35. Sebuah Keputusan (Bagian B)Wajahnya memerah, sama seperti wajah Bang Gery yang juga memerah karena darah keluar dari hidungnya yang aku yakin pasti patah."Galuh! Sudah!" ucap Ibu sambil menahan lengan Bang Galuh."Luh, sadar!" Kak Ambar juga ikut menghalangi. “Nggak begini caranya, Dek!” kata Kak Ambar lagi."Biar saja! Manusia laknat seperti dia memang perlu dikasih pelajaran, Bu. Kalau cuman pakai kata-kata, pasti tidak mempan!" sungut Bang Galuh dengan nada tajam. "Jangan berani kau menyakiti istriku, kalau tidak kau tanggung sendiri akibatnya!" kata Bang Galuh lagi.Bang Gery mengusap darahnya yang masih mengalir di hidungnya, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Tapi, setitik rasa takut terlihat di sana."Ambar, obati aku!" titahnya sok berkuasa.Aku bisa melihat Kak Ambar mendengus dan melengos untuk duduk lagi di sofa, tidak mengindahkan sedikitpun perintah Bang Galuh. Kakak iparku itu mengacuhkan semua yang terjadi pada Bang Gery."Ambar, dasar istri durh
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas36. Keributan (Bagian A)"Ya Allah! Anakku!"Ibu menjerit histeris dan langsung menangis tergugu saat melihat punggung Kak Ambar, di sana banyak sekali terdapat gurat kemerahan dan juga lebam kebiruan. Tidak ketinggalan di sekitar bahu dan lengan atas juga ada lebam, dan yang paling parah adalah di bawah ketiak sebelah kiri Kak Ambar terdapat lebam biru yang terlihat masih baru.Warnanya terang, berbeda dengan lebam yang lain. Mungkinkah ini baru saja terjadi? Aku bergidik ngeri melihatnya, tubuh Kak Ambar secara keseluruhannya babak belur.Aku menghela nafas panjang tidak bisa membayangkan jika aku berada diposisi itu dan aku dengan sigap langsung memeluk Ibu yang tergugu sambil memukuli dadanya, dia berkali-kali mengatakan bahwa ini semua adalah salahnya. Dia menyalahkan dirinya sendiri, atas apa yang dialami oleh Kak Ambar."BIADAB, KAU APAKAN KAKAKKU?" teriak Bang Galuh histeris. “ANJING KAU GERY!” katanya emosi.Bang Galuh beranjak mendeka
37. Keributan (Bagian B)Aku bisa melihat keberadaan Mang Akim dan juga Bang Sugeng serta Bang Marwan disana."Tidak! Akan Abang bunuh manusia bedebah seperti dia!" kata Bang Galuh tanpa menatapku."Tidak! Jangan kotori tangan Abang dengan darah manusia hina seperti dia!" ujarku cepat.Aku mengambil kepalan tangan bang Galuh dan membukanya, darah bang Gery yang menempel di sana aku usap menggunakan jilbab instan panjang yang aku gunakan."Sabar, Bang! Biarkan dia membusuk di penjara," kataku lagi mengharapkan ketenangan Bang Galuh.Mataku melihat Bang Gery yang sudah hampir hilang kesadarannya, dan sedang digotong beberapa orang untuk segera dibawa ke puskesmas. Mereka meminta izinku, dan segera aku setujui. Ku titahkan Mang Akim segera mengikuti Bang Gery, dan menunggu dia di sana. Bagaimanapun juga dia hampir mati di tangan suamiku, dan jangan sampai ini bisa menjadi senjatanya untuk lepas dari tuntutan.Bang Sugeng mengaku, mereka memang sengaja menunggu diluar dengan beberapa wa
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas38. Lelaki Sampah (Bagian A)Karena posisiku yang tidak begitu jauh dari mereka, aku bisa mendengar ucapan-ucapan mereka dengan sangat jelas. Apa? Apa maksudnya ini? "Bu, kenapa dia di sini?" tanyaku pada Ibu yang sudah berhenti menangis dan duduk sendirian, menatap ke arah Kak Ambar dan wanita itu yang sedang adu mulut dengan pandangan kosong."Di—dia," ucapan Ibu menggantung, seolah dia mampu untuk meneruskan kalimatnya."AKU JUGA ISTRINYA!" pekikan dari salah seorang wanita itu terdengar dengan sangat jelas.Aku terperangah kaget, dan segera menoleh ke arah Ibu dengan pandangan bertanya-tanya. Melihat Ibu yang mengangguk dengan lemah, membuat aku langsung bisa menarik kesimpulan dan menghubungkan semua benang merah ini."Kalau kau istrinya, terus kenapa?" Kak Ambar membalas sengit. “Apakah aku harus bersujud di kakimu?” tanya Kak Ambar dengan ketus."Pakai otak kau Ambar, tega sekali kau mau memasukkan suami kita ke penjara!" katanya wanit
