Share

Bab 41c

Sesuai petunjuk Arfan, kali ini Sekar tak salah memilih arah, sehingga ia langsung dapat bangku prioritas, tak perlu Arfan harus berteriak "Ibu hamil!"

"Makasih ya, Kak. Kakak sudah ngajarin aku naik kereta," ucap Sekar saat kereta mulai hendak berjalan. Arfan lagi-lagi berdiri di depannya.

Arfan tersenyum. "Kamu, tetap saja lucu, Sekar. Jangan lupa ya, biaya tutorialnya," goda Arfan.

"Bayar pakai apa?"

Andai belum ada yang punya, ingin rasanya Arfan membalas dengan gombalan. Sayangnya, otaknya masih waras.

"Gara-gara aku, Kakak jadi nggak dapat tempat duduk," ucap Sekar lagi. Dia merasa nggak enak karena Arfan harus berdiri. Padahal, kalau mau, Arfan bisa berebut bangku dengan yang lain, tak harus berdiri di dekatnya seperti ini.

"Hanya hari ini. Besok-besok, ogah banget aku nemenin gini," ucap Arfan.

Sepanjang perjalanan, Arfan dan Sekar ngobrol sambil bernostalgia saat mereka masih di kampus. Banyak kesamaan membuat mereka nyambung.

Namun, terbit juga rasa bersalah di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status