Share

7. Aku Ada Urusan!

Di tempat kerja, seperti biasa, dia selalu direndahkan, dan di anak-tirikan. Berbeda dengan pegawai lain, Vincent selalu diperlakukan tidak layak.

“Angkat sekopmu dan pindahkan semen yang berserakan! Gara-gara kamu, semua pekerja di sini ikut repot. Dasar tidak tahu diri, mending kamu kerja di bar jadi pelayan tante-tante!” seorang pekerja nampak memaki Vincent karena tidak fokus mengangkat sak semen hingga salah satunya jatuh.

“Aku tidak mau tahu, jangan sampai gara-gara semenmu yang jatuh, kami juga ikut ganti rugi! Cepat, bayar 150 ribu untuk harga satu sak semen! Masih untung kami mau bantu kamu beresin, coba nggak, kamu bisa dipecat dari pekerjaan ini!”

Vincent hanya diam. Dia masih berpikir keras apakah dirinya memang anak seorang bangsawan terkemuka, atau hanya seorang kuli bangunan kumuh.

Usai menyelesaikan semuanya, Vincent tidak ambil jatah makan siang dan langsung pergi ke Bank Platina, berharap, dia bisa menemukan lokasi bank itu sebelum hari beranjak sore.

“Aneh. Tumben-tumbenan bocah itu nggak ambil jatah makan siang? Apa dia sakit hati karena perkataan kita tadi?” tanya Jalu, rekan kerja Vincent di kontruksi.

“Nggak usah terlalu dipikir, dia cuma bocah manja yang sok-sokan pingin jadi pekerja kasar. Biarkan saja, nanti paling balik lagi karena dia kelaparan dan nggak punya uang buat beli makan,” balas pekerja yang lain.

“Makan saja makanan kalian, tidak usah pedulikan Vincent,” kata mandor proyek yang tiba-tiba datang membawa satu cepet rokok Surya 16 dan membagikannya pada para petugas. “Besok kita diberi jatah libur dari pusat. Harusnya kalian bersyukur, setelah 2 bulan yang menguras tenaga dan membuahkan hasil memuaskan, bos menaruh simpati sehingga kita diberi jatah libur ekstra, jadi sebulan enam kali.”

“Benarkah itu?”

“Bapak tidak bercanda?”

“Syukurlah, aku bisa menghabiskan waktu dengan anak-anakku yang masih kecil. Terima kasih, Pak, kami sangat bahagia mendengar kabar ini.”

“Vincent bagaimana?” celetuk Jalu, yang disambut tatapan tidak enak dari para pekerja lain.

Mandor segera menghampiri Jalu dan berkata, “Sudah, biarkan saja bocah sok elit itu. Biar dia masuk kerja sendiri besok pagi, terus bingung mencari keberadaan kalian.”

Di sisi lain, Vincent menyusuri jalanan pusat kota JC hingga akhirnya tiba di sebuah persimpangan dekat perumahan elit. Dia ingin masuk, tapi dilarang oleh petugas keamanan.

“Pengemis dilarang masuk ke perumahan ini,” kata petugas.

“Ta-tapi, Pak, saya ingin cari alamat Bank Platina. Bapak bisa memberitahukannya?”

“Dih, kamu itu ngemis tapi sok-sokan tanya lokasi bank. Bank Platina? Bank apalagi itu? Aku tidak pernah dengar nama bank asing di sini. Udah, udah, cepat pergi, mules perutku ngeliat cowok macam kamu!”

Setelah cukup lama mencari, samar-samar Vincent melihat Raul dari kejauhan, sepertinya Vincent sadar kalau Raul terus mengawasi seluruh aktivitas yang dia lakukan. Mobil yang dinaiki Raul pergi ke arah Selatan, dan Vincent membuntuti arahnya karena merasa Raul memberi kode agar dia ikut ke sana.

Dari kejauhan, dia melihat sebuah bangunan mewah tapi hanya terdiri dari satu lantai. Dan, ada dua pasang mata sedang menatapnya tajam.

“Akhirnya aku sampai, bank Platina, sungguh megah,” lirih Vincent.

“Gagang pintu berlapis perak!” Vincent memandangi gagang itu seolah dia baru pertama kali melihat bank dengan interior dan bahan dasar yang sungguh mahal. “Pasti. Pasti nasabahnya bukan kaleng-kaleng, aku sangat yakin.”

Hanya sedikit orang yang tahu tentang Bank Platina.

Bank Platina adalah bank yang paling misterius di Negara X. Skala penyebaran bank mereka tidaklah besar, tapi dikatakan bahwa jumlah tabungan yang mereka terima tidak boleh kurang dari puluhan miliar.

Dengan kata lain, Bank Platina adalah bank yang hanya membidik orang kaya!

Bukanlah sebuah keanehan bahwa Bank Platina bisa bertahan bahkan dengan jumlah nasabah yang sedikit. Itu dikarenakan nasabah-nasabah mereka adalah penggerak ekonomi negara. Dengan pelayanan yang luar biasa, terutama dalam hal keamanan dan kerahasiaan, bank ini menjadi pilihan banyak orang kaya, khususnya para miliarder ternama di negeri ini.

Setelah Vincent berlari begitu jauh dan bertanya kepada beberapa orang di jalanan, dia akhirnya menemukan lokasi bank tersebut. Sungguh memalukan bila mengingat bagaimana orang-orang yang ditanyakan menatapnya seperti seorang yang gila. Dengan penampilan Vincent, tentu saja mereka tak habis pikir mengenai urusannya dengan Bank Platina.

Sesampainya di hadapan pintu masuk Bank Platina, Vincent menghembuskan napas dan berjalan masuk. Baru dua langkah Vincent mendekati pintu bank tersebut, seorang penjaga keamanan menghentikannya di depan pintu.

Penjaga keamanan tersebut mengerutkan kening dan menatapnya, ada kewaspadaan dan tatapan merendahkan dari pandangannya. "Ini adalah Bank Platina. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk!"

Vincent berkata dengan cepat, "Saya di sini karena ada urusan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status