Melihat bagaimana Siella benar-benar berlutut di depan Devan, dengan kedua tangan yang ada di atas pahanya dan dengan kepala yang menunduk juga, membuat suasana jadi sangat mencengkam.
Hani yang melihat sahabatnya sampai sujud tersebut mencoba untuk memintanya bangun, dan tidak sampai seperti ini. namun Devan dengan segera menghentikan Hani supaya tidak melakukan itu. Dia akan menguji.
“Beri aku alasan logis dan juga keuntungan apa yang bisa kamu berikan padaku kalau aku membantumu. Selain karena kamu ingin membalas suamimu,” tanya Devan.
Siella mendongakkan kepala melihat ke arah Devan yang menatapi wajahnya dengan sangat serius juga. Siella sampai menggigit bibir karena ingin menunjukkan kesungguhannya.
“Aku akan menuruti apa pun permintaanmu! Selama kamu bisa membantuku membuat suamiku serta selingkuhannya terpuruk! Aku ingin menunjukkan bahwa aku adalah orang dengan nilai tinggi yang tidak pantas mendapatkan perlakuan ini! Akan aku tunjukkan bahwa aku bisa berdiri dengan kakiku sendiri!” tegas dari Siella.
Devan menganggukkan kepala sambil sedikit menyeringai mendengar jawaban panjang dari Siella. Apa dia akan menerimanya? Meski sebenarnya Siella tidak menyaring menyeluruh ucapannya, tapi ia sudah mengatakan inti dari apa yang dirinya inginkan.
Kembali Siella menunduk, memikirkan bahwa sepertinya memang Devan sudah tidak ingin membantunya lagi. Dia merasa kehilangan harapannya.
Tiba-tiba, tangan Devan mengulur di depan wajahnya tersebut. Dirinya seketika mendongak lagi dan melihat ke arah Devan. Pria itu membuka pintu belas kasihannya.
“Ayo kita bicarakan lebih lanjut. Kamu perlu bertindak cepat sebelum mereka bergerak lebih jauh,” ucap dari Devan.
Ia menerima uluran tangan tersebut. Secara tak langsung, mereka telah menyepakati kerja sama mereka dan kini mereka berdua adalah sekutu.
Pindah ke ruang tamu lagi, kini mereka duduk bertiga di sana dengan sangat bersungguh-sungguh sekali. Atmosfernya sudah berbeda. Meski masih ada rasa kebencian, namun rasa dendamnya lebih besar dan berkobar hebat.
“Nama selingkuhan suamimu Rifia, kamu pasti mengenalnya, kan?” Devan membuka obrolan.
Sedikit mengkerut alis Siella saat mendengarnya. Ia merasa asing ketika mendengar nama orang yang disebutkan barusan.
“Putri pemilik perusahaan Marketing RME, tidak tahu?” sambung Devan.
Seketika Siella langsung tahu wajah orangnya saat Devan menyebutkan lebih detail. Tentu saja dia tahu! Beberapa kali saat rapat pemegang saham ia melihat wanita tersebut datang bersama ayahnya. Dirinya sampai menganga menyadarinya.
“Dia selingkuhannya?!” kejut dari Siella.
“Iya, mungkin.”
Langsung berubah kesal wajah Siella setelah mendengarnya. Dia yang mengatakan kepada Siella bahwa wanita itu adalah pelakornya, tapi malah diberikan jawaban seperti itu. siapa yang tidak kesal?
“Jangan bercanda begitu! Kamu kalau yakin bilang yakin! Kalau tidak bilang tidak!” kesal Siella.
“Aku hanya mengatakan yang aku lihat, tapi TANPA bukti. Kamu bisa langsung percaya memangnya? Aku melihat bahwa Vano berselingkuh dengan Rifia, tapi aku tidak puny BUKTI untuk memperkuat argumenku. Karena selama ini, aku tidak mau tahu,” jelas Devan dengan lebih rinci.
Siella sampai sudah tersulut emosi duluan saat mendengan ucapan si pria ini. Tetapi kalau dipikir lebih rinci, memang yang dia ucap benar. Devan memang yakin dengan asumsinya, hanya dia belum punya bukti untuk menunjukkannya.
“Tckkk, terserah. Sekarang apa rencanamu?! Aku ingin segera membuat dua manusia sialan itu menyesal dan membuat mereka miskin!” kesal Siella.
Devan menyerahkan sebuah flashdisk kepada Siella yang diletakkan di atas meja. Ia dengan badan sedikit bungkuk dan kedua tangan berada di atas kaki sembari berpegang tersebut memandangi ke arah Siella.
“Pertama kita matikan dulu perasaanmu pada Vano. Tidak lucu kalau kamu mau balas dendam tapi jadi setengah-setengah hanya karena kamu masih ‘SAYANG’ padanya. Tonton beberapa video yang sengaja aku ambil di beberapa drama, supaya kamu tahu bahwa ‘CINTA’ boleh, asal ‘BODOH’ jangan.”
Benar-benar tertampar mendengar ucapan Devan barusan. Sekarang Siella masih berperang pada perasaannya yang merasa dikhianati, dan itu menunjukkan bahwa itu karena masih ada rasa yang tumbuh di dalam hatinya.
Namun, karena ia sudah bersungguh-sungguh, ia menerimanya dan mencoba untuk yakin kepada dirinya sendiri. Ia tidak boleh lembek jadi wanita.
“Sekarang, kamu pulang, dan bersikaplah biasa saja. Aku akan mencoba menyeret Rifia supaya masuk ke perusahaan Vano.”
“Hah? Kamu gila?! Kamu mau buat aku tiap hari makan hati?!” pekik dari Siella.
“Siella…,” Hani memanggil.
Langsung menoleh dirinya ke arah sang sahabat. Dan sang sahabat yang sudah punya ikatan komunikasi cukup baik ini menunjukkan bahwa Siella sudah lupa akan niatnya.
Ia langsung mengubah pikirannya yang tadinya merasa akan makin kacau kalau si wanita masuk ke dalam perusahaan, menjadi sebuah peluang lain yang dimaksud oleh Devan.
“Kenapa wanita itu harus masuk ke dalam perusahaanku?”
“Biar mereka berdua makin lengket dan makin sering ribut. Kamu punya posisi sekretaris kan, di perusahaan Vano? Minta dia untuk membuat Rifia jadi sekretaris kedua. Kamu bisa memanasi mereka berdua dan membuat mereka ribut,” ujar Devan.
“Lalu apa untungnya? Yang ada malah aku yang rugi besar.”
Devan menatap heran dan hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar respon dari Siella yang terlalu cepat, dan tidak memikirkan lebih lanjut dari apa yang dijelaskan oleh Devan.
“Kamu bilang ingin mereka berdua terpuruk, kan? Kamu harus membalas mereka dengan cara yang berkelas, bukan rendahan yang sampai membuat harga dirimu terinjak. Buat mereka hancur sendirinya, dengan kamu sebagai sumbunya,” ucap dari Devan.
Pengelihatan dari Siella seperti dibuat terbuka terang dan makin bersinar setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Devan barusan. Ia baru paham dan mengerti maksud dari pria tersebut.
‘Menghancurkan mereka dengan mereka sendiri sebagai penghancurnya. Jadi aku tidak perlu bersusah payah mengotori tanganku, kan?’ batinnya.
Merasa jelas mengerti mengenai maksud Devan, Siella menganggukkan kepala dengan senyuman yang lebar sekali. Rasanya seperti puas mendengar rencana awal Devan yang memintanya untuk memancing mereka berdua.
Siella dan Devan akhirnya bertukar kontak. Ini adalah hubungan benci yang sangat menguntungkan bagi Siella. Karena dengan bantuan dari Devan, ia yakin bisa membalas suaminya, meski harus bekerja sama dengan orang yang sangat ia benci tersebut.
***
Ini sudah dua minggu berlalu semenjak pertemuan tersebut, karena koneksi dari Devan, ia berhasil membuat Rifia, selingkuhan Vano tahu bahwa Siella sedang membutuhkan pengganti.
Meski tidak dijelaskan detail oleh Devan kepada Rifia mengenai dirinya, ini adalah bagian dari rencana brilian yang mereka rencanakan.
Siella akan bertemu dengan Rifia dahulu di sebuah kafe, dan nantinya Vano akan datang, karena Siella sendiri yang mengundangnya. Ia tidak menjelaskan apa tujuannya mengajak bertemu, hanya meminta datang saja. Supaya semua berjalan lancar.
“Permisi…, apa kamu… orang yang perlu aku temui?” Rifia sudah masuk perangkap.
Siella tersenyum dengan lebar memandangi wanita tersebut, ini jelas sekali adalah bagian dari rencananya yang berjalan sangat mulus sekali.“Iya. Silakan duduk,” Siella mempersilakan sambil menunjuk kursi depannya.Wajah Rifia yang kelihatan kikuk tersebut jelas tahu siapa Siella ini. dan Siella berusaha berpura-pura bahwa ini adalah kali pertama mereka bertemu satu sama lain.Rifia duduk di depannya, dan jelas sekali dia merasa canggung saat berhadapan dengan Siella.“Kamu sudah tahu, kan? Kalau aku mencari pengganti untuk posisi sekretaris di perusahaan tempatku bekerja? Dan kamu orang yang mengajukan diri, kan?” tanya Siella.Rifia menganggukkan kepalanya, kelihatan berusaha sangat sopan. Padahal sifatnya jelas sekali seperti orang licik yang berusaha mengubur bangkainya.“Sebelumnya kamu pernah punya pengalaman menjadi sekretaris pribadi? Atau mungkin ini pertama kali? Karena perusahaan yang akan kamu pegang cukup besar,” Siella sedikit memancing.“O- oh, belum. Kebetulan ini pert
Vano yang mendengar Rifia marah tersebut, berusaha untuk membujuk sang pacar yang marah karena melihat dirinya dicium sang istri sendiri tadinya.“Tidak sayang. Aku juga terkejut, kenapa dia bisa seperti itu? Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya!” tegas dari Vano.Mendelik tajam Rifia melihat wajah sang pria yang merupakan kekasihnya tersebut, tengah memohon kepadanya supaya tidak salah paham atas apa yang baru saja terjadi tersebut.Api cemburu melahap akal sehatnya, dan itu membuatnya jadi benar-benar marah tidak terima dengan apa yang terjadi di depan mereka kala tersebut.“Sayang…,” Vano membujuk dengan memegang tangan Rifia dengan halus, “percaya padaku, aku hanya mencintaimu sepanjang hidupku,” sambung Vano.Hanya dengan ucapan manis bak buaya yang sedang mencari mangsa tersebut, Rifia benar-benar luluh dengan apa yang dikatakan oleh Vano barusan. Dia sampai tersipu malu karena merasa bahwa pria di depannya jauh lebih memilihnya.“Pokoknya aku tidak mau dia menyentuhmu lagi! K
Siella yang sudah dibuang di tepi jalan tersebut hanya bisa merenung selama beberapa saat. Ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa, dan harus melakukan apa lagi.Sadar akan tindakannya yang setengah-setengah, jelas membuat Siella merasa malu kepada Devan yang mau membantunya.Padahal mereka tidak sepaham dan sejalan, tetapi karena Devan punya dendam tersendiri dengan Vano, membuatnya mau membantu Siella yang merupakan orang yang tidak ia senangi.Tapi mau bagaimana lagi? Melawan perasaan adalah perlawanan paling berat dan sulit untuk Siella lakukan. Move on itu perlu proses yang tidak singkat, dan tidak bisa terjadi hanya dalam waktu semalam.‘Sekarang aku harus apa?’ batinnya yang bertanya-tanya.Ia melangkah perlahan ke depan dengan kepala menunduk. Segala isi pikirannya yang buruk dan juga kosong benar-benar membuat Siella tidak bisa berpikir jernih.TINNNNNNN. Bunyi klakson mobil dari arah kanan yang mendatanginya dengan kecepatan yang tidak bisa dikendalikan.Siella yang menol
Mendengar ucapan dari Devan, membuat Siella sama sekali tidak bisa menjawab apa yang brausan dikatakan kepada dirinya tersebut.Meski ucapan dari Devan benar, dan jelas saja mencoba untuk membuat Siella sadar dan tidak tutup mata lebih jauh mengenai apa kenyataan yang ada. Namun, hati Siella seolah menolak untuk menerimanya.Tatapan Siella yang bergetar penuh keraguan itu disadari oleh Devan yang daritadi berada di depannya. Dia sebagai pria hanya bisa terheran dengan logika wanita yang tidak jalan kalau sudah urusan perasaan.Segera Devan menarik tangan Siella, supaya masuk ke dalam mobil. Siella sama sekali tidak melawan. Dia mengikuti kemana perginya Devan. Ia banyak terdiam tanpa melawan sama sekali meski Devan sudah sampai sedemikian rupa.Tatapan mata yang melihat ke jalanan tersebut membuat Siella sadar, bahwa Devan mengarahkan mobil yang mereka naiki ke salah satu hotel dekat sana.Dengan mata yang terbelalak, dirinya menoleh ke arah Devan dengan raut wajah yang terkejut sekali
Tekad Siella kali ini berusaha untuk lebih bulat daripada sebelumnya. Karena selama ini dia benar-benar berada di titik yang tidak menyenangkan sedikit pun.Napasnya yang menggebu terasa panas menguasai seluruh isi pikirannya dan juga menghantam hati kecilnya untuk berhenti berharap kepada Vano. Sudah jelas-jelas dirinya ini diselingkuhi! Bisa-bisanya ia masih berusaha untuk berpikiran positif.“Apa yang harus aku lakukan supaya mereka benar-benar jera?!” kesal Siella yang menatap dengan penuh amarah.“Coba saja hancurkan hubungan mereka dari dalam,” jawab dari Devan.“Maksudmu? Aku ini orang yang memiliki hubungan resmi dengan Vano! Bukan wanita itu!” pekik Siella.“Aku tahu. Maksudku, coba kamu buat mereka bertengkar karena ulahmu. Entah itu kompori atau terserahlah, kamu yang jadi pemain, kamu yang menentukan,” jawab dari Devan.Bertengkar? Jadi Devan memintanya melakukan hal seperti tadi, yang dimana emosi dari Rifia akhirnya meledak karena tidak terima atas apa yang dilakukannya k
Segelintir senyuman ditunjukkan oleh Siella saat mendengar ucapan sahabatnya tersebut. Benar, ia tidak boleh memakai hatinya lagi untuk persoalan ini. Vano sudah melampau terlalu jauh.“Tapi, tadi katamu kamu kan mau mendekati Rifia juga, bagaimana kalau kamu juga pakai ini untuk ancaman perusahaan ayahnya?”“Ha?” Siella sedikit kaget dengan saran dari Hani yang cukup berisiko tersebut.“Iya. Perusahaan ayah Rifia itu besar sekali! Jelas citra perusahaan akan hancur kalau sampai ada skandal di keluarganya. Apalagi aku dengar desas-desusnya, kalau keluarga Rifia menjunjung tinggi kedisiplinan,” jelas Hani.Siella yang sama sekali tidak kepikiran ke sana mereasa sedikit tersentak selama beberapa saat. Dirinya tidak punya masalah dengan keluarga Rifia, jadi kenapa harus membawanya juga?“Aku rasa itu ide buruk. Aku tidak punya masalah dengan mereka, aku hanya punya masalah dengan Rifia,” jawab dari Siella.“Justru itu! Rifia bisa saja dibuang oleh keluarganya demi menjaga citranya. Kamu m
Tak perlu menunggu waktu lebih lama lagi, Siella segera berlari ke kamarnya yang dimana memang sudah lama berpisah dengan Vano. Ia berlari sekencang yang ia bisa sebelum akhirnya menutup pintu dengan sangat keras.Sementara itu Vano membukakan pintu ke orang gila yang memencet bel rumahnya secara gila-gilaan di kala tersebut. Rasanya benar-benar gila hanya dengan memikirkannya saja.“Siapa sih?!” kesal dari Vano.“Halo, kami dari Chicken Go Delivery ingin mengirimkan pesanan ayam anda!” Seru dari seorang kurir dengan baju warna merah di depan rumahnya tersebut.Terkejut Vano mendengar ucapan orang yang mengirimkan ayam tersebut. Siapa yang memesannya? Vano yakin tidak memesannya. Apa jangan-jangan Siella yang memesannya?Segera Vano menoleh ke belakang, hendak bertanya kepada sang istri mengenai pesanan yang datang tersebut. Siapa tahu dia adalah orang yang memesannya.“Sayang, apa kam-“ BRAKHHH. Pintu kamar Siella tertutup sesaat setelah Vano menoleh ke belakan
Kembali suasana hening dari luar sana. Bisa dengan jelas Siella menyimpulkan bahwa tampaknya Vano pun terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Siella barusan.Debaran jantung Siella jadi makin kencang karena tidak bisa membayangkan bahwa mungkin saja habis ini akan ada emosi membara yang akan berputar sekeras angin dan akan membuat Siella jadi kesulitan.“Maaf…., Siella…,” Suara lirih terdengar dari luar sana.Siella tidak salah dengar, kan? Vano meminta maaf? Tapi kenapa tiba-tiba begini? Padahal dia tadi sangat menggebu memberikan emosinya yang besar dan ingin sekali mendobrak pintu kamarnya.“A- Aku akan bicara padamu besok…., maaf….” Sekali lagi, Siella mendengar ucapan dari luar sana.Sungguhan dia pergi dari depan pintu? Benar-benar pergi dan benar-benar tidak menampakkan dirinya lagi di sana. Kembali Siella menerima notifikasi pesan di ponselnya.(Dia sudah pergi dari sana.) Pesan dari Devan membuat Siella merasa lega.Lemas kaki Siella seketika setelah melewati kejad