Share

97. Hancur Sebelum Waktunya

Seluruh pondok langsung berteriak saat mendengar juga melihat bagaimana Nadina tertabrak lalu terjatuh dengan banyaknya darah di sana.

Nadhif seketika bersimpuh sembari mengangkat kepala sang istri. Tangisannya semakin keras, tangannya yang juga ikut berwarna merah terus mengelus wajah sang istri yang setengah sadar itu.

“Mas,” lirih Nadina.

“Nadina, saya di sini. Kamu bertahan. Semua pasti baik-baik saja. Saya mohon kamu kuat. Kamu tidak boleh kenapa-napa,” bisik Nadhif lalu ia dengan cepat menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Ambulans! Mobil!! Cepat!!” teriaknya.

Sepanjang perjalanan Nadhif terus memegang tangan Nadina erat sembari sesekali mengecup istrinya itu. Wajah Nadina tampak kaku, tak ada pergerakan, Nadhif tak hentinya memandang wajah Nadina dan memohon keselamatan bagi istrinya itu.

“Maafkan saya, Nadina. Saya mohon bertahan,” lirih Nadhif.

Semenjak memasuki mobil, Nadina tak lagi dalam kondisi sadar. Ia telah memejamkan matanya. Hingga saat wanita itu di dorong masuk ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status