Share

Bab 41b

Keduanya akhirnya saling diam, hingga kereta berhenti di stasiun pemberhentian di mana Arfan hendak turun.

“Nanti kamu turun hati-hati, ya. Nggak usah berebut. Kamu turun di stasiun terakhir!” nasehat Arfan sebelum turun.

“Astaga! Mirip nenek-nenek bener deh, lelaki satu ini,” batin Sekar setelah lelaki itu turun.

“Itu tadi kakaknya, Mbak?” tiba-tiba seorang ibu yang duduk di sebelahnya bertanya.

“Oh, kenapa, Bu?” tanya Sekar heran. Bingung menjawab apa.

“Baik banget. Kalau masih sendiri, ibu mau jadiin mantu,” ujar wanita paruh baya itu.

“Astaga, Bu. Ada-ada saja,” ujar Sekar sambil tertawa.

Tiba-tiba dia ingat kejadian beberapa bulan silam saat Arfan hendak melamarnya.

“Nggak, ibu nggak setuju kalau kamu sama Mas Arfan,” ujar ibunya kala itu.

Meski masih terhitung saudara dan ibunya membahasakan "Mas", tapi Sekar lebih memilih memanggil "Kak" karena lebih sering bertemu di kampus.

“Kayak nggak ada laki-laki lain saja. Dia itu masih saudara sama kita,” sambung Bu Ndari.

Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status