Share

5. Hanya Untukmu, Ibu

Stevia sempat mencekik leher Vincent hingga pria itu susah nafas. Mobil yang mereka tunggangi meliuk-liuk di jalan raya. Karena takut, Stevia akhirnya melepas cekikan itu.

“Budak dekil, ingat ya, jika sampai perbincangan tadi diketahui salah satu pegawai kantor, aku tidak segan menendangmu keluar dari Keluarga Tatumia, mengusirmu secara tidak hormat, lalu membakar semua pakaian yang kau bawa!”

“Aku bisa jelaskan semuanya...” Vincent menganggap Stevia cemburu dengan kelakuannya, padahal nyatanya tidak.

Stevia sama sekali tidak cemburu, dia malah senang melihat Vincent berbincang dengan gadis tadi. Itu bisa dia jadikan alasan untuk menceraikan Vincent, lantas cepat-cepat menikahi Steve.

Pletak!

Stevia kembali mengayunkan ponselnya ke kepala belakang Vincent, membuat lelaki itu merintih hingga akhirnya diam tak berani bicara.

Vincent berusaha tegar, matanya tetap fokus pada jalan raya, tapi hatinya rapuh, pecah jadi beberapa bagian. Bagai kaca yang dibanting ke tanah, kurang lebih seperti itulah gambaran hati Vincent. Dia masih menunggu Stevia menjabarkan tiga kesalahan yang baru saja dia lakukan.

Vincent merintih, dia tidak menyangka Stevia setega ini menyiksanya, bahkan memperlakukannya bagai budak belia. Tapi rasanya percuma dia merintih, Stevia tidak akan pernah menghentikan siksaan ini.

“Aku tidak butuh pembelaanmu, cukup diam dan dengarkan omonganku! Suami kontrak sepertimu tidak pantas mencari pembelaan. Diam kau, dasar budak keluarga!” Stevia terus-terusan berkicau, tapi Vincent tidak menghiraukannya.

Meski wajahnya risau, Vincent tetap melihat spion atas, menatap wajah Stevia lekat-lekat.

“Ternyata Stevia makin cantik kalau lagi marah,” gerutunya, lantas tersenyum.

Untuk kesekian kalinya, dia terpesona dengan kecantikan Stevia.

Sebelum mobil berbelok, Stevia kembali mencerca Vincent dengan suara lantangnya. “Dan ini adalah pelanggaran paling parah, kau bertingkah seolah kau adalah suami sahku. Sekarang aku minta cerai! Lebih baik kau nikahi perempuan tadi!”

“Tidak bisa!” Vincent seketika terpancing emosi.

Pletak!

Entah keberapa kalinya kepala Vincent dihantam ponsel Stevia, dia terus diam, meskipun hatinya panas, ingin membalas perlakuan Stevia yang sudah kelewat batas.

“Gembel dekil mending diam, deh!” Stevia terus memarahi Vincent sampai mobil masuk ke sebuah komplek villa mewah.

Vincent sudah terlanjur cinta dengan Stevia, dia bahkan rela disakiti fisik selama bisa jadi bagian dari Keluarga Tatumia.

Dibilang bodoh, Vincent memang bodoh, tapi begitulah cinta.

Cinta memang buta, dan salah satu yang dibutakan akibat cinta adalah Vincent. Meski berulang kali disakiti Keluarga Tatumia, lebih-lebih Stevia, dia tidak pernah sedikitpun memarahi Stevia karena terlampau menyayangi gadis cantik itu.

Rasa yang diberikan Vincent begitu tulus, meski balasan yang didapat tidak sesuai ekspektasi.

Sesampainya di villa mewah milik Keluarga Tatumia, Vincent ingin segera mandi dan ganti baju karena baju yang dia kenakan adalah baju bekas siraman air bah.

Baru saja dia menginjakkan kaki di halaman depan villa, Stevia langsung melempar parfum beserta kaos putih kasual. Jadi sopir keluarga kaya juga harus memperhatikan pakaian, tidak semata-mata menggunakan kaos oblong dan celana komprang.

“Nggak usah masuk rumah, bikin bau aja! Orang sepertimu cukup pakai parfum tiga puluh ribuan sama kaos oblong ini. Toh dirimu datang sebagai sopir, bukan tamu undangan pesta.” Stevia melempar kaos yang akan dikenakan Vincent.

Vincent merunduk, meratapi nasibnya sebagai suami kontrak sekaligus pembantu Keluarga Tatumia.

Andai dia menerima tawaran Raul tadi sore, dia sudah hengkang dari keluarga keji ini dan menjadi salah satu tentara paling disegani.

Tapi akal Vincent belum sepenuhnya menerima apa yang dikatakan Raul, dia masih yakin kalau itu cuma prank.

“Oh ya,” kata Stevia, langkahnya terhenti. “Itu rumput di halaman depan masih belum dipotong. Sebelum ganti baju, jangan lupa potong rumput di sana. Nggak enak dipandang, sama sepertimu!”

Dengan perasaan kesal, Vincent mengambil parfum, kaos oblong, dan mesin pemotong rumput yang ada di dekat pintu masuk villa.

Tidak perlu waktu lama Vincent menghabiskan rumput-rumput yang menjulang tinggi di halaman, dia lantas ganti pakaian di balik rimbunan semak halaman villa Keluarga Tatumia.

Bersama seluruh anggota Keluarga Tatumia, Vincent mengendarai mobil mercy putih dan berangkat menuju Hotel Lunar, salah satu hotel paling mewah di ibukota.

Vincent diminta parkir di parkiran VVIP hotel. Dia membuka pintu, tapi sepatu Stevia bergerak cepat menginjak kaki kanannya.

“Sshh,” Vincent mendesis, tapi Stevia tidak peduli.

“Kau tidak pernah diajarkan tentang sopan santun?! Tidak pernah ada dalam sejarah, pembantu jalan berdampingan dengan majikan! Saat ini kau harus bertingkah layaknya sopir pribadi Keluarga Tatumia, tidak lebih.”

Anindya mendekati Vincent, lalu mendorongnya sampai pria itu terbentur pintu atas mobil.

“Kau itu sopir, kau tidak perlu masuk ke dalam hotel! Sukanya bikin malu keluarga, masih untung kita mau bantu biaya operasimu dan perawatan ibumu. Kalau nggak, ibumu nggak lama lagi mati karena kau nggak punya uang buat biaya operasi!”

Vincent menunggu di dalam mobil, meratapi nasibnya yang begitu hina. Dia bingung harus bagaimana. Ucapan Anindya mengingatkannya pada Hana.

“Ibu gimana kabarnya?” lirih Vincent dari ujung telepon.

“Ibu baik-baik saja, Vin, kamu gimana di sana? Keluarga Tatumia menganggap kamu bagian dari keluarga, kan?”

“Mereka berting-” Vincent berhenti sejenak, memastikan suara yang ada di ujung telepon.

“Uhuk... uhuk...”

Vincent mendengar suara bantingan ponsel di ujung telepon. Dia berulang kali meneriaki Hana, tapi tak kunjung mendapat jawaban. Hingga akhirnya, ada wanita lain yang cepat-cepat mengambil telepon. Langkah kakinya berderap cepat meninggalkan ruangan.

Dalam harap-harap cemas, Vincent meneguk ludah sembari memastikan apakah telinganya tidak salah dengar.

"Saudara Vincent, benar?" tanya wanita itu.

"Benar, ini aku, anak angkat Ibu Hana. Ada apa dengan ibuku? Cepat katakan!"

"Sebelumnya, saya izin memperkenalkan diri. Nama saya Rima, dokter pribadi yang disewa mendiang Tuan Micky untuk menangani penyakit ibu Anda. Saya hanya ingin menjelaskan kalau ibu Anda sedang mengalami kondisi kritis dan kami harus melakukan operasi pengangkatan kelenjar penyakitnya."

"Dok, yang benar saja?! Ibuku kritis? Ini bukan candaan, kan?" Vincent gelagapan, matanya merah.

"Tenangkan diri Anda, Tuan, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk ibu Anda. Namun, sebelum itu, kami hanya bisa melakukan pertolongan pertama. Operasi akan kami lakukan setelah Anda menyelesaikan biaya admininstrasi rumah sakit."

"Sialan!" Vincent tidak bisa berbuat banyak. "Jadi, Dokter lebih memilih uang dari pada menyelamatkan nyawa ibuku, ha?"

"Sekali lagi mohon maaf, Tuan, ini sudah prosedur."

"Baddjingan!!!" Vincent membanting ponselnya sampai layarnya rusak. Yang bisa dia harapkan hanyalah gaji terakhirnya sebagai kuli bangunan. Semoga, semoga saja uang itu cukup untuk melunasi biaya operasi ibu angkatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status