Baron menatap Billy dengan sangat jeli, “Hei, Billy. Apa yang Lucas janjikan padamu?” Baron memang sudah tahu tabiat dari keluarga Vigo, mereka tidak akan segan untuk melukai saudara mereka sendiri demi keuntungan pribadi. Jadi, melakukan semua hal demi mencapai tujuannya sudah pasti akan dilakukan. Meskipun, opsi yang dipilih merupakan sebuah tindakan kejahatan. Billy semakin ketakutan, bahkan ketakutannya melebihi pertemuan pertamanya dengan Baron, “Jadi, kamu tidak mau menjawab?” tanya Baron. Baron meminta sebuah revolver ke ajudannya, “Revolver dan satu peluru!” perintah Baron. Satu ajudan pun langsung mencari revolver dan memberikannya kepada Baron, Baron mengeluarkan peluru yang ada dan hanya menyisakan 1 peluru.“Aku rasa, mendekatkan dirimu dengan kematian adalah jalan terbaik. Karena, kamu akan menjawab semuanya dan tidak menyembunyikan apapun!” SERR!! Baron memutar magazine dan mengarahkannya ke Billy, “Ayo, kita bermain Russian Roulette!” Bola mata Billy bergetar
Para pasukan Baron pun mengikuti langkah Baron, Baron berjalan ditengah-tengah pasukan yang berbaris. Ada yang membawa Nolan menuju rumah sakit, dan ada sebagian yang akan mengawal Baron menuju rumah sakit. Susliki berada di tengah barisan dan ada di samping kiri Baron, “Jendral, apa ada tugas lagi untuk saya?” tanya Susliki.“Lakukan tugasmu selanjutnya yang diberikan oleh Tzagia Romanov, tapi sebelumnya kamu pergi ke Rusia dan melaporkan ini semua. Serta, biarkan Tzagia Romanov melihat Eugene untuk terakhir kalinya,” jawab Baron dengan terus melihat ke depan, “Dimengerti, Jendral!” Baron pun memasuki mobil dan melepas bajunya yang sudah basah, lalu Baron mengobati luka di tangannya. Pasukan Baron pun sudah siap untuk berangkat, “Kita akan berpisah saat di pusat kota. Disana, kalian akan membawa Billy, serta jenazah Eugene!” perintah Baron melalui radio. Mereka pun menjawab dengan serempak, “Siap, Jendral!” Baron pun mulai berangkat menuju ke tujuannya, diperjalanan Baron mene
Aghnia pun kembali menutupi luka Baron dengan perban, lalu ia menyender ke dipan dan bertanya ke Baron, “Siapa mereka berdua? Rasanya aneh ada temanmu yang menggunakan bahasa Inggris dengan aksen Rusia!” Menghadapi pertanyaan Aghnia, Baron sempat bingung karena Aghnia mengatakan ajudannya sebagai teman Baron, “Teman?” gumam Baron. Aghnia melihat Baron yang mengeluarkan wajah yang bingung, “Baron, kamu dapat teman seperti mereka dimana? Rasanya, mereka berdua itu seperti tentara!” kata Aghnia.“Yah, memang mereka berdua itu kan pasukan khusus. Masalahnya, kalau aku bilang sekarang mana mungkin Aghnia percaya dengan mudah,” batin Baron dengan memegang dagunya, “Aku, bertemu dengan mereka secara tidak sengaja sih. Oh iya, kebetulan kamu juga butuh bodyguard kan? Mungkin, kamu bisa membayar mereka, yah setidaknya mereka punya postur tubuh yang bagus,” jelas Baron. Aghnia melihat Baron dan memiringkan kepalanya, “Bodyguard? Untuk apa? Kamu kan, bisa menjagaku!” kata Aghnia. Wajah Baro
Pesan dari Mr Abraham jelas semakin membuka peluang bagi Baron untuk menghancurkan keluarga Vigo.“Jadi, aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya!” batin Baron. Baron langsung membuat list beberapa perusahaan yang akan Baron beli, “Apa mungkin, aku harus membeli stasiun televisi, ya?” gumam Baron.“Beberapa perusahaan media ini, sepertinya aku pernah mendengarnya dulu. Tapi, dimana?” gumam Baron. Seusai Baron membuat list, ia pun kembali keluar dan tidur di sofa.… Esok paginya, saat Baron keluar pada pagi buta ia melihat Orel dan juga Dahil yang sedang bersiap-siap untuk bergantian jaga, “Pagi, Jendral. Kami mohon izin untuk pulang terlebih dahulu,” sapa Orel, Baron pun mengangguk, “Baiklah, hati-hati. Kebetulan, sebentar lagi akan ada yang bergantian dengan kalian. Aku, akan pergi ke Nolan, aku belum sempat memeriksanya kemarin.”“Baik, Jendral. Kami akan menunggu disini sampai yang lain datang,” ucap Dahil. Baron pun langsung pergi ke ruangan Nolan dirawat,
