Share

Bab 43c

Aku menatap Mas Gilang dengan motornya, hingga bayangannya menghilang di gerbang halaman kantorku. Masih terngiang nasehat kedua orang tuaku.

Kata ibu dan bapak, menikah memang seperti itu. Mengarungi bahtera rumah tangga itu harus siap diterjang angin dan badai. Jadi, tidak boleh cengeng. Yang penting saling menghargai, menghormati dan bertenggang rasa.

Saling! Itu kata bapak dan ibu. Jadi bukan hanya aku yang harus mengalah.

“Jangan lupa berdoa, Ndhuk. Minta sama Gusti Alloh, agar pernikahan dan rumah tangga kita selalu berkah, sakinah, mawaddah, warohmah,” nasehat bapak kala itu.

Aku yakin, dengan banyak berdoa dan meminta pada Allah, pasti suatu saat hati Mas Gilang pun akan luluh. Bukankah Gusti Allah pemilik dan yang dapat membolak-balikkan hatinya?

“Nah gitu dong. Yang rukun kalau sama suami,” goda Renita saat bertemu denganku di lobi.

Aku baru saja turun dari motor lalu mencium punggung tangan suamiku. Meskipun marahan, aku tak pernah melupakan itu.

Tentu saja, kata-kata R
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noviantiandriani
seperti kebanyakan masalah pada awal ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status