Pemuda yang dilempar ke tanah itu juga merangkak bangkit dan memelototi Ardika."Kamu adalah menantu benalu pecundang yang disebut oleh Tuan Muda Firza itu, 'kan?""Bagus, bagus. Kamu nggak hanya menyerangku secara tiba-tiba, kamu bahkan menamparku.""Cepat berlutut dan meminta maaf padaku! Kalau nggak, begitu Tuan Muda Firza keluar nanti, dia pasti akan menghabisimu!"Pemuda itu berteriak dengan marah pada Ardika.Ardika mengerutkan keningnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia kembali melayangkan sebuah tamparan ke wajah pemuda itu."Plak ...."Kali ini, pemuda itu terpental sambil muntah darah."Bam ... bam ...."Ardika juga tidak berbasa-basi lagi. Siapa pun yang menghalangi jalan mereka, baik pria maupun wanita, langsung ditamparnya. Begitu tamparan Ardika mendarat di wajah mereka, sekelompok orang itu langsung berteriak dengan menyedihkan."Kalau kalian berani menghalangi jalan kami lagi, konsekuensi yang akan kalian terima nggak sesederhana satu tamparan lagi."Selesai melo
Walaupun tidak tahu apa yang terjadi lagi, Ardika bergegas membawa Futari dan Hariyo pulang.Suasana di rumah sedikit tegang.Amanda tampak sedang berbicara tanpa henti kepada Desi. Ekspresi tampak sedikit senang. Alhasil, begitu dia menoleh, ekspresi senangnya memudar seketika."Ya ampun, Hariyo. Mengapa kamu baru keluar sebentar saja sudah menjadi seperti ini? Apa kamu terjatuh, atau ada orang yang memukulmu?"Amanda segera menerjang ke arah putranya dan memeluk putranya.Setelah berada dalam jarak lebih dekat dengan putranya, dia baru melihat dengan jelas ada bekas tamparan di kedua sisi wajah Hariyo, bahkan sudut bibir putranya juga berdarah.Jejak-jejak kaki tampak jelas di sekujur tubuh putranya. Mungkin putranya sudah dihajar di luar sana, bahkan pukulan yang diterima putranya tidaklah ringan."Huuu ... huuu .... Hariyo, putraku, kamu benar-benar kasihan ...."Setelah menangis sejenak sambil memeluk Hariyo, Amanda menoleh dan berteriak dengan marah pada Ardika, "Dasar Ardika sia
"Hmm? Paman datang berkunjung ke Kota Banyuli dan mengatakan ingin bertemu dengan Ardika?"Luna mengerutkan keningnya, menatap Ardika dengan tatapan heran.Boleh dibilang dia tidak memiliki kesan baik dengan kerabat Desi.Karena Keluarga Liwanto tidak terlalu setuju Desi menjadi menantu Keluarga Basagita, jadi sangat jarang ada interaksi antara dua keluarga. Sejak kecil hingga sekarang, pertemuannya dengan kerabat Keluarga Liwanto tidaklah banyak.Saat dia menjalin hubungan dengan Ardika, Keluarga Liwanto baru tiba-tiba menjalin hubungan dekat dengan Keluarga Basagita.Namun, setelah Ardika tertimpa masalah, Desi dikeluarkan dari rumah sakit karena kecelakaan kerja, dengan alasan Desi sudah menghancurkan nama baik Keluarga Liwanto, Franky Liwanto yang merupakan Tuan Besar Keluarga Liwanto melarang Desi untuk kembali ke kediaman Keluarga Liwanto lagi.Sebenarnya, boleh dibilang Desi sudah dikeluarkan dari Keluarga Liwanto.Hal itu adalah hal yang sangat menyakitkan bagi Desi dan merupak
"Luna, pamanmu paling mementingkan harga dirinya. Kalian harus banyak melontarkan kata-kata baik untuknya, menyenangkan hatinya."Amanda juga berpesan seperti itu pada Luna dan Ardika.Dia memberi tahu mereka, walaupun dia adalah anak bungsu dalam Keluarga Liwanto, posisinya di Keluarga Liwanto juga tidak bisa dibandingkan dengan Leon.Tuan Besar Liwanto adalah orang yang berpikiran konservatif, dia paling menyayangi Leon, putra bungsunya."Bibi, kami sudah mengerti. Ibu, kalau begitu, kami pergi dulu, ya."Setelah menanggapi dua tetuanya dengan sopan, Luna segera menarik Ardika keluar.Dia terlebih dahulu pergi ke Grup Hatari bersama Ardika, memilihkan sebuah benda spesial sebagai hadiah pertemuan untuk Leon.Ada banyak benda di ruangan Luna. Benda-benda itu adalah pemberian mitra-mitra kerja sama mereka sebelumnya.Melihat hadiah-hadiah yang tidak terlalu mahal dan terkesan dipilih dengan sepenuh hati itu, Luna pun menerimanya.Pada akhirnya, Luna memilih sebuah kaligrafi hasil karya
Banyak dari sekelompok orang yang mengerumuni Leon itu langsung mengenali Luna, lalu segera mengerumuni wanita cantik itu."Bukankah ini adalah Bu Luna dari Grup Hatari? Bu Luna juga datang menghadiri pertemuan malam ini?""Bu Luna, belakangan ini perkembangan bisnis Grup Hatari benar-benar luar biasa, bahkan Pak Farlin saja sudah menjadi Duta Promosi Vila Bistani di Gunung Amona ...."Sejak menguasai Grup Perfe dan Grup Hatari, kedudukan Luna di dunia bisnis Kota Banyuli sudah meningkat secara signifikan.Bahkan tokoh hebat industri medis yang berada di tempat itu juga tidak berani berlagak hebat di hadapannya.Tokoh hebat saja tidak berani berlagak hebat di hadapan Luna, bagaimana mungkin perwakilan rumah sakit atau petinggi perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan berani berlagak hebat di hadapannya?Orang-orang itu bahkan ingin menjalin hubungan dengan sosok "dewi kekayaan" baru di Kota Banyuli itu dan bekerja sama dengannya."Terima kasih, semuanya ...."Luna menanggapi ucapan
Nada bicara Leon yang seolah-olah sedang mengguruinya itu benar-benar membuat Luna merasa muak.Namun, sebelum dia datang menemui pria di hadapannya ini, Desi dan Amanda sudah berpesan padanya panjang lebar. Jadi, dia juga sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi perilaku pamannya yang satu ini.Dia berkata dengan penuh hormat, "Paman, aku akan mengingat ucapan Paman dengan baik."Melihat Leon menasihati keponakannya di hadapan semua orang seperti itu, semua orang makin menghormatinya.Leon memang menginginkan hasil seperti ini.Walaupun dia juga sudah berusia empat puluhan tahun, tetapi di dalam industri yang digelutinya, dia masih tergolong muda dan merupakan junior.Orang-orang di tempat ini, terutama para senior dari industri medis, terlepas dari bagaimana sikap yang mereka tunjukkan, mungkin diam-diam mereka tidak terlalu menghormatinya.Sekarang, dengan memberi nasihat kepada Luna di depan umum seperti ini, dia langsung membangun wibawanya di hadapan orang-orang itu.Tepat
Namun, sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh Ardika malah dianggap sebagai bentuk bersabar seorang pecundang oleh orang-orang itu."Hehe. Bu Luna, jangan marah, ya. Sebenarnya, suamimu ini juga bukan nggak punya kelebihan. Paling nggak dia menang dalam hal bersabar, membuat kami malu saja.""Ya, benar. Kalau kami yang dikatai oleh orang lain seperti itu, pasti sudah tidak tahan lagi.""Bu Luna, dalam diri suamimu, memang ada bayang-bayang sosok hebat. Anak muda memang harus bisa bersabar dalam menghadapi situasi apa pun. Aku yakin kamu pasti akan berhasil.""Hahaha ...."Sekelompok orang itu kembali tertawa terbahak-bahak.Ekspresi marah sudah tampak jelas di wajah cantik Luna.Melihat perubahan pada ekspresi keponakannya, Leon yang ingin meminjam nama Luna untuk menunjukkan kehebatannya dalam perjamuan nanti pun tahu harus segera mengambil tindakan.Kalau Luna benar-benar pergi begitu saja saking kesalnya, dia sendiri yang akan rugi."Sudah, sudah. Bagaimanapun juga, Ardika adalah
"Dia memang sudah menikah, tapi masih bisa bercerai, 'kan?""Kulihat Ardika itu biasa-biasa saja. Terlebih lagi, dia adalah seorang menantu benalu, seharusnya biasanya dia hanya menjalani kehidupan yang lebih buruk dibandingkan seekor anjing.""Jujur saja, menyebutnya sebagai 'pawang', sudah meninggikan dirinya."Seulas senyum mengembang di wajah pemuda itu, dia berkata dengan penuh keyakinan, "Jadi, mulai sekarang, Luna adalah wanitaku!"Melihat ekspresi arogan pemuda itu, orang-orang yang berada di sekitarnya menunjukkan ekspresi terkejut.'Memangnya siapa dia? Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu.'Namun, tanpa butuh waktu lama, semua orang mendapati bahwa pemuda itu tidak hanya sekadar berbicara demikian, tetapi juga disertai dengan tindakan. Saat melihatnya berjalan menuju ke arah Ardika dan Luna, sorot mata semua orang langsung berbinar.Pasti akan ada pertunjukan yang menarik!Di sisi lain, baik orang yang mengenal maupun tidak mengenal Luna, datang menghampiri Luna untuk berb