Baron pun menghampiri mereka dengan langkah yang gagah dan postur tubuh Baron membuat orang-orang yang ada di sekitar sana segan dengan Baron, “Apa yang kamu inginkan, William Vigo?” tanya Baron. William pun melihat ke arah Baron yang berjalan ke arahnya, “Baron? Hei, apa ini? Aku hanya ingin menjenguk calon kekasihku, apa tidak boleh?” tanya William dengan nada yang meledek Baron. William berbisik pada salah satu bodyguardnya dan dia seperti mengeluarkan sesuatu, akan tetapi ajudan Baron langsung menarik leher pria itu dan di dekatkan kepadanya, “Hei, aku lihat kamu bukan orang Asia. Lalu, aku rasa kamu paham dengan situasinya?” William yang melihatnya pun tertawa dengan cukup keras dengan suara tawa yang khas dengan keangkuhannya, “Baron, dari mana kamu bisa dapat orang bar-bar seperti mereka-mereka ini? Ah, selama 7 tahun itu sepertinya kamu tinggal di hutan!” Baron pun menanggapi ucapan William, karena dirinya saat ini bisa menghancurkan kepala William dengan mudah, “Apa it
Baron dan direktur perusahaan yang bernama Praja Ganendra, pun saling mengenal.“Ka-kamu Baron kan?” tanya Praja. Pria bertinggi 175 cm, dengan kulit sawo matang dan wajah yang tegas dengan kantung mata disekitarnya, tubuh yang sedikit berisi. Itu pun, begitu terkejut bahkan tidak mempercayai bahwa ia bertemu dengan Baron. Praja langsung menghampiri Baron dan memegang bahu Baron, “Iya! Tidak salah lagi! Kamu adalah Baron!” Praja langsung memeluk Baron dan Baron membalasnya karena mereka adalah teman semasa SMA, Praja juga adalah orang yang sering membelikan Baron makanan dengan bayaran Baron akan membantunya mengerjakan tugas sekolah dulu, “Aku tidak menyangka, setelah belasan tahun akhirnya kita bertemu lagi. Iya kan?” Baron mengangguk dan Praja mengulurkan tangannya, Baron mengerti maksud dari Praja karena mereka memiliki sebuah jabat tangan rahasia, “Kau masih ingat saja, Baron!” kata Praja, “Ah, Baron. Aku minta maaf, aku menemuimu dengan keadaan seperti ini, perusahaan kelua
Baron sudah mengibarkan bendera perang kepada Rakan dengan menanyakan kekayaan milik Rakan. Rakan terlihat emosi dengan dia menggetarkan giginya, “Apa maksud perkataanmu itu?!” tanya Rakan. Baron mendengus dengan nada seperti menghina Rakan, “Aku lupa, kamu sudah cukup tua untuk mendengar dengan baik. Akan aku ulang, berapa banyak uang yang kamu miliki?!” Rakan melirik ke arah Praja, “Darimana kamu dapat orang br*ngsek, seperti dia?!” tanya Rakan dengan penekanan.“Ada apa? Kamu tidak tahu sopan santun? Ayolah, kamu lebih tua dariku! Lihatlah, tepat dengan orang yang sedang berbicara denganmu!” ujar Baron dengan mata yang melotot. Praja yang tahu sikap Baron yang dulu begitu penakut, kini dia menantang pamannya sendiri yang dikenal sebagai sifat jahat keluarga Ganendra, “Baron, sudah Baron. Pamanku itu, dia bisa saja tidak melepaskan kamu dengan mudah!” ujar Praja memperingati Baron. Rakan pun berjalan dengan cepat ke arah meja dan melempar vas bunga ke arah Baron, namun Baron m
Baron yang mentransfer uang sebanyak 400 miliar dengan mudah, bahkan tidak sampai 5 menit membuat Praja dan Rakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“B-baron, dia benar-benar mengirimkan 400 miliar ke rekening perusahaan?! Dan dia, tidak perlu waktu lama? Apa yang menyebabkan Baron berubah?” gumam Praja. Rakan pun mendongak menatap Baron, “Kamu, siapa kamu sebenarnya hah?!” tanya Rakan dengan nada yang tinggi, Baron memiringkan kepalanya, “Untuk apa kamu tahu? Itu tidak berguna bagiku! Pergi!”“Kamu, kamu tidak bisa mengusirku!” kata Rakan dengan mencoba berdiri, “Kamu tidak tahu berurusan dengan siapa! Meskipun kamu memiliki banyak uang. Tapi, kamu sudah salah berselisih dengan diriku!” “Peduli setan!” ujar Baron sembari menampar Rakan dengan tenaga kecil, Baron pun menarik Rakan keluar dan menyuruh Rakan pergi, “SI*LAN! KAU SUDAH BERANI MEMPERMALUKAN DIRIKU!” bentak Rakan yang tentunya itu disaksikan oleh para karyawan di sana. Baron pun mengeluarkan jari tengahnya dan la