39. Lelaki Sampah (Bagian B) Ibu berkali-kali menghela nafas, pasti merasa sangat shock dengan segala keburukan menantu kesayangannya yang selama ini dia puji-puji setinggi langit. Dia bahkan tidak ikut berkomentar saat Kak Ambar dan Mbak Tuti bersitegang. Seolah-olah jiwanya entah tengah di mana. "Heh, Galuh! Aku juga akan menuntutmu karena telah menghajar suamiku!" katanya pongah. Aku terdiam, tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Bagaimanapun ucapan Mbak Tuti itu benar? Bang Galuh bisa jadi ikut masuk penjara karena sudah menghajar Bang Gery hingga babak belur. "Tuntut saja, aku hanya membela kakakku yang dipukuli oleh suami sampahmu itu," ejek Bang Galuh dengan santai. "Sudah pencuri, KDRT lagi, aku yang akan membuat suamimu itu berada di penjara dengan waktu yang sangat lama," katanya lagi. Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Bang Galuh, apa iya bisa seperti itu? Entahlah, nanti aku akan mencari tahu. Lagi pula, tidak akan aku biarkan suamiku terkena kasus. Enak saja! Bang
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas40. Adu Bacot (Bagian A)"Bu …."Mbak Tuti yang masih berada di halaman langsung menghambur dan memeluk tubuh seorang wanita paruh baya, di belakang mereka terlihat seorang anak kecil dan juga seorang wanita muda yang mungkin seumuran denganku, sedang berjalan menghampiri mereka yang tengah berpelukan.Aku mengenali mereka sebagai mertua Kak Ambar dan juga Adik iparnya, bukankah seharusnya Ibra menginap di rumah mereka malam ini? Ataukah gosip mengenai Bang Gery yang dihajar oleh bang Galuh sudah sampai ke telinga mereka?Aku tidak mau menebak-nebak, lagipula aku memang tidak terlalu akrab dengan keluarga Bang Gery yang aku anggap terlalu hedon. Berbeda dengan keluarga Bang Abdul yang religius, aku jelas lebih merasa nyaman berada di tengah keluarga besar suami kak Dewi.Aku melirik Kak Ambar, terlihat dia memutar bola mata dengan malas. Apa dia tidak terkejut? Bukankah suatu kejutan saat kau melihat istri simpanan suamimu, terlihat sangat dekat
41. Adu Bacot (Bagian B)Tidak terpancar sedikitpun keragu-raguan dari suara Kak Ambar, ternyata tekadnya sudah bulat dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahannya yang toxic ini."Jangan bodoh kamu Ambar! Dimana lagi ada laki-laki seperti Gery yang mau sama kamu, anakku itu ganteng!" kata mertua Kak Ambar dengan sengit."Iya, Abangku itu ganteng. Mbak nggak bakalan dapat suami seperti Abangku itu lagi sampai kapanpun, memangnya ada laki-laki yang mau sama janda?" Sarah ikut menimpali, mereka seolah sedang mendoktrin pikiran buruk di kepala Kak Ambar.Wah, aku agak sedikit dejavu dengan kata-kata itu, haruskan aku mengeluarkan balasan yang sama?"Wah, Ibu ini kok begitu sih? Anaknya salah malah dibela," kataku sambil berjalan mendekat dan duduk di samping Kak Ambar."Jangan ikut campur kamu!" kata Sarah dengan nada ketus, terlihat sekali kalau dia tidak menyukai kehadiranku."Lah, kamu membela kakakmu mati-matian. Ya jelas lah, aku membela kakakku juga!" kataku santai. "Lagi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas42. Keluarga Gila (Bagian A)"Bila tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, kalian boleh pulang sekarang!" kata Kak Ambar setelah beberapa saat dilalui dengan keheningan."Kau mengusir kami?" tanya mertua Kak Ambar dengan ekspresi tidak percaya. “Bagaimana bisa kau bersikap sangat tidak sopan begini, Ambar?” tanyanya lagi dengan nada yang sangat tersakiti."Tidak, kalau kalian masih mau di sini juga tidak apa-apa. Karena aku mau masuk ke dalam dan istirahat," ucap Kak Ambar pelan. “Silahkan jika kalian mau di sini, jika membutuhkan tikar maka aku akan mengambilkannya!” lanjutnya dengan santai."Wah, wah, sombong benar kau Ambar!" Mbak Tuti tiba-tiba nyeletuk. “Tidak ada sopannya kau pada mertuamu sendiri, pantas Bang Gery membencimu!” lanjutnya emosi.Dia seolah tidak terima karena mertuanya diusir. Lah, bagaimana coba? Memangnya mereka mau di sini sampai kapan? Orang juga butuh istirahat, Kak Ambar butuh untuk menenangkan dirinya."Loh, kalian ma