarangnya.
Dengan tatapan yang bingung dan jelas kaget, Siella melihat Hani yang tampak begitu bertekad menyahuti jawaban Siella barusan.
“Kenapa? Kamu senang melihatku terpuruk?” Siella sambil menunjuk dirinya sendiri, bertanya.
“Kamu jangan biarkan mereka bisa hidup bebas setelah menyakitimu begini. Mata harus dibalas dengan mata!” Hani benar-benar berkobar.
“Maksudnya?” Siella tidak mengerti.
Hani mendekat, kemudian dengan tatapan yang serius mengajak Siella berbicara ke arah obrolan yang lebih serius daripada sekarang ini.
“Dia sudah menghancurkan kepercayaanmu. Sekarang, kamu harus hancurkan apa yang juga berharga bagi Vano. Jangan biarkan dia hidup enak setelah kamu membantunya! Buat dia sengasara, dan menyesal selamanya!”
Saran dari Hani benar-benar masuk akal. Siella sudah dibuat jatuh, lalu kenapa dia harus jatuh sendirian? Dia bisa saja jatuh berdua. Atau lebih tepatnya, hancur bersama.
“Bagaimana caranya?”
Siella setelah mendengar ide brilian tersebut juga merasa terdorong untuk melakukan saran dari Hani. Dia benar-benar berbinar karena merasa antusias. Kobaran api dendamnya makin melebar ke dalam perasaannya.
“Ikut aku besok. Aku akan membuatmu menang melawan mereka!”
Siella mengiyakan saja ajakan sang sahabat. Ia sudah kalang kabut memikirkan bahwa suaminya tersebut berselingkuh di rumahnya sendiri. Wajahnya lebih banyak melamun, dan juga pandangannya selalu saja kosong.Esok harinya, mereka mendatangi sebuah rumah yang cukup besar sekali. Siella hanya memandangi ke sana dan kemari melihatnya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya yang kacau tersebut.Tok… Tok… Tok…Hani mengetuk pintu besar tersebut. Dan tak lama kemudian, melihat seseorang yang keluar dari balik pintu sana. Seorang pria yang membukanya membuat wajah dari Siella seketika berubah seketika.Dengan ekspresi terkejut, Siellan menunjuk ke arah si pria dengan suara yang cukup besar nadanya. “Kamu?!”Pria tersebut memandangi Siella dengan tatapan yang jengkel dan juga nampak sedikit kesal. Ia tidak menghiraukan ucapan dari Siella, dan kemudian menatap ke arah Hani yang ada di depannya.“Ada apa sampai kamu datang kemari?” tanya si pria.“Aku mau minta tolong, boleh?” tanya Hani, member
Melihat bagaimana Siella benar-benar berlutut di depan Devan, dengan kedua tangan yang ada di atas pahanya dan dengan kepala yang menunduk juga, membuat suasana jadi sangat mencengkam.Hani yang melihat sahabatnya sampai sujud tersebut mencoba untuk memintanya bangun, dan tidak sampai seperti ini. namun Devan dengan segera menghentikan Hani supaya tidak melakukan itu. Dia akan menguji.“Beri aku alasan logis dan juga keuntungan apa yang bisa kamu berikan padaku kalau aku membantumu. Selain karena kamu ingin membalas suamimu,” tanya Devan.Siella mendongakkan kepala melihat ke arah Devan yang menatapi wajahnya dengan sangat serius juga. Siella sampai menggigit bibir karena ingin menunjukkan kesungguhannya.“Aku akan menuruti apa pun permintaanmu! Selama kamu bisa membantuku membuat suamiku serta selingkuhannya terpuruk! Aku ingin menunjukkan bahwa aku adalah orang dengan nilai tinggi yang tidak pantas mendapatkan perlakuan ini! Akan aku tunjukkan bahwa aku bisa berdiri dengan kakiku se
Siella tersenyum dengan lebar memandangi wanita tersebut, ini jelas sekali adalah bagian dari rencananya yang berjalan sangat mulus sekali.“Iya. Silakan duduk,” Siella mempersilakan sambil menunjuk kursi depannya.Wajah Rifia yang kelihatan kikuk tersebut jelas tahu siapa Siella ini. dan Siella berusaha berpura-pura bahwa ini adalah kali pertama mereka bertemu satu sama lain.Rifia duduk di depannya, dan jelas sekali dia merasa canggung saat berhadapan dengan Siella.“Kamu sudah tahu, kan? Kalau aku mencari pengganti untuk posisi sekretaris di perusahaan tempatku bekerja? Dan kamu orang yang mengajukan diri, kan?” tanya Siella.Rifia menganggukkan kepalanya, kelihatan berusaha sangat sopan. Padahal sifatnya jelas sekali seperti orang licik yang berusaha mengubur bangkainya.“Sebelumnya kamu pernah punya pengalaman menjadi sekretaris pribadi? Atau mungkin ini pertama kali? Karena perusahaan yang akan kamu pegang cukup besar,” Siella sedikit memancing.“O- oh, belum. Kebetulan ini pert
Vano yang mendengar Rifia marah tersebut, berusaha untuk membujuk sang pacar yang marah karena melihat dirinya dicium sang istri sendiri tadinya.“Tidak sayang. Aku juga terkejut, kenapa dia bisa seperti itu? Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya!” tegas dari Vano.Mendelik tajam Rifia melihat wajah sang pria yang merupakan kekasihnya tersebut, tengah memohon kepadanya supaya tidak salah paham atas apa yang baru saja terjadi tersebut.Api cemburu melahap akal sehatnya, dan itu membuatnya jadi benar-benar marah tidak terima dengan apa yang terjadi di depan mereka kala tersebut.“Sayang…,” Vano membujuk dengan memegang tangan Rifia dengan halus, “percaya padaku, aku hanya mencintaimu sepanjang hidupku,” sambung Vano.Hanya dengan ucapan manis bak buaya yang sedang mencari mangsa tersebut, Rifia benar-benar luluh dengan apa yang dikatakan oleh Vano barusan. Dia sampai tersipu malu karena merasa bahwa pria di depannya jauh lebih memilihnya.“Pokoknya aku tidak mau dia menyentuhmu lagi! K
Siella yang sudah dibuang di tepi jalan tersebut hanya bisa merenung selama beberapa saat. Ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa, dan harus melakukan apa lagi.Sadar akan tindakannya yang setengah-setengah, jelas membuat Siella merasa malu kepada Devan yang mau membantunya.Padahal mereka tidak sepaham dan sejalan, tetapi karena Devan punya dendam tersendiri dengan Vano, membuatnya mau membantu Siella yang merupakan orang yang tidak ia senangi.Tapi mau bagaimana lagi? Melawan perasaan adalah perlawanan paling berat dan sulit untuk Siella lakukan. Move on itu perlu proses yang tidak singkat, dan tidak bisa terjadi hanya dalam waktu semalam.‘Sekarang aku harus apa?’ batinnya yang bertanya-tanya.Ia melangkah perlahan ke depan dengan kepala menunduk. Segala isi pikirannya yang buruk dan juga kosong benar-benar membuat Siella tidak bisa berpikir jernih.TINNNNNNN. Bunyi klakson mobil dari arah kanan yang mendatanginya dengan kecepatan yang tidak bisa dikendalikan.Siella yang menol
Mendengar ucapan dari Devan, membuat Siella sama sekali tidak bisa menjawab apa yang brausan dikatakan kepada dirinya tersebut.Meski ucapan dari Devan benar, dan jelas saja mencoba untuk membuat Siella sadar dan tidak tutup mata lebih jauh mengenai apa kenyataan yang ada. Namun, hati Siella seolah menolak untuk menerimanya.Tatapan Siella yang bergetar penuh keraguan itu disadari oleh Devan yang daritadi berada di depannya. Dia sebagai pria hanya bisa terheran dengan logika wanita yang tidak jalan kalau sudah urusan perasaan.Segera Devan menarik tangan Siella, supaya masuk ke dalam mobil. Siella sama sekali tidak melawan. Dia mengikuti kemana perginya Devan. Ia banyak terdiam tanpa melawan sama sekali meski Devan sudah sampai sedemikian rupa.Tatapan mata yang melihat ke jalanan tersebut membuat Siella sadar, bahwa Devan mengarahkan mobil yang mereka naiki ke salah satu hotel dekat sana.Dengan mata yang terbelalak, dirinya menoleh ke arah Devan dengan raut wajah yang terkejut sekali
Tekad Siella kali ini berusaha untuk lebih bulat daripada sebelumnya. Karena selama ini dia benar-benar berada di titik yang tidak menyenangkan sedikit pun.Napasnya yang menggebu terasa panas menguasai seluruh isi pikirannya dan juga menghantam hati kecilnya untuk berhenti berharap kepada Vano. Sudah jelas-jelas dirinya ini diselingkuhi! Bisa-bisanya ia masih berusaha untuk berpikiran positif.“Apa yang harus aku lakukan supaya mereka benar-benar jera?!” kesal Siella yang menatap dengan penuh amarah.“Coba saja hancurkan hubungan mereka dari dalam,” jawab dari Devan.“Maksudmu? Aku ini orang yang memiliki hubungan resmi dengan Vano! Bukan wanita itu!” pekik Siella.“Aku tahu. Maksudku, coba kamu buat mereka bertengkar karena ulahmu. Entah itu kompori atau terserahlah, kamu yang jadi pemain, kamu yang menentukan,” jawab dari Devan.Bertengkar? Jadi Devan memintanya melakukan hal seperti tadi, yang dimana emosi dari Rifia akhirnya meledak karena tidak terima atas apa yang dilakukannya k
Segelintir senyuman ditunjukkan oleh Siella saat mendengar ucapan sahabatnya tersebut. Benar, ia tidak boleh memakai hatinya lagi untuk persoalan ini. Vano sudah melampau terlalu jauh.“Tapi, tadi katamu kamu kan mau mendekati Rifia juga, bagaimana kalau kamu juga pakai ini untuk ancaman perusahaan ayahnya?”“Ha?” Siella sedikit kaget dengan saran dari Hani yang cukup berisiko tersebut.“Iya. Perusahaan ayah Rifia itu besar sekali! Jelas citra perusahaan akan hancur kalau sampai ada skandal di keluarganya. Apalagi aku dengar desas-desusnya, kalau keluarga Rifia menjunjung tinggi kedisiplinan,” jelas Hani.Siella yang sama sekali tidak kepikiran ke sana mereasa sedikit tersentak selama beberapa saat. Dirinya tidak punya masalah dengan keluarga Rifia, jadi kenapa harus membawanya juga?“Aku rasa itu ide buruk. Aku tidak punya masalah dengan mereka, aku hanya punya masalah dengan Rifia,” jawab dari Siella.“Justru itu! Rifia bisa saja dibuang oleh keluarganya demi menjaga citranya. Kamu m