“Ternyata menantu pecundang, ya! Malu-maluin saja!”“Eh, maksud cowok ganteng itu, dia pernah bohongin teman-temannya? Dia bahkan sok kaya bilang sudah menggratiskan tagihan?”“Kenapa bisa ada orang seperti ini? Malu-maluin saja!”“Kenapa orang berengsek ini tidak ditabrak sampai mati saja?”Suara desas-desus terdengar di sekitar. Seketika amarah Brandon langsung meluap.Padahal hari ini suasana hati Brandon sedang bagus, dia bahkan bersedia antre panjang demi membeli teh susu untuk istri dan adik iparnya. Kenapa malah ketemu masalah seperti ini? Joseph ini memang minta diberi pelajaran.Saat Joseph hendak melanjutkan omongannya, Brandon pun meletakkan teh susu di atas lantai, lalu berkata dengan dingin, “Joseph, aku peringati jangan keterlaluan!”“Kenapa? Memangnya apa yang bisa kamu lakukan? Kamu hanyalah seorang pecundang. Bukannya kamu berani melakukannya? Sekarang kenapa kamu nggak berani mengakuinya?” Melihat ekspresi marah Brandon, Joseph pun berkata dengan ketus.“Plak ….”Begi
Ketika mendengar ucapan dari ujung telepon, Joseph langsung tersenyum lebar dan semakin arogan saja. Dia bahkan sengaja membuka speaker telepon, berdeham, lalu bertanya, “Pak Manajer, maksud Bapak, Presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya sudah menerimaku?”Mendengar ucapan ini, pengguna jalan langsung menunjukkan ekspresi kagum.“Tadi cowok itu bilang Perusahaan Investasi Sinjaya? Gaji tahunannya 1 miliar?!”“Dia pasti sudah level petinggi. Masa depannya cemerlang banget!”“Ini yang dinamakan sukses di usia muda. Dengar-dengar persyaratan untuk menjadi satpam di sana saja sangat tinggi. Jadi, semua yang bisa bekerja di sana adalah orang-orang unggul!”Semua orang memandang Joseph dengan tatapan iri. Mereka ingin sekali memiliki nasib seberuntung Joseph.Sekarang si wanita dengan riasan tebal itu juga menatap Joseph dengan tatapan kagum. Memang tidak salah dia menggaet Joseph!Beberapa saat kemudian, terdengar suara lagi dari ujung telepon. “Benar, tadi Sekretaris Pak Presdir sudah be
Melihat Brandon berjalan memasuki rumah, raut wajah Tansri langsung berubah muram. “Hei, beli minuman saja selama itu! Aku kira kamu pergi melahirkan! Apa kamu nggak tahu Kakek Herman mengutus anak buahnya untuk bawa kamu dan Hannah pulang ke kediaman.”Dari ucapan Tansri, sepertinya Brandon mengerti kenapa dirinya disuruh pulang ke Kediaman Limantara. Seharusnya gara-gara masalah pembatalan kontrak investasi itu. Bisa jadi si Martin memfitnah Hannah lagi. Kalau tidak, mana mungkin raut wajah Tansri semuram ini.Saat ini Hannah juga merasa gelisah. Dia bahkan tidak tertarik untuk meminum teh susu yang dibeli Brandon, langsung pergi memasuki mobil Porsche Brandon.Brandon juga tidak berkata lain lagi, lekas mengendarai mobilnya.Tak lama kemudian, Brandon, Hannah, dan Tansri sudah tiba di Kediaman Limantara.Saat ini, semua anggota Keluarga Limantara yang lain juga sudah berkumpul di dalam sana.Mereka semua terlihat sangat marah dan kesal. Mereka marah bukan hanya karena rekaman video
Kakek Herman menatap Tansri, dia bahkan malas untuk menjelaskan. Kakek Herman bisa begitu tidak menyukai keluarganya Tansri karena semua anak yang dilahirkannya adalah anak perempuan. Ditambah lagi dengan masalah yang dilakukan Hannah, alhasil Kakek Herman pun membulatkan tekad untuk mengusir mereka.Hannah dan Tansri terlihat tidak berdaya. Saat perasaan mereka terasa sangat kacau, Brandon yang dari tadi hanya menyaksikan itu tiba-tiba berdiri. Dia tersenyum sambil berkata, “Kakek, aku merasa perbuatanmu sangat tidak adil.”Apa?Adil?Hahaha!Seketika muncul suara tawa beberapa orang memecahkan suasana tegang di dalam ruangan.Brandon sungguh lucu. Apa dia tahu dia sedang di mana? Apa seorang menantu pecundang berhak untuk berbicara? Apa? Tidak adil? Apa dia dungu? Semua orang menatap Brandon bagai menatap orang gila saja.“Apa katamu?” Kakek Herman mengerutkan keningnya. Dia menatap Brandon dengan emosi.Brandon lalu menjawab, “Padahal masalah kontrak itu masih belum diselidiki samp
Martin sungguh emosi. “Brandon, kalau kamu berani fitnah aku, percaya nggak kalau aku bakal habisi kamu!”Brandon pun tersenyum. “Martin, jangan kira orang lain tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan ….”“Sialan! Apa yang kamu tahu?! Kamu hanyalah seorang office boy!” maki Martin. “Kakek, si pecundang ini cari gara-gara terus! Cepat suruh orang usir dia keluar!”Saat ini, Kakek Herman juga berkata dengan sinis, “Brandon, aku harap kamu bisa segera berlutut dan minta maaf sama Martin. Kalau tidak, jangan salahkan aku bersikap kasar.”Ketika mengucapkan kata-kata ini, Kakek Herman bahkan tidak melirik Brandon sekilas pun.Mendengar ucapan Kakek Herman, semua anggota Keluarga Limantara pun tersenyum.“Berlutut! Hei pecundang! Berlutut dan minta maaf sama Martin!”“Martin, cepat suruh dia berlutut. Kalau dia tidak berlutut, jangan biarkan dia keluar dari rumah ini!”“Benar! Dasar pecundang! Berani-beraninya berlagak hebat di depan Kakek! Kamu kira kamu itu siapa? Detektif?”“Dasar bodoh!”
Kakek Herman tersenyum sinis, lalu berkata, “Suruh satpam kemari! Pokoknya dia harus berlutut! Meski dia tidak bersedia, dia juga harus berlutut!”Ada yang mengeluarkan ponsel untuk memanggil satpam ke dalam rumah. Satpam yang bertugas pun sudah hampir turun tangan.“Kenapa buru-buru? Bahkan aku tidak diberi waktu untuk bicara. Apa kalian takut sama aku?” Brandon tersenyum. Dia mengambil ponsel Hannah lekas membuka suatu aplikasi. Kemudian, dia memutar video di dalam ponsel ke televisi ruang tamu.“Berita terkini! Hari ini saya akan menyiarkan kabar terkini mengenai insiden pengusiran dari Perusahaan Investasi Sinjaya. Anggota internal perusahaan mengekspos alasan di balik pengusiran lelaki itu.”“Semua itu bisa terjadi karena lelaki tersebut melakukan tindak pelecehan terhadap karyawan perusahaan! Demi melindungi karyawan perusahaan, pihak Perusahaan Investasi Sinjaya tidak langsung membuat pernyataan saat video beredar di internet. Hanya saja, pihak perusahaan mengatakan mereka akan
“Benar, semua orang tahu Martin itu anak orang kaya. Bisa jadi cewek itu yang menggoda Martin.”“Brandon, jangan-jangan kamu sengaja mengunggah video ini demi membela istrimu?”“Kalau memang seperti ini, sepertinya kami sudah meremehkanmu!”Anggota Keluarga Limantara masih tidak percaya dengan omongan Brandon. Jadi, ketika melihat Kakek Herman masih berpihak terhadap Martin, mereka semua juga ikut membelanya.“Sepertinya kamu masih belum jera ….” Brandon tersenyum sinis. Dia melirik Hannah yang sedang terbengong, lalu berkata, “Istriku, apa kamu punya nomor telepon sekretaris presdir?”“Hah? Ada! Sebelumnya dia kasih aku kartu namanya,” balas Hannah dengan spontan.“Kalau begitu, kamu telepon dia di hadapan semua orang. Tanya langsung kenapa perusahaan mereka tidak bersedia bekerja sama dengan kami!” usul Brandon.“Baik!” Kedua mata Hannah langsung berkilauan. Kenapa dia tidak kepikiran hal ini?Raut wajah Martin langsung berubah pucat. Dia memaki, “Hannah! Kamu sudah mempermalukan nam
Suara desas-desus mulai terdengar di sekitar. Hanya saja, tendangan yang dilayangkan Brandon mengejutkan semua orang. Bahkan satpam juga tidak berani untuk maju.Brandon malas meladeni mereka. Dia menatap Hannah, lalu berkata dengan lembut, “Telepon saja dan buka speaker. Percaya sama aku!”Awalnya Hannah merasa agak ragu. Hanya saja, setelah menyadari dirinya ditatap oleh orang banyak, dia langsung menghubungi Karen.“Tut, tut, tut ….”Seiring dengan suara panggilan itu, semua orang saling bertukar pandang dan mengecilkan suara mereka.Bahkan Kakek Herman yang biasanya sangat memanjakan Martin juga menantikan jawaban dari mulut sekretaris presdir. Sebab, investasi 600 miliar itu sangat penting baginya. Tanpa investasi itu, Keluarga Limantara akan menghadapi kebangkrutan.“Halo, saya Karen, sekretaris presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya, dengan siapa saya bicara ….” Beberapa saat kemudian, terdengar suara nyaring dari ujung telepon.Terlihat kekhawatiran dan kecanggungan dari waj