Share

Bab 32: Pemuda Asing di Halte

“Apa itu penting, Rah? Jangan mikirin Bang Hasan dulu, itu ibu-ibu di kampung sini nyebelinnya udah akut banget,” omelnya seraya menghempas tubuh di sofa. Sofa tua peninggalan mamak dan bapak itu berguncang dan berderit, usianya yang mulai banyak membuatnya tidak sanggup menahan perlakuan keras yang diberikan Tya.

“Sudah, kita sudah balas juga tadi.”  

“Enggak puas, Rah! Maunya aku sambelin mulutnya tuh Bu Kades. Heran, ngurusin urusan orang aja pinter banget. Giliran masalah di kampung lemotnya minta ampun.” Tya tidak bisa berhenti mengomel. Gadis itu mengerucutkan bibir, keningnya yang berkilau menjadi jelek karena berkerut tipis.  

Wajar saja gadis itu berucap begitu. Masih teringat jelas hari dimana kami bertiga datang ke rumahnya untuk melapor jika Tya dan Wulan akan tinggal bersamaku, namun Bu Kades seakan acuh bahkan menunda-nunda menerima kedatangan kami. Akhinrya, barulah hari ketiga, Bu Kades menyetujui set

